Sabtu, 30 September 2023

Sejarah Bahasa (50): Bahasa Indramayu dan Dialek Bahasa Jawa Dialek Dermajoe; Basa Jawa di Timur dan Bahasa Sunda di Barat


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Apakah ada bahasa Indramayu? Kita sedang membicarakan bahasa-bahasa di pantai utara Jawa seperti bahasa Cirebon, bahasa Banten, bahasa Betawi, bahasa Tegal, bahasa Jepara dan sebagainya. Fakta bahwa pada awal penyelidikan bahasa-bahasa semasa era Hindia Belanda seorang peminat bahasa menemukan bahwa bahasa dialek Dermajoe memiliki perbedaan dengan yang lain.


Bahasa Jawa Indramayu atau dialek Dermayu adalah dialek bahasa Jawa dituturkan di pesisir utara Jawa bagian barat terutama di kabupaten Indramayu, sebagian utara dan timur kabupaten Subang, serta sebagian utara kabupaten Karawang. Perbedaan yang mencolok dari kebudayaan masyarakat Indramayu dengan kebudayaan masyarakat Jawa Barat (Sunda) terdapat pada bahasa yang digunakan. Sebagian besar masyarakat Indramayu menggunakan bahasa Jawa Indramayu sebagai bahasa daerahnya meskipun di beberapa kecamatan seperti kecamatan Lelea dan kecamatan Kandanghaur ada juga yang menggunakan bahasa Sunda. Pada dasarnya bahasa Jawa yang dipertuturkan di Indramayu dan sekitarnya merupakan bagian dari rumpun dialek bahasa Jawa. Masyarakat Indramayu umumnya dapat berbicara dalam dua bahasa dengan baik atau dapat saling mengerti walaupun mereka masing-masing menggunakan bahasa yang berbeda. Arya Wiralodra sebagai pendiri Indramayu menjadi tonggak awal digunakannya bahasa Jawa di Indramayu. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Indramayu dialek Dermajoe bahasa Jawa dialek Dermajoe? Seperti disebut di atas, bahasa dialek Indramayu dituturkan di wilayah Indramayu. Bahasa Jawa di timur dan bahasa Sunda di barat. Lalu bagaimana sejarah bahasa Indramayu dialek Dermajoe bahasa Jawa dialek Dermajoe? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bahasa (49): Bahasa Banyumas dan Dialek Banjoemas dan Dialek Banyumasan; BahasaJawa di Timur-BahasaSunda di Barat


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Jawa Banyumasan (Ngoko: Wong Jawa Banyumasan; Krama: Tiyang Jawi Toyåjênéan) adalah etnis Jawa yang berasal dari Jawa Tengah (bagian barat) yang lebih akrab disebut sebagai "wong ngapak" dengan slogannya yang terkenal "Ora Ngapak Ora Kêpénak". Wilayah Banyumasan berada di dua eks keresidenan, Banyumas dan Pekalongan. Meskipun terdapat sedikit perbedaan (nuansa) adat-istiadat dan logat bahasa, akan tetapi secara umum daerah-daerah tersebut dapat dikatakan "sewarna", yaitu sama-sama menggunakan bahasa Jawa Banyumasan.


Bahasa Jawa Banyumasan disebut bahasa Ngapak adalah dialek bahasa Jawa dituturkan di Jawa Tengah bagian barat di dua eks-keresidenan, Banyumas dan Pekalongan. Wilayah Banyumas meliputi Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, dan sebagian Kebumen. Wilayah Pekalongan meliputi Tegal, Brebes, Pemalang, Batang dan Pekalongan. Dialek Banyumasan berbatasan bahasa Jawa dan bahasa Sunda. Dialek Banyunmas menjadi salah satu dialek bahasa Jawa yang masih terkait dengan fonetik bahasa Jawa Kuno. Sejumlah ahli menyebut Bahasa Banyumasan sebagai bentuk Bahasa Jawa asli. Bahasa Banyumasan mengalami tahap-tahap perkembangan sebagai berikut: Abad ke 9-13 sebagai bagian dari bahasa Jawa kuno; Abad ke 13-16 berkembang menjadi bahasa Jawa abad pertengahan; Abad ke 16-20 berkembang menjadi bahasa/dialek Banyumasan yang terpisah dengan dialek wetan dan tengah. Tahap-tahapan perkembangan tersebut sangat dipengaruhi oleh munculnya kerajaan-kerajaan di pulau Jawa. Terdapat 4 sub-dialek utama dalam dialek bahasa Jawa bagian barat, yaitu Wilayah Utara (Tegalan), Wilayah Selatan (Banyumasan), Wilayah Cirebon - Indramayu (Dermayonan) dan Banten Utara (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Banyumas dialek Banjoemas dialen Banyumasan? Seperti di sebut di atas, bahasa Banyumasan berada di antara bahasa Jawa dan bahasa Sunda di pantai utara dan di pantai selatan. Bahasa Jawa di timur dan Bahasa Sunda di barat. Lalu bagaimana sejarah bahasa Banyumas dialek Banjoemas dialen Banyumasan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 29 September 2023

Sejarah Bahasa (48): Bahasa Tjeribon, Kini Bahasa Cirebon Pantai Utara;Sudut Pandang Bahasa Jawa, Sudut Pandang Bahasa Sunda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Cirebon adalah kelompok etnis keturunan Jawa cirebonan (rumpun jawa banyumasan) yang tersebar di sekitar wilayah Kabupaten Cirebon dan Kota Cirebon. Menggunakan istilah Wong sebagai penanda keturunan jawa. Suku Cirebon juga dapat ditemui di sebagian Kabupaten Majalengka, sebagian Kabupaten Subang mulai dari Blanakan, Pamanukan, hingga Pusakanagara dan sebagian Pesisir utara Kabupaten Karawang mulai dari Pesisir Pedes hingga Pesisir Cilamaya dan di sekitar Kec. Losari di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.


Bahasa Cirebon adalah rumpun bahasa Jawa (jawa ngapak cirebonan) yang dituturkan di pesisir utara Jawa Barat terutama mulai daerah Pedes hingga Cilamaya Kulon dan Wetan di Kabupaten Karawang, Blanakan, Pamanukan, Pusakanagara, sebagian Ciasem, dan Compreng di Kabupaten Subang, Ligung, Jatitujuh, dan sebagian Sumberjaya, Dawuan, Kasokandel, Kertajati, Palasah, Jatiwangi, Sukahaji, Sindang, Leuwimunding, dan Sindangwangi di Kabupaten Majalengka sampai Kota dan kabupaten Cirebon (kecuali bagian selatan) serta Losari Timur di Kabupaten Brebes di Provinsi Jawa Tengah. Bahasa Cirebon juga dipergunakan bersama bahasa Sunda di wilayah Surian, kabupaten Sumedang. Bahasa Cirebon sebagian besar kosakatanya dipengaruhi oleh bahasa Jawa Sansekerta, yaitu sekitar 80% sehingga bahasa Cirebon disebut sebagai bahasa Sanskerta kontemporer, kosakata serapan bahasa Sanskerta diantaranya adalah ingsun (saya) dan cemera (anjing). Penelitian kosakata elementer menunjukkan perbedaan kosa kata Bahasa Cirebon dengan Bahasa Jawa mencapai 75%. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Tjeribon, kini bahasa Cirebon di Pantai Utara? Seperti dissebut di atas penutur bahasa Cirebon berada diantara penutur bahasa Jawa dan bahasa Sunda di pantai utara pulau Jawa. Bahasa pesisir dari sudut pandang bahasa Jawa dan sudut pandang bahasa Sunda. Lalu bagaimana sejarah bahasa Tjeribon, kini bahasa Cirebon di Pantai Utara? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bahasa (47): Bahasa Bawean Pulau Bawean Laut Jawa; Bahasa-Bahasa Madura, Melayu, Jawa, Banjar, Bugis, dan Makassar


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Bawean, dikenal juga Boyan atau Bhebien adalah salah satu suku bangsa yang berasal dari Pulau Bawean, suku ini terbentuk karena terjadi percampuran antara orang Madura, Melayu, Jawa, Banjar, Bugis, dan Makassar selama ratusan tahun di pulau Bawean. Masyarakat Singapura dan Malaysia lebih mengenal dengan sebutan Boyan daripada Bawean.


Bahasa Bawean suatu dialek bahasa Madura umumnya dituturkan suku Bawean mayoritas mendiami pulau Bawean, Gresik. Dialek ini mulanya merupakan sebuah pijin yang telah mengalami kreolisasi, sehingga memiliki beragam kosakata campuran dari bahasa lain seperti bahasa Jawa (utamanya dari wilayah Gresik), bahkan Banjar, Bugis, maupun Makassar. Bahasa Bawean mempunyai beberapa dialek, perbedaan dialek ini bisa ditemukan di beberapa desa di Pulau Bawean seperti desa Daun dan desa Suwari di kecamatan Sangkapura serta desa Kepuhteluk dan desa Diponggo di kecamatan Tambak. Ragam dialek di empat desa tercermin dalam penyebutan kata "saya". Masyarakat desa Daun menyebut "saya" dengan kata "éson" sedangkan masyarakat desa Suwari menyebutnya "éhon". Kemudian, masyarakat desa Kepuhteluk akan menyebut "saya" dengan kata "bulâ" dan masyarakat Diponggo menyebutnya dengan kata "aku". Variasi dialek ini pun menjadi ciri khas dari masing-masing desa. Dialek dari desa Diponggo paling mencolok diantara dialek-dialek lain dalam bahasa Bawean. Sebagian besar kosakata dalam dialek Diponggo hampir sama dengan bahasa Jawa. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Bawean di pulau Bawean di laut Jawa? Seperti disebut di atas penutur bahasa Bawean umumnya ditemukan di pulau Bawean. Pengaruh bahasa-bahasa Madura, Melayu, Jawa, Banjar, Bugis, dan Makassar. Lalu bagaimana sejarah bahasa Bawean di pulau Bawean di laut Jawa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 28 September 2023

Sejarah Bahasa (46): Bahasa Kangean Pulau Kangean di Laut Bali; Diantara Madura dan Makassar, Antara Banjar dan Bali-Lombok


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Kangean (To Kangayan, Reng Kangayan) adalah kelompok etnis atau suku bangsa pribumi yang berasal dari pulau Kangean, bertutur dalam bahasa Kangean, dan memiliki latar belakang sejarah dan kebudayaan yang sama. Sekitar 127.000 masyarat beretnis Kangean sebagian besar tinggal di Kepulauan Kangean yang berlokasi di area bagian utara Laut Bali.


Bahasa Kangean (disebut sebagai Besa Kangean ataupun Ocaq Kangean oleh masyarakat lokal) bahasa dituturkan etnis Kangean. Kata besa dieja sebagai basa mirip bahasa Makassar, yang mana diserap dari bahasa Jawa Kuno bhāṣa (Sanskerta). Di lain sisi, kata ocaq yang mana juga dapat dieja sebagai ocak merupakan sebuah pengistilahan pribumi pulau Kangean yang berserumpun dengan Jawa Kuno kacak yang memiliki arti "obrolan". Sedangkan, istilah Kangean itu sendiri merujuk kepada etnonim penghuni asli pulau Kangean. Secara genealogis, bahasa Kangean merupakan sebuah bahasa dalam rumpun bahasa Jawanik (Jawanik Timur), namun memiliki pengaruh dominan dari rumpun bahasa Sulawesi Selatan, dan berkaitan dengan Bali–Sasak–Sumbawa. Bahasa Kangean yang dituturkan di wilayah barat Kepulauan Kangean (bahasa Kangean Barat) memiliki kemiripan karakteristik dengan bahasa Madura yang dituturkan di pulau Madura, bahasa Osing yang dituturkan di ujung timur pulau Jawa, maupun bahasa Bali (utamanya tingkat krama) yang dituturkan di pulau Bali; yang mana kesemua bahasa tersebut banyak dipengaruhi oleh bahasa Jawa Kuno. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Kangean di pulau Kangean di laut Bali? Seperti disebut di atas penutur bahasa Kangean adalah orang Kangean di pulau Kangean. Wilayah berada diantara Madura dan Makassar; Banjar dan Bali-Lombok. Lalu bagaimana sejarah bahasa Kangean di pulau Kangean di laut Bali? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bahasa (45): Bahasa Kalang, Bahasa Hilang, Hilang di Jawa? Orang Kalang dan Orang Pinggir, Orang Gadjah Mati di Jawa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Apakah ada bahasa Kalang? Lantas mengapa ada kelompok populasi Kalang? Bagaimana dengan nama-nama Kalingga, Poerbalingga dan lain sebagainya? Ada juga kelompok populasi yang disebut Pinggir dan Gadjah Mati. Lalu apakah ada kaitannya dengan terbentuk bahasa Cirebon dan bahasa Banyumas? Kita hanya bisa bertanya-tanya.


Suku Kalang atau Wong Kalang adalah salah satu subsuku di masyarakat Jawa. Mereka ada sejak zaman kerajaan-kerajaan Jawa Kuno. Tetapi karena satu dan lain hal, mereka dikucilkan oleh masyarakat mayoritas saat itu. Pengucilan tersebut yang mengawali sebutan "kalang". Kata "kalang" berasal dari bahasa Jawa yang artinya "batas". Lingkup sosial orang-orang ini sengaja dibatasi (atau dikalang) oleh otoritas atau masyarakat mayoritas waktu itu. Orang Kalang sengaja diasingkan dalam kehidupan masyarakat luas, karena dulu ada anggapan bahwa mereka liar dan berbahaya. Istilah "kalang" pertama ditemukan dalam prasasti Kuburan Candi di Desa Tegalsari, Kawedanan Tegalharjo, Kabupaten Magelang (831 M). Jadi diduga, suku ini telah ada sejak Jawa belum mengenal agama Hindu. Menurut mitos orang kalang adalah maestro pembuat candi yang secara fisik berbadan kuat dan tegap. Ada kemungkinan berasal dari Khmer atau Kamboja dimana orang kuat di negeri tersebut diterjemahkan sebagai manusia k'lang dimana candi di negeri Khmer mempunyai kemiripan candi di Jawa. Desa sekitar gunung Lawu, yakni desa Kalang masuk kabupaten Magetan. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Kalang, bahasa Hilang, hilang di Jawa? Seperti disebut di atas ada kelompok populasi disebut Kalang. Apakah orang Kalang memiliki bahasa sendiri? Siapa orang Kalang, orang Pinggir dan orang Gadjah Mati? Lalu bagaimana sejarah bahasa Kalang, bahasa Hilang, hilang di Jawa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.