Rabu, 11 Oktober 2023

Sejarah Bahasa (72): Bahasa Simalungun di Pedalaman Sumatra; Antara Bahasa Angkola dan Bahasa Karo di Pantai Timur Sumatra

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Batak Simalungun (Halak Batak Simalungun) salah satu kelompok Batak di Kabupaten Simalungun dan sekitarnya. Sepanjang sejarah, etnis Batak Simalungun terbagi ke dalam beberapa kerajaan. Marga asli penduduk Simalungun adalah Damanik, dan tiga marga pendatang yaitu Saragih, Sinaga, dan Purba. Kemudian marga-marga tersebut menjadi empat marga utama di Simalungun. Orang Batak Toba menyebut etnis ini sebagai "Si Balungu" sedangkan orang Batak Karo menyebut etnis ini "Timur".


Bahasa Batak Simalungun atau sahap Simalungun salah satu bahasa dalam rumpun bahasa Batak yang dituturkan oleh masyarakat Batak Simalungun. Menurut P. Voorhoeve (seorang ahli bahasa Belanda, pernah menjabat sebagai taalambtenaar Simalungun tahun 1937), bahasa Batak Simalungun berada pada posisi menengah antara rumpun Batak utara dan rumpun Batak selatan. Penelitian lain yang dilakukan oleh A. Adelaar menunjukkan bahwa bahasa Batak Simalungun merupakan cabang dari rumpun Batak selatan yang terpisah dari bahasa-bahasa Batak selatan sebelum terbentuknya bahasa Batak Toba atau Mandailing yang sekarang. Bahasa Batak Simalungun mempunyai ciri-ciri konservatif dan merupakan bahasa dalam rumpun bahasa Batak yang terdekat secara fonologis dengan bahasa induknya yaitu Proto-Batak. Dialek dan ragam bahasa dalam 4 macam dialek, yaitu: Silimakuta (Simalungun Atas/Simas), Raya, Topi Pasir (Horisan), Jahe-jahe (pesisir pantai timur). (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Simalungun di pedalaman Sumatra? Seperti disebut di atas, bahasa Simalungun di daerah aliran sungai Bah Bolon di Simaloengon dan timur laut danau Toba. Antara bahasa Angkola dan bahasa Karo di pantai timur Sumatra. Lalu bagaimana sejarah bahasa Simalungun di pedalaman Sumatra? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bahasa (71): Bahasa Pakpak di Dairi dan Pakpak di Pedalaman Sumatra; Bahasa Karo - Bahasa Pakpak Pantai Barat Sumatra


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Batak Pakpak (Kalak Batak Pakpak) atau terkadang juga disebut Batak Dairi dan Batak Pakpak-Dairi salah satu kelompok Batak. Orang Pakpak di beberapa wilayah Dairi, Pakpak Bharat, sebagian Aceh Singkil. Etnis Batak Pakpak terdiri 5 sub istilah setempat disebut Pakpak Silima Suak terdiri dari: Pakpak Klasen, Pakpak Simsim (Pakpak Bharat), Pakpak Pegagan, Pakpak Keppas, Pakpak Boang di Singkil. Orang Pakpak anggap suku Singkil sebagai Pakpak Boang.


Bahasa Batak Pakpak atau bahasa Batak Dairi adalah sebuah dialek bahasa Batak yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara. Bahasa Batak Pakpak merupakan bahasa asli dari etnis Batak Pakpak dan Batak Dairi. Bahasa Batak Pakpak merupakan bahasa sehari-hari yang digunakan oleh etnis Pakpak yang memiliki populasi yang signifikan di Kabupaten Dairi, Kabupaten Pakpak Bharat, dan sebagian wilayah di Kabupaten Humbang Hasundutan dan Kabupaten Tapanuli Tengah di Sumatera Utara dan juga di Kabupaten Aceh Singkil dan Kota Subulussalam di Aceh. Percakapan sehari-hari: Njuah-njuah adalah ungkapan yang paling sering diucapkan pada saat membuka atau mengakhiri percakapan artinya sehat selalu (mirip dengan Horas dalam bahasa Angkola, Mandailing, Simalungun, dan Toba atau Mejuah-juah dalam bahasa Karo, Ya'ahowu dalam bahasa Nias dan Ahoi dalam bahasa Melayu dialek Deli). (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Pakpak di Pakpak dan Dairi di pedalaman Sumatra? Seperti disebut di atas, bahasa Pakpak dituturkan di Pakpak dan Dairi. Bahasa Karo dan bahasa Pakpak di pantai barat Sumatra. Lalu bagaimana sejarah bahasa Pakpak di Pakpak dan Dairi di pedalaman Sumatra? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 10 Oktober 2023

Sejarah Bahasa (70): Bahasa Karo di Utara Danau Toba; Bahasa Melayu di Pesisir dan Bahasa Batak di Pedalaman Pulau Sumatra


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Karo adalah salah satu kelompok etnis Batak yang menyebar dan menetap di Taneh Karo. Etnis ini merupakan salah satu etnis terbesar di Sumatera Utara. Nama etnis ini juga dijadikan sebagai nama salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, yaitu Kabupaten Karo. Etnis ini memiliki bahasa yang disebut cakap Karo.


Bahasa Batak Karo atau bahasa Karo adalah bahasa Austronesia rumpun bahasa Batak Karo yang mendiami dataran tinggi Karo, Langkat, Deli, Serdang, Dairi, Medan, hingga Aceh Tenggara. Bahasa Karo secara historis ditulis menggunakan aksara Karo yang termasuk dalam Surat Batak karena huruf yang dipakai berasal dari wilayah Angkola-Mandailing yang merupakan bagian dari Batak yang kemudian menyebar ke wilayah Batak Toba lalu ke Batak Simalungun dan Batak Pakpak-Dairi lalu yang terakhir adalah wilayah Batak Karo. Aksara Karo atau sering juga disebut tulisen Karo atau Surat Haru yang merupakan turunan dari aksara Brahmi dari India kuno. Namun kini hanya sejumlah kecil orang Karo dapat menulis atau memahami aksara Karo, dan sebaliknya alfabet Latin yang digunakan. Bahasa Karo merupakan bagian dari rumpun bahasa Batak utara, sehingga mirip dengan bahasa Batak Pakpak dan bahasa Alas-Kluet. Bahasa tersebut tidak dipahami oleh penutur bahasa Batak selatan, seperti Batak Toba, Batak Angkola, dan Batak Mandailing. Ada beberapa dialek dalam bahasa Karo, yaitu Karo timur dan Karo barat. Dialek-dialek tersebut dibedakan secara fonologis dan leksikal. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Karo di utara danau Toba? Seperti disebut di atas bahasa Karo dituturkan oleh orang Karo di utara danau Toba. Bahasa Melayu di pesisir dan bahasa Batak di pedalaman Sumatra. Lalu bagaimana sejarah bahasa Karo di utara danau Toba? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bahasa (69): Bahasa Singkil Pantai Barat Sumatra di Perbatasan Aceh-Tapanuli; Bahasa Batak, Aceh, Bahasa Minangkabau


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Singkil adalah etnis yang menyebar dan menetap di wilayah Subulussalam, Aceh Singkil, dan sebagian Aceh Selatan dan Aceh Tenggara. Dalam etnis Batak Pakpak, Singkil termasuk Suak Boang. Bahasa Singkil adalah bahasa asli masyarakat Singkil. Bahasa ini merupakan penyebaran dari bahasa Batak Karo. Namun, bahasa Singkil di sisi lain mempunyai keunikannya sendiri, berupa kosakata yang jauh berbeda dengan bahasa Batak Karo serta mempunyai ciri khas seperti huruf r diucapkan kh.


Bahasa Singkil adalah salah satu bahasa daerah yang dituturkan oleh etnis Singkil di wilayah Subulussalam, Aceh Singkil, dan sebagian wilayah Aceh Selatan dan Aceh Tenggara. Bahasa ini berkerabat dengan bahasa Batak Karo. Bahasa Singkil juga memiliki beberapa nama lain yakni bahasa Julu, bahasa Pakpak Boang, bahasa Kade-kade, dan bahasa Kampong. Peta rumpun bahasa Batak. Terlihat bahwa bahasa Singkil merupakan penyebaran dari bahasa Batak Karo. Bahasa Singkil diperselisihkan tentang keberadaannya. Sebagian etnis Batak Pakpak berpendapat bahwa bahasa ini termasuk dalam kelompok bahasa Batak Pakpak. Namun, etnis Singkil sendiri menolak pandangan ini dan mengatakan bahwa bahasa Singkil adalah bahasa yang tersendiri. Secara fakta, bahasa Singkil merupakan dialek tersendiri dan lebih dominan ke bahasa Batak Karo. Selain di wilayah Subulussalam dan Aceh Singkil, bahasa Singkil juga dituturkan di beberapa wilayah di Aceh seperti di Kapai Seusak dan sebagian wilayah Trumon. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Singkil di pantai barat Sumatra di wilayah perbatasan Aceh dan Tapanuli? Seperti disebut di atas bahasa Singkil dituturkan orang Singkil di pantai barat Sumatra. Bahasa Batak, Aceh, Minangkabau. Lalu bagaimana sejarah bahasa Singkil di pantai barat Sumatra di wilayah perbatasan Aceh dan Tapanuli? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 09 Oktober 2023

Sejarah Bahasa (68): Bahasa Gayo Populasi Asli di Wilayah Aceh; Dialek Bahasa Gayo Kalul, Gayo Lut, Gayo Linge, Gayo Lues


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Gayo adalah salah satu suku bangsa yang mendiami dataran tinggi Gayo di Provinsi Aceh bagian tengah. Wilayah tradisional suku Gayo meliputi Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Bener Meriah, Kabupaten Gayo Lues, dan beberapa sebarannya di Kabupaten Aceh Tenggara. Bahasa Gayo adalah bahasa yang dipakai sebagai bahasa sehari-hari oleh masyarakat Gayo. Bahasa ini termasuk kelompok bahasa yang disebut "Northwest Sumatra-Barrier Islands" dari rumpun bahasa Austronesia.


Bahasa Gayo sebuah bahasa dari rumpun Austronesia yang dituturkan oleh Suku Gayo di Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues. Ke 3 daerah ini merupakan wilayah inti suku Gayo. Keberadaan bahasa ini sama tuanya dengan keberadaan orang Gayo “Urang Gayo”. Sementara orang Gayo “Urang Gayo” merupakan suku asli yang mendiami Aceh. Mereka memiliki bahasa, adat istiadat sendiri. Daerah kediaman mereka sendiri disebut dengan Tanoh Gayo (Tanah Gayo). Bahasa Gayo termasuk dalam rumpun bahasa Melayo-Polinesia seperti yang disebutkan Domenyk Eades dalam bukunya A Grammar of Gayo: A Language of Aceh, Sumatra: Salah satu dampak dari pesebaran yang terjadi yaitu adanya variasi dialek pada bahasa Gayo. Namun, untuk kosakata tidak menunjukan pengaruh yang begitu besar. Sebagai contoh, bahasa Gayo yang ada di Lokop, sedikit berbeda dengan bahasa Gayo yang ada di Gayo Kalul, Gayo Lut, Linge dan Gayo Lues. Hal tersebut disebabkan karena pengaruh bahasa Aceh yang lebih dominan di Aceh Timur. Begitu juga halnya dengan Gayo Kalul, di Aceh Tamiang. Dialek Gayo Lut terdiri dari sub-dialek Gayo Lut dan Deret. Dialek Gayo Lues terdiri dari sub-dialek Gayo Lues dan Serbejadi. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Gayo, kelompok populasi asli di wilayah Aceh? Seperti disebut di atas, bahasa Gayo berada diantara bahasa Batak dan bahasa Aceh. Dialek Gayo Kalul, Gayo Lut, Gayo Linge dan Gayo Lues. Lalu bagaimana sejarah bahasa Gayo, kelompok populasi asli di wilayah Aceh? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bahasa (67): Bahasa Alas Bahasa Kluet Wilayah Aceh; Bahasa Gayo, Bahasa Singkil, Bahasa Karo dan Bahasa Pakpak


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Alas atau lazim juga disebut Batak Alas merupakan salah satu kelompok etnis yang mendiami wilayah Kabupaten Aceh Tenggara. Alas dikelompokkan ke dalam rumpun Batak utara. Nama wilayah mereka di sebut sebagai "Tanoh Alas" (Tanah Alas), karena merupakan bekas dari kerajaan "Raja Alas". Bahasa Alas merupakan sebuah bahasa yang digunakan masyarakat Alas di Tanah Alas (Tanoh Alas) Kabupaten Aceh Tenggara.


Bahasa Alas-Kluet adalah sebuah bahasa yang dituturkan oleh masyarakat Alas di Kabupaten Aceh Tenggara dan masyarakat Kluet di Kabupaten Aceh Selatan. Sementara itu, tidak diketahui pasti apakah bahasa ini merupakan bahasa tunggal atau bukan, karena banyaknya kemiripan kosa kata dengan bahasa Batak Karo, sehingga umumnya orang Karo, Alas. dan Kluet tidak begitu sulit untuk bisa saling mengerti dalam percakapan bahasa tersebut. Bahasa ini memiliki 2 dialek, yaitu dialek Alas dan dialek Kluet. Dialek Alas memiliki banyak kemiripan dengan bahasa Batak Karo, begitu pula dengan Dialek Kluet juga cenderung mirip dengan bahasa Batak Karo. Hal ini karena Tanah Alas dan Kluet berbatasan langsung dengan Tanah Karo. Sedangkan dialek Singkil atau Kade-Kade cenderung dekat dengan bahasa Batak Pakpak dan bahasa Batak Karo karena wilayahnya di Aceh Singkil berbatasan langsung dengan wilayah Dairi dan Pakpak Bharat. Bila dibandingkan antara bahasa Alas dengan bahasa Kluet memiliki banyak persamaan, juga banyak perbedaannya. Perbedaan yang mencolok adalah bahasa Alas mengucapkan huruf R secara uvular (seperti dalam bahasa Prancis) sedangkan bahasa Kluet tidak. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Alas dan bahasa Kluet di wilayah Aceh? Seperti disebut di ataskedua bahasa ini berada diantara bahasa Gayo dan bahasa Singkil di Aceh dan bahasa Karo dan bahasa Pakpak di Tapanuli. Lalu bagaimana sejarah bahasa Alas dan bahasa Kluet di wilayah Aceh? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.