Sabtu, 23 Desember 2023

Sejarah Bahasa (193): Bahasa Wetar Pulau Wetar dan Pulau Liran; Bahasa Tanimbar Orang Tanimbar di Pulau Tanimbar


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Pulau Wetar di kabupaten Maluku Barat Daya terdiri dari 4 kecamatan yakni; Wetar, Wetar Barat, Wetar Timur dan Wetar Utara. Pulau-pulau antara lain Babi, Lirang (Liran) dan Redong. Penduduk pulau Wetar banyak berasal dari Tanimbar.


Bahasa Wetar adalah bahasa yang digunakan di Pulau Wetar dan Pulau Liran (Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku, Indonesia), serta pulau-pulau di sekitarnya, termasuk Pulau Atauro (Timor Timur). Di Pulau Atauro, terdapat 3 dialek: Rahesuk di sebelah utara, Resuk di sebelah tenggara, serta Raklungu di sebelah barat daya. Dialek Dadu'a, dituturkan oleh orang Atauro yang bermukim di Timor, di distrik Manatuto. Bahasa Wetar memiliki hubungan dekat dengan bahasa Galoli yang dituturkan di Timor, yakni di pantai utara dekat Atauro. Namun, bahasa Wetar lebih banyak dipengaruhi oleh bahasa Melayu. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Wetar di pulau Wetar dan pulau Liran? Seperti disebut di atas bahasa Wetar di pulau Wetar. Bahasa Tanimbar orang Tanimbar di pulau Tanimbar. Lalu bagaimana sejarah bahasa Wetar di pulau Wetar dan pulau Liran? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah Bahasa (192):Bahasa Mambai Pulau Timor, Bahasa Penutur Kedua Terbanyak di Timor Leste; Bahasa Tetum di Pulau Timor


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Mambai dituturkan oleh kelompok etnis terbesar kedua di Timor Leste. Bahasa ini juga disebut Mambae atau Manbae. Mambai masuk dalam rumpun bahasa Melayu-Polinesia Tengah dari Cabang Timor. Bahasa ini dituturkan oleh kelompok etnis Esian Timor Timur di Mambai. Sebagai salah satu bahasa Ramela, pengaruhnya lebih kuat dari bahasa Papua dan Melayu di Ambon. Dengan 195.778 penutur bahasa ini adalah bahasa ibu kedua yang paling umum di Timor Leste.


Suku Mambai (Mambae, Manbae) merupakan suku terbesar kedua setelah suku Tetum Dili di Timor Timur. Awalnya, mereka dikenal sebagai Maubere oleh Portugis. Maubere atau Mau Bere adalah nama depan laki-laki yang tersebar luas di kalangan masyarakat Mambai. Jumlah suku Mambai sekitar 80.000 dari pedalaman Distrik Dili hingga pantai selatan wilayah tersebut, khususnya di distrik Ainaro dan Manufahi. Pusat utamanya adalah Ermera, Aileu, Pos Administratif Remexio, Turiscai, Maubisse, Ainaro dan Same, Timor Timur. Di antara masyarakat Timor Timur yang diasingkan di Australia, masyarakat Mambai merupakan salah satu kelompok utama. Bahasa Mambai termasuk dalam rumpun bahasa Melayu-Polinesia Tengah-Timur dari cabang bahasa Timor. Ini adalah bahasa ibu kedua yang paling umum di Timor Timur dengan 195.778 penutur. Rumah melingkar dengan atap kerucut merupakan tempat tinggal khas, dan suku Mambai mengolah jagung, padi, dan sayuran umbi-umbian. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Mambai di pulau Timoe, bahasa penutur kedua terbanyak di Timor Leste? Seperti disebut di atas bahasa Mambai8 orang Mambai di Timor Leste. Bahasa Tetum di pulau Timor. Lalu bagaimana sejarah bahasa Mambai di pulau Timoe, bahasa penutur kedua terbanyak di Timor Leste? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Jumat, 22 Desember 2023

Sejarah Bahasa (191): Bahasa Kemak Pulau Timor Antara Timor Barat dan Timor Timur; Bahasa-Bahasa di Indonesia - Timor Leste


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Kemak atau bahasa Ema adalah bahasa yang digunakan suku Kemak di Indonesia dan Timor Leste. Penuturnya terdapat di pulau Timor bagian tengah, di perbatasan Indonesia dengan Timor Leste. Dialek-dialeknya antara lain: Nogo & Kemak. Bahasa ini termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia.


Suku Kemak (Portugis: Quémaque, juga disebut Ema) adalah sebuah suku yang menghuni wilayah utara dan tengah pulau Timor. Persebaran suku Kemak di dua negara, yaitu Indonesia dan Timor Leste. Di Indonesia, suku Kemak tersebar di Kabupaten Belu, Timor Barat, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Sedangkan di Timor Leste, suku Kemak utamanya tersebar di Distrik Bobonaro dan Distrik Ermera. Suku Kemak mempertuturkan bahasa Kemak sebagai bahasa ibu. Populasi suku Kemak di Timor Leste pada tahun 2010 hampir mencapi 62 ribu jiwa. Sedangkan di wilayah Indonesia, populasi yang diketahui pada tahun 2006 sekitar 2.800 jiwa. Penyebarannya tidak merata. Sebagian menghuni wilayah di sepanjang perbatasan Kecamatan Lamaknen. Sedangkan sebagian lainnya menghuni wilayah pantai bagian utara Kabupaten Belu. Bahasa Kemak sebagai bahasa ibu terdapat pada empat daerah. Keempat daerah ini adalah Balibo, Bobonaro, Balsa, dan Atabai. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Kemak di pulau Timor antara Timor Barat dan Timor Timur? Seperti disebut di atas bahasa Kemak dituturkan di wilayah perbatasan Indonesia dan Timor Leste; Bahasa-bahasa di Indonesia dan Timor Leste. Lalu bagaimana sejarah bahasa Kemak di pulau Timor antara Timor Barat dan Timor Timur? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah Bahasa (190): Bahasa di Pulau Atauro Apakah Bahasa Adabe? Pulau Wetar di Indonesia - Pulau Atauro di Timor Leste


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Distrik Atauro (Município Ataúro) adalah sebuah pulau sekaligus distrik di Timor Leste yang terletak di sebelah utara Dili. Pulau terdekat dari distrik Atauro adalah Pulau Liran di wilayah Provinsi Maluku, 130 km (81 mi) ke arah timur laut. Sebelumnya, Atauro adalah sebuah kecamatan di Distrik Dili. Pada sensus 2015, memiliki 9.274 jiwa. Wilayah menjadi distrik terpisah yang mulai berlaku mulai 1 Januari 2022.

Adabe juga terkadang disebut sebagai Atauru, menyebabkan kebingungan dengan dialek bahasa Austronesia, Wetar, yang dituturkan di pulau Atauro dan berstatus bahasa nasional di Timor Leste dengan nama kolektif Atauro. Menurut sensus Timor Leste tahun 2015, sebanyak 260 orang berbicara Adabe. Sebagian besar dari mereka tinggal di sebelah barat Kotamadya Manatuto dan di Kotamadya Liquiçá. Menurut sensus, tidak ada penutur Adabe di Atauro. Adabe tidak memiliki status resmi di Timor Leste. Bahasa Wetar adalah bahasa yang digunakan di Pulau Wetar dan Pulau Liran (Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku, Indonesia), serta pulau-pulau di sekitarnya, termasuk Pulau Atauro (Timor Timur). Di Pulau Atauro, terdapat 3 dialek: Rahesuk di sebelah utara, Resuk di sebelah tenggara, serta Raklungu di sebelah barat daya. Dialek Dadu'a, dituturkan oleh orang Atauro yang bermukim di Timor, di distrik Manatuto. Bahasa Wetar memiliki hubungan dekat dengan bahasa Galoli yang dituturkan di Timor, yakni di pantai utara dekat Atauro. Namun, bahasa Wetar lebih banyak dipengaruhi oleh bahasa Melayu. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa di pulau Atauro apakah bahasa Adabe? Seperti disebut di atas di pulau Atauro adalah wilayah bahasa Atauro dan juga ada penutur bahasa Wetar. Pulau Wetar di Indonesia dan pulau Atauro di Timor Leste. Lalu bagaimana sejarah bahasa di pulau Atauro apakah bahasa Adabe? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Kamis, 21 Desember 2023

Sejarah Bahasa (189): Bahasa Kolana atau Bahasa Wersing di Pulau Alor; Pelindungan Bahasa - Revitalisasi Bahasa Rawan Punah


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Wersing (Kolana) (Wirasina) dituturkan di desa Kolana Utara, Alor Timur, dan juga di desa Maritaing, Maisamang, Elok, dan Kolana Selatan. Jumlah penutur berkisar 599 orang mendiami daerah pesisir pantai. Suku yang dominan di desa Kolana Utara adalah suku Sawila. Bahasa Wersing bahasa tersendiri dibandingkan bahasa-bahasa lain di sekitarnya seperti Nedebang, Alor, Batu, Deing, dan bahasa Kepo dengan perbedaan 81 persen.


Dua Bahasa di Alor Terancam Punah. Suryani Wandari Putri Pertiwi. Rabu, 16 Desember 2020. Kepala Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggaa Timur, Syaiful Bahri Lubis, menyatakan kondisi bahasa di NTT saat ini ada terancam punah, utamanya dua bahasa di Alor. Dari 72 bahasa daerah di NTT, ada dua bahasa yang menjadi fokus kami tahun depan yakni bahasa Sar dan bahasa Kafoa, keduanya terancam punah sebut Syaiful dalam webinar Revitalisasi Bahasa yang Terancam Punah, Rabu (16/12). Dijelaskan bahasa Sar merupakan bahasa yang dituturkan oleh masyarakat Nule, kecamatan Pantar Timur. Saat ini, penuturnya hanya 1.125 jiwa di kampung Nuhawala dan kampung Adiabang.  Lebih lanjut disebut dengan jumlah penutur sebanyak itu, sudah terkategori terancam punah, bahasa ini juga sudah sedikit digunakan oleh penutur muda. Bahasa Sar bertetangga dengan bahasa Teiwa di sebelah timurnya dengan perbedaaan bahasa 87,5 persen. Sementara, di sebelah baratnya bertetangga dengan bahasa Deing.  (https://mediaindonesia.com/)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Kolana bahasa Wersing di pulau Alor? Seperti disebut di atas bahasa Kolana atau bahasa Wersing dituturkan di Alor Timur. Pelindungan bahasa dan revitalisasi bahasa rawan punah. Lalu bagaimana sejarah bahasa Kolana bahasa Wersing di pulau Alor? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah Bahasa (188): Bahasa Adang di Pulau Alor; Banyak Bahasa di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Terbanyak Kabupaten Alor


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Adang adalah sebuah bahasa Timor-Alor-Pantar yang dipertuturkan di wilayah pulau Alor bagian barat laut, provinsi Nusa Tenggara Timur. Bahasa Adang mempunyai dialek bernama "Aimoli". Atas dasar perbedaan linguistik dan identitas sosial, dialek itu dianggap sebagai bahasa terpisah dari bahasa Kabola. Kelompok populasi berbahasa Adang berada di kepala burung pulau Alor.


Kabupaten Alor sebagian besar tanah pegunungan terdiri tiga pulau besar dan pulau-pulau kecil. Disebutkan tempo dulu ada kerajaan Abui di pegunungan Alor dan kerajaan Munaseli di ujung timur pulau Pantar. Kerajaan berikutnya adalah Pandai dekat Munaseli dan kerajaan Bunga Bali di Alor Besar. Disebutkan tentara Majapahit tiba di Munaseli mereka temukan puing-puing kerajaan Munaseli penduduknya telah melarikan diri. Para tentara Majapahit banyak yang menetap di Munaseli. Galiau (Pantar) dalam Negarakartagama disebut terdiri 5 kerajaan: Kui dan Bunga Bali di Alor; Blagar, Pandai dan Baranua di Pantar. Aliansi 5 kerajaan raja-raja mereka memiliki leluhur yang sama. Mereka juga memiliki hubungan darah dengan aliansi serupa di Solor dan Lembata. Pigafetta, sempat berlabuh di pantai Pureman 8-25 Januari 1522. Pada tahun 1911, Pemerintah Hindia Belanda memindahkan pelabuhan dan pusat pemerintahan Alor dari Alor Kecil ke Kalabahi. Gereja pertama dibangun di Kalabahi (sekarang Gereja Pola) pada tahun 1912. (https://www.detik.com/))

Lantas bagaimana sejarah bahasa Adang di pulau Alor? Seperti disebut di atas bahasa Adang dituturkan di wilayah kepala burung pulau Alor. Banyak bahasa di provinsi Nusa Tenggara Timur, terbanyak di kabupaten Alor. Lalu bagaimana sejarah bahasa Adang di pulau Alor? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982