Minggu, 25 April 2021

Sejarah Filipina (20): Popularitas Filipina Sejak Era VOC; Benteng Fort Philipina di Buitenzorg hingga Manila Band di Medan

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Filipina dalam blog ini Klik Disini

Nama-nama benteng terkenal di Filipina adalah benteng Fort San Miguel di Zebu, di teluk Zebu, pulau Zebu dan benteng Fort Santiago di teluk Manila di pulau Luzon. Benteng Fort San Miguel didirikan sejak pelaut-pelaut Spanyol yang dipimpin San Miguel mendirikan koloni di Zebu (tempat yang pertama dikunjungi pelaut Spanyol yang dipimpin oleh Ferdinand Magellan tahun 1521. Dua benteng Spanyol ini di Filipina terus dikembangkan.

Wilayah Hindia Timur-Spanyol (Filipina) yang dikuasai Spanyol terbilang sangat kecil. Oleh karena itu benteng Spanyol di Filipina tidak banyak, yang terkenal adalah Fort San Miguel dan Fort Santiago. Berbeda dengan di wilayah Indonesia (Hindia Timur-Belanda) yang begitu luas (dari Sumatra hingga Papua), maka benteng-benteng Belanda sangat banyak dan yang paling terkenal adalah benteng Kasteel Batavia (didirikan 1619). Oleh karena benteng yang ada di Filipina sangat sedikit maka benteng-benteng di Filipina dikenal luas, sperti halnya benteng di Semenanjung yang terbilang hanya satu buah yakni Fort Malaka (awalnya dikuasai Portugis tetapi sejak 1642 diduduki Belanda-VOC). Benteng terdekat Belanda ke Filipina dibangun di Manado pada tahun 1675 (disebut Fort Amsterdam). Sebelum benteng Spanyol di Zebu didirikan, pelaut-pelaut Spanyol sudah pernah memiliki benteng di pulau Ternate dan pulau Tidore (kupulauan Maluku). Namun semua benteng Spanyol itu harus berakhir, diambil alih Belanda, karena Spanyol terusir di wilayah Ternate (termasuk Manado). Orang-orang Spanyol membersihkan benteng-bentengnya di Tidore terakhir pada tahun 1665 (saat mana kebijakan VOC yang perdagangan longgor di pantai digantikan dengan kebijakan baru yang mana penduduk dijadikan sebagai subjek).

Lantas bagaimana sejarah nama Filipina dan Manila (di Hindia Timur-Spanyol) populer di Hindia Timur-Belanda (Indonesia)? Seperti disebut di atas, tidak ada nama Fort Philipina di Filipina, yang ada adalah nama Fort San Miguel dan Fort Santiago. Nama Fort Philipina terdapat di Buitenzorg (hulu sungai Tjiliwong, benteng terjauh di daerah aliran sungai Tjiliwong dari benteng Kasteel Batavia). Lalu bagaimana benteng di Buitenzorg disebut Fort Philipina? Yang jelas tidak hanya itu, nama Manila juga pernah terkenal di Medan sebagai nama band. Apakah band Manila di Medan milik orang Filipina? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 24 April 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (52): Situs Kuno Kendal, Memperkaya Pengetahuan Zaman Kuno Indo; Binanga, Palembang, Taruma

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog Klik Disini

Membicarakan Indonesia ke masa depan tidak akan ada habisnya. Sesungguhnya membicarakan Indonesia di masa lampau pada zaman kuno juga tidak ada habisnya. Bagaimana Sejarah Menjadi Indonesia di zaman kuno masih banyak yang belum terungkap, lebih-lebih pada zaman megalitikum (kebudayaan megalitik). Sisa-sisa zaman kuno pada akhir era Hindoe-Boedha pada masa kini masih dapat dilihat dengan jelas seperti candi di Jawa (antara lain Borobudur, Prambanan) dan di Sumatra (antara lain di Muara Takus, Padang Lawas dan Simangambat-Siabu). Penemuan zaman kuno awal era Hindoe-Boedha satu per satu mulai terkuak, yang terakhir situs di Kendal (di pantai utara Jawa Tengah).

Secara teoritis, pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan awal mengikuti arah penyebaran manusia. Dimana terrdapat sumber daya (populasi yang banyak dan kekayaan alam yang melinmpah) di situlah kebudayaan melembaga dan terus tumbuh dan berkembang. Berbagai penelitian mutakhir (pendekatan DNA) arah penyebaran manusia (berkulit gelap) dari Afrika ke berbagai penjuru termasuk ke arah timur ke kepulauan yang kelak disebut Hindia Timur. Penduduk di Hindia Timur yang diperkaya oleh arus migran penduduk berkulit coklat (pedagang-pedagang India) menyebabkan penduduk di pulau-pulau Hindia Timur (seperti Sumatra dan Jawa) berkembang kebudayaan baru, yang melanjutkan kebudayaan megalitik seperti yang ditemukan pada situs Padang (Cianjur). Kebudayaan megalitik ini merupakan suksesi kebudayaan zaman batu (sebagaimana ditemukan manusia purba di Jawa, Pithecanthropus erectus).

Lantas bagaimana sejarah situs Kendal memperkaya pengetahuan zaman kuno Indonesia? Pembuktian awal, bata yang ditemukan di situs Kendal diduga terbentuk pada tahun 630 (tahun Hijrah Islam dimulai tahun 622 M). Awal era Hindoe-Boedha di Indonesia selama ini disebuit bermula pada abad ke-4, pada saat mana pedagang-pedagang India mencapai Hindia Timur di Sumatra, Semenanjung dan Jawa. Prasasti Tugu (Tarumanagara) diperkirakan dibuat pada abad ke-5. Pada abad ke-7 dibuat situs Kedukan Bukit (Palembang). Satu yang penting dari catatan pada situs Palembang ini adalah nama Minanga yang diduga nama Binanga yang sekarang di wilayah Tapanuli Bagian Selatan (suatu kawasan percandian paling luas di Indonesia). Situs Padang Lawas ini tidak jauh dari situs Simangambat-Siabu. Lalu bagaimana hubungan satu sama lain situs-situs kuno tersebut? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Filipina (19): Sejarah Asal Usul Pulau Spratly Dekat Pulau Palawan Filipina; Apakah Pantas Spratly Diklaim China?

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Filipina dalam blog ini Klik Disini  

Tempo doeloe tidak ada yang mengangap penting (pulau) Spratly, apakah Inggris (Brunai), Spanyol (Filipina) atau Belanda (Indonesia). Hanya Prancis (Vietnam) yang mengklaim sendiri pada tahun 1930 (lihat Algemeen Handelsblad, 01-06-1930). Meski pada saat itu, China sudah memiliki kekuatan sendiri, tetapi tidak pernah mengklaimnya. Situasi dan kondisi masa kini berbeda dengan masa lampau.

Pada masa ini nama (pulau atau kepulauan) Spratly diketahui dengan nama yang berbeda-beda: Nansha Qundao (China); Kepulauan Spratly (Malysia-Brunai); Islang Kalayaan (Filipina) dan Quan Dao Truong Sa (Vietnam). Kepulauan ini bukanlah daratan yang sempurna, tetapi hanya berbentuk reefs, shoals, atolls, and small islets yang berada di kawasan South China Sea (bagian dari Pacific Ocean). Ribut-ribut tentang klaim Spratly, Indonesia juga memiliki kepentingan sendiri di sekitar kawasan (sebagai bagian Zona Ekonomi Eksklusif 200 mil). Situasi dan kondisi saat ini bahwa China mengeklaim seluruh wilayah Spratly dan menguasai 7 pulau; Taiwan klaim seluruh wilayah dan menguasai 1 pulau; Vietnam klaim seluruh wilayah dan menguasai 9 pulau; Malaysia klaim 12 pulau dan menguasai 5 pulau; Filipina klaim 27 pulau dan menguasai 8 pulau; Brunei Darussalam klaim 3 pulau yang paling selatan namun tidak menguasai pulau tertentu.

Lantas bagaimana sejarah asal usul Pulau Spratly di dekat pulau Palawan? Seperti disebut di atas kini telah terjadi klaim beberapa negara atas pulau tersebut. Tentu saja kepulauan itu berada di bawah sengketa. Lalu mengapa kini China, Vietnam dan Taiwan terkesan sangat ngotot untuk meraihnya semua pulau-pulau itu? Sudah barang tentu China, Taiwan, Vietnam, Malaysia, Brunai dan Filipina memiliki kepentingan tertentu. Lalu pertanyaannya pantaskah China mengklaim seluruh pulau di Spratly? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 23 April 2021

Sejarah Filipina (18): Sejarah Taiwan, Pulau Formosa; Seberapa Dekat Hubungan Lama Antara Formosa dan Pulau Luzon (Filipina)

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Filipina dalam blog ini Klik Disini 

Artikel ini tidak berbicara tentang hubungan antara China dan Taiwan pada masa kini, tetapi mendeskripsikan sejarah awal Taiwan yang dimulai di pulau Formosa. Nama pulau utama di Taiwan yang disebut pulau Formosa merujuk pada nama Portugis (sejak era Portugis). Pulau Formasa ini tidak begitu jauh dari pulau Luzon dimana terdapat kota Manila (Filipina). Begitu dekat, sudah barang tentu antara dua pulau ini (Formosa dan Luzon) sudah terjadi interaksi yang intens sejak masa lampau.

Pada masa kini Taiwan dikenal sebagai sebuah pulau di Asia Timur yang di masa lampau disebut pulau Formosa. Pulau-pulau tetangga pulau Taiwan antara lain pulau Orchid dan pulau Hijau di Pasifik sebelah pantai Taiwan, kepulauan Penghu di selat Taiwan, serta Kinmen dan kepulauan Matsu sebelah pantai Fujian, Tiongkok Daratan. Secara geografis kepulauan di Taiwan ini terletak di Asia Timur sebelah pantai Tiongkok Daratan, sebelah barat daya kepulauan utama Jepang, tetapi sebelah barat langsung dari ujung Kepulauan Ryukyu Jepang, dan sebelah barat laut-utara Filipina. Pulau ini dihubungkan ke timur oleh Samudra Pasifik, ke selatan oleh Laut Tiongkok Selatan dan Selat Luzon, ke barat oleh Selat Taiwan, dan ke utara oleh Laut Tiongkok Timur. Pulau ini mempunyai panjang 394 kilometer (245 mil) dan lebar 144 kilometer (89 mil). Taiwan saat ini diklaim oleh Republik Rakyat Tiongkok (RRT) walaupun RRT tidak pernah menguasai Taiwan.

Lantas bagaimana sejarah awal Taiwan di pulau Formosa yang begitu dekat secara geografis dengan Filipina? Tentu saja topik ini sudah pernah ditulis. Namun sejauh data baru ditemukan, narasi pulau Formasa di Tawain tidak akan pernah berhenti. Lalu apa pentingnya sejarah pulau Formasa dengan sejarah Filipina? Tentu saja sangat penting di masa lampau, meski pada masa kini hubungannya tidak begitu penting lagi. Keutamaan sejarah pulau Formosa di masa lampau karena terhubung dengan Asia Tenggara, khususnya pulau Luzon (Filipina) bahkan jauh sebelum penduduk Tiongkok mencapai pulau ini. Oh, begitu? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Filipina (17): Miangas Tempo Dulu, Sengketa Antara Amerika Serikat vs Hindia Belanda; Miangas-Rote, Mindanao-Spratly

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Filipina dalam blog ini Klik Disini

Pulau Miangas begitu dekat dengan pantai selatan pulau Mindanao, tetapi begitu jauh dari pantai utara pulau Talaud. Ini ibarat pulau Cocos dan pulau Natal begitu dekat dengan pulau Jawa, tetapi begitu jauh dari pantai barat Australia. Namun kini pulau Miangas masuk wilayah kabupaten Kepulauan Talaud (Indonesia) dan pulau Cocos dan pulau Natal masuk wilayah teritori Australia. Dua kasus itu bermula di masa lalu dan telah diselesaikan pula di masa lalu. Dalam hal ini pulau Miangas menjadi perselisihan antara Amerika Serikat (Filipina) dan Hindia Belanda (Indonesia). Lalu yang menarik apa yang menjadi pangkal masalah dan apa pula yang mengakhiri masalah?

Perselisihan batas yursidiksi wilayah antara negara pada masa lampau sangat lazim. Hal itu juga banyak terjadi sejak era Hindia Belanda hingga era Republik Indonesia dengan negara lain. Hal yang terbaru adalah soal pulau Ligitan dan pulau Sipadan antara Indonesia dengan Malaysia. Itu sudah diselesaikan. Tempo doeloe, selain pulau Miangas, juga terjadi pada pulau Rondo di Atjeh antara teritori Hindia Belanda dengan teritori Inggris di Andaman. Demikian juga dengan pulau Cocos dan pulau Natal yang secara historis ditemukan oleh Belanda (dan bahkan benua Australia ditemukan pelaut Belanda). Namun dalam perkembangannya Inggris menklaim Australia dan juga pulau Cocos dan pulau Natal. Hindia Belanda yang begitu luas, Pemerintah Hindia Belanda sudah cukup dengan yang ada dan mengabaikan Australia dan pulau-pulau lainnya di selatan Jawa. Akibatnya Australia menjadi milik Inggris, demikian juga pulau Cocos dan pulau Natal yang begitu dekat dengan pantai selatan pulau Jawa. Sisa perselisihan batas yurisdiksi ini masih ada hingga sekarang soal pulau Spratly yang diklaim China maupun Filipina. Kasus ini belum selesai.

Lantas bagaimana sejarah sengketa pulau Miangas di dekat pulau Mindanao? Tentu saja topik ini sudah pernah dibahas, namun sejarah tetaplah sejarah. Yang jelas pulau ini yang pernah tempo doeloe dipersengkatan antara Amerika Serikat dengan Hindia Belanda tidak terlalu dipermasalahkan Filipina pada masa ini. Dalam hal inilah muncul kedekatan antara Indonesia dan Filipina di pulau Miangas. Namun persoalannya sedikit berbeda dengan kasus pulau Ligitan dan pulau Sipadan (Indonesia vs Malaysia yang di masa lalu ketika Amerika Serikat, Inggris dan Hindia Belanda menarik batas-batas yurisdiksi). Lalu apa pentingnya sejarah sengketa pulau Miangas? Sebagai sejarah, bagaimana kisahnya? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.