*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bogor dalam blog ini Klik Disini
Apakah ada sejarah Ciawi Bogor? Ada dong. Namun sangat disayangkan tidak terinformasikan. Jika kita search ‘sejarah Ciawi’ di google tak satu pun situs yang muncul yang mendeskripsikan sejarah Ciawi. Itulah nasib Sejarah Ciawi yang tidak dicatat oleh jaman baru. Sejarah Ciawi masa lampau tenggelam di sungai Tjiawi.
Apakah ada sejarah Ciawi Bogor? Ada dong. Namun sangat disayangkan tidak terinformasikan. Jika kita search ‘sejarah Ciawi’ di google tak satu pun situs yang muncul yang mendeskripsikan sejarah Ciawi. Itulah nasib Sejarah Ciawi yang tidak dicatat oleh jaman baru. Sejarah Ciawi masa lampau tenggelam di sungai Tjiawi.
Ciawi (Peta 1901) dan Gadok (1865) |
Sudah waktunya
kita menggali data Sejarah Ciawi yang berada di dasar sungai Tjiawi. Jika
perhatikan data-data tersebut, Sejarah Ciawi ternyata sangat luar biasa.
Sebagai penanda navigasi Sejarah Ciawi tempo doeloe berangkat dari Buitenzorg
(Bogor) ke Tjiandjoer. Dalam perkembangannya terbuka jalur dari Tjiandjoer ke
Soekaboemi. Pihak Soekabomilah yang kemudian meminta dihubungkan dengan Tjiawi
agar menjadi lebih dekat dengan Buitenzorg (menjauh dari Tjiandjoer). Sejak itu
Tjiawi sebagai interchange menjadi sangat penting. Sejarah baru Tjiawi dimulai.
Nah, untuk menengok bagaimana Sejarah Ciawi berlangsung, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.
Kecamatan Ciawi, Bogor (Now) |
Sejarah Awal Tjiawi
Kampong Tjiawi bermula bukanlah di persimpangan
empat yang sekarang. Kampong Tjiawi juga bukan di jalan utama ke arah Gadok tempat
kantor Kecamatan Ciawi yang sekarang. Kampong Tjiawi bermula di jalan menuju
Sukabumi yang sekarang di sebelah kanan jalan yang menjadi lokasi dimana kantor
Kepala Desa Ciawi berada. Akses jalan ini dibuka pada era VOC (dari jalan
utama, persimpangan empat yang sekarang) ke land Tjikoppo yang (kebetulan)
melalui kampong Tjiawi. Kampong Tjiawi yang awalnya memiliki jalan setapak ke
jalan raya menjadi lebar (karena menjadi jalan tanah partikelir).
Kampong Tjiawi di land Tjikoppo (Peta 1870) |
Pada era VOC land Tjikoppo adalah tanah
partikelir yang sangat luas.Suatu land yang berada di sisi timur land Bloeboer
(Buitenzorg) ke arah Tjisaroea. Landhuis (ibu kota) land Tjikoppo sendiri
berada di Gadok. Siapa pemilik land Tjikoppo tidak diketahui secara jelas. Namun
yang jelas pada awal era Pemerintah Hindia Belanda (VOC dibubarkan pada tahun
1799), Johannes van den Bosch, pemilik land Pondok Gede (district Bekasi)
membeli sebagian land Tjikoppo di daerah aliran sungai Tjisoesoepan. Land van
den Bosch yang secuil ini kemudian disebut land Pondok Gede. Meski demikian,
kampong Tjiawi masih termasuk land Tjikoppo. Land Pondok Gede ini berpangkal di
jalan pos (Buitenzorg-Tjisaroea). Johannes van den Bosch adalah orang yang
memimpin ekspedisi ke Priangan pada era Gubernur Jenderal Daendels (1808-1811)
sebelum terjadi pendudukan Inggris (1811-1816). Kelak, setelah Pemerintah
Hindia Belanda berkuasa kembali, pasca perang Jawa Johannes van den Bosch menjadi
Gubernur Jenderal Hindia Belanda (1830-1833), gubernur yang terkenal dengan
kebijakan koffiestelsel.
Tijdschrift voor Neerland's Indie, 1842 dan Peta 1901 |
Dalam perkembangannya lahan dari land Tjikoppo di
sisi barat land Pondok Gede dijual pemiliknya yang kemudian terbentuk land baru
yang disebut land Tjiawi. Disebut land Tjiawi karena di land yang terjepit
antara land Bloeboer dan land Pondok Gede terdapat nama sungai dan nama kampong
Tjiawi. Siapa pemilik land Tjiawi tidak begitu jelas, tetapi diduga kuat
keluarga Johannes van den Bosch.
Regentschap Buitenzorg Pert. Landen |
Untuk mengefektifkan jalannya pemerintahan di
seluruh Hindia Belanda, pada tahun 1826 pemerintahan pusat melakukan penataan
ulang pemerintahan dan membentuk cabang-cabang pemerintahan yang baru termasuk di
Afdeeling Buitenzorg (lihat Bataviasche courant, 04-10-1826). Residentie
Buitenzorg dilebur ke Residentie Batavia. Di Afdeeling Buitenzorg ditempatkan
seorang Asisten Residen yang berkedudukan di Buitenzorg. Sejak pendudukan
Inggris status Buitenzorg adalah sebuah Residentie yang dipimpin oleh seorang
Residen.
Staatsblad van Nederlandsch-Indie voor 1864 |
Pada tahun 1864 pemilik land Tjikoppo dan pemilik
land Pondok Gede diizinkan pemerintah untuk membangun pasar berdasarkan
Staatsblad No 84 tahun 1864 (lihat Staatsblad van Nederlandsch-Indie voor 1864).
Dalam staatsblad ini disebutkan lokasi pasar land Tjikoppo ini berada di dekat
kamping Pasir Moentjang (buka setiap hari Rabu dan hari Sabtu yang tutu sebelum
petang). Untuk pasar land Pondok Gede berada di land Tjiawi jalan ke arah Srogol
yang buka setiap hari Kamis dan tutup sebelum petang dan di land Tjiedjeroek
dekat kampong Srogol yang buka setiap hari Sabtu dan tutup sebelum petang.
Land Tjoetak Tjidjeroek dan land Tjikoppo (Peta 1870) |
Tunggu deskripsi lengkapnya
Perkembangan di Soekaboemi: Jalan
Terhubung ke Tjiawi
Jalan yang pertama dibangun di Sukabumi bukanlah
jalan pos (post-weg), tetapi jalan yang dirintis oleh Andries de Wilde. Jalan
yang dirintis oleh pemilik land Goenong Parang (Soekaboemi) kemudian dijadikan
jalan pos (post-weg) dari arah timur di kota Tjiandjoer menuju Soekaboemi dan
dari kota Soekaboemi terus ke Palaboehan (Palaboehan Ratoe). Dalam
perkembangannya dibangun jalan post dari arah barat di Buitenzorg menuju
Soekaboemi.
Lokasi pasar di Pasir Montjang dan di Srogol (Peta 1901) |
Permintaan dari Soekaboemi ini sudah lama ada
namun tidak pernah terealisasi. Sejak 1870 status Controleur di Soekaboemi telah
ditingkatkan menjadi Asisten Residen. Sehubungan dengan pembangunan jalan pos
baru dengan pemindahan jalan militer Buitenzorg-Tjiandjoer via Tjisaroea
(Megamendoeng) menjadi via Soekaboemi, realisasi pembukaan jalan antara
Soekabomi dan Buitenzorg ini menjadi (lebih cepat) terwujud. Jalan pos yang
tersambung dari Buitenzorg dan Tjiandjoer ini menjadi jalan utama di
Soekaboemi. Namun peruntukkan jalan ini bukan untuk umum (hanya diutamakan
untuk pergerakan militer). Para pengusaha di Soekaboemi cukup kecewa.
Kebijakan
yang tidak mendukung para pengusaha planter di Soekaboemi sempat menimbulkan
protes. Jalan pintas yang diidam-idamkan oleh para planter Soekaboemi yang
dimotori oleh pengusaha kuat Eekhout ternyata telah diambilalih untuk keperluan
militer. Pemerintah pusat tetap menganjurkan pengusaha Soekaboemi mendorong
jalur produksi ke Pelaboehan Ratoe. Pemerintah akan mendukung dengan mengatur
kapal paket post secara reguler dari Batavia ke Soekaboemi (Pelaboehan Ratoe).
Kekecewaan para pengusaha di Soekaboemi, meski
agak telat, mulai terobati dengan adanya kebijakan pemerintah pusat untuk
meneruskan pembangunan jalur kereta api dari Buitenzorg ke Bandoeng via
Soekaboemi en Tjiandjoer. Jalur kereta api Batavia-Buintenzorg mulai beroperasi
pada tahun 1873. Sedangkan jalur kereta api Buitenzorg-Bandoeng ruas pertama
yang dioperasikan antara Buitenzorg dan Soekaboemi pada tahun 1882.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Tunggu deskripsi lengkapnya
Sejarah Ciawi di Era Republik Indonesia
Tunggu deskripsi lengkapnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar