Minggu, 02 Januari 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (331): Pahlawan-Pahlawan Indonesia Sylvanus Bersaudara di Jantung Borneo (Dayak); Doris dan Reinout

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Orang Dayak, khususnya di Kalimantan Tengah hanya mengenal sejarah Ir Reinout Sylvanus. Orang Kalimantan Tengah mungkin tidak mengenal sejarah Dr Doris Sylvanus. Okelah. Hal itu tidak akan mengubah fakta. Dr Doris Sylvanus mungkin dikenal sebagai nama rumah sakit di Palangka Raya. Siapa Dr Doris Sylvanus? Dokter Dorus Sylvanus adalah serjana pertama orang Dayak, berasal dari Jantung Borneo di Kalimantan Tengah.

Reinout Sylvanus (17 April 1928-25 Februari 2019) adalah Gubernur kedua provinsi Kalimantan Tengah menggantikan Tjilik Riwut. Pada tahun 1946, ia telah meninggalkan bangku sekolahnya demi mempertahankan wilayah Republik Indonesia. Namun akhirnya pada tahun 1957 ia mampu menyelesaikan kuliahnya pada fakultas teknik kimia Institut Teknologi Bandung. Ia mengawali karier sebagai asisten ahli/dosen ITB Bandung pada tahun 1956-1958. Pada tahun 1958-1961 ia menjabat sebagai wakil direktur pabrik kina Bandung (Bhineka Kina Farma). Pada tahun 1961-1967, Ia menjabat sebagai Wakil Gubernur Kalimantan Tengah dan pada tahun 1967-1978 sebagai Gubernur Kalimantan Tengah. Pada Tahun 1978-1982 sebagai Pejabat Kantor Pusat Departemen Dalam Negeri dan pada tahun 1963-1967 terpilih sebagai Wakil Ketua Presidium Universitas Palangka Raya. Pada tahun 1967-1978 sebagai Ketua Presidium Universitas Palangka Raya. Tahun 1978 Sebagai Anggota Dewan Penyantun Universitas Palangka Raya. Pada tahun 1982 ia diangkat sebagai Anggota DPR/MPR RI. Ia berasal dari Suku Dayak Ngaju-Ot Danum dan merupakan keturunan dari Damang Batu tokoh yang mempersatukan seluruh suku Dayak di Kalimantan dalam rapat besar Tumbang Anoi  (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Dr Doris Syvanus dan Ir Reinout Sylvanus? Seperti disebut di atas, Dr Doris Sylvanus adalah sarjana pertana orang Dayak dan Ir Reinout Sylvanus sarjana dari jantung Borneo yang menjadu gubernur Kalimantan Tengah. Dari nama belakang (marga) kedua sarjana bersaudara. Lalu bagimana sejarah dua sarjana pertama orang Dayak? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (330): Pahlawan Nasional Tjilik Riwut di Jantung Borneo; Tentara Indonesia Jadi Gubernur Kalimantan

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Tjilik Riwut adalah pahlawan Indonesia yang telah ditabalkan menjadi Pahlawan Nasional. Tjilik Riwut dapat dikatakan salah satu tokoh orang Dayak terpenting. Sebagai seorang tentara, Tjilik Riwut sebagai putra daerah aktif berjuang untuk wilayah Dayak Besar (Kalimantan Tengah). Tjilik Riwut adalah orang Dayak pertama menjadi gubernur (Gubernur Kalimantan Tengah). Namanya telah ditabalkan sebagai nama bandara di Palangka Raya (ibu kota provinsi Kalimantan Tengah).

Anakletus Tjilik Riwut (2 Februari 1918-17 Agustus 1987) adalah salah satu pahlawan nasional Indonesia dan Gubernur Kalimantan Tengah kedua. Tjilik Riwut dengan bangga selalu menyatakan diri sebagai ‘orang hutan’ karena lahir dan dibesarkan di belantara Kalimantan, adalah seorang pencinta alam yang juga menjunjung tinggi budaya leluhurnya. Ketika masih belia, ia tiga kali mengelilingi pulau Kalimantan hanya dengan berjalan kaki serta menaiki perahu dan rakit. Dia menamatkan pendidikan dasarnya di kota kelahirannya. Selanjutnya dia melanjutkan pendidikannya di Sekolah Perawat di Purwakarta dan Bandung. Tjilik Riwut adalah salah satu putra Dayak dari Suku Dayak Ngaju yang menjadi anggota KNIP. Setelah selesai menuntut ilmu di Jawa, Tjilik Riwut diterjunkan ke Kalimantan oleh Pangeran Muhammad Noor, Gubernur Borneo saat itu sebagai pelaksana misi Pemerintah Republik Indonesia yang baru saja terbentuk. Rombongan-rombongan ekspedisi ke Kalimantan dari Jawa kemudian membentuk barisan perjuangan di daerah yang sangat luas. Mereka menghubungi berbagai suku Dayak di berbagai pelosok Kalimantan untuk menyatukan persepsi rakyat yang selama ini hidup di bawah penjajahan sehingga bersama-sama dapat menggalang persatuan dan kesatuan. Selain itu, Tjilik Riwut berjasa memimpin pasukan MN 1001 yang berhasil melaksanakan operasi penerjunan pasukan payung pertama dalam sejarah Angkatan Bersenjata Republik Indonesia pada tanggal 17 Oktober 1947, yang seterusnya ditetapkan sebagai Hari Pasukan Khas TNI-AU. Waktu itu, pemerintah RI masih berada di Yogyakarta dan pangkat Tjilik Riwut adalah Mayor TNI.  (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Pahlawan Nasional Tjilik Riwut? Seperti disebut di atas, Tjilik Riwut  adalah seorang tentara, namun memiliki banyak kemampuan hingga mengantarkannya menjadi Gubenur orang Dayak pertama di Kaliamantan (Kalimantan Tengah). Lalu bagaiman sejarah Tjilik Riwut? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 01 Januari 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (329): Pahlawan Nasional Hasan Basri di Borneo; Proklamasi Kalimantan Selatan Tanggal 17 Mei 1949


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Hasan Basri adalah salah satu pahlawan Indonesia asal Kalimantan yang telah ditabalkan menjadi Pahlawan Nasional (2001). Sjarif Abdoel Hamid di Kalimantan Barat, tentara KNIL lulusan KMA Breda dipromoasikan menjadi Overste. Setelah dikukuhkan oleh Belanda/NICA sebagai Sultan Pontianak (Sultan Hamid II) lalu mengklaim seluruh wilayah West Borneo (Kalimantan Barat). Tidak demikian dengan Hasan Basri, sepulang dari Jawa (setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945) membentuk pasukan untuk menentang kehadiran Belanda/NICA di Zuid Borneo (Kalimantan Selatan) dan pada tanggal 17 Mei 1949 memproklamasikan Kalimantan Selatan sebagai bagian dari Republik Indonesia.

Hasan Basry (17 Juni 1923 – 15 Juli 1984) adalah tokoh militer dan Pahlawan Nasional. Hasan Basry sekolah di HIS kemudian pendidikan Islam di Tsanawiyah al-Wathaniah di Kandangan kemudian di Kweekschool Islam Pondok Modern di Ponorogo. Hasan Basry aktif dalam organisasi pemuda Kalimantan yang berpusat di Surabaya. Tanggal 30 Oktober 1945, Hasan Basry kembali ke Kalimantan Selatan dan kemudia menemui H. Abdurrahman Sidik di Pekapuran, untuk mengirimkan pamflet dan poster tentang kemerdekaan Indonesia dan juga melalui AA Hamidhan dikirim pamflet ke Amuntai dengan Ahmad Kaderi, sedangkan yang ke Kandangan dikirim lewat H Ismail. Di Haruyan pada tanggal 5 Mei 1946 para pejuang mendirikan Lasykar Syaifullah. sebagai pemimpin Hassan Basry. Pada tanggal 24 September 1946 saat acara pasar malam amal banyak tokoh Lasykar Syaifullah yang ditangkap dan dipenjarakan. Hassan Basry mereorganisir anggota yang tersisa dengan membentuk Benteng Indonesia. Pada tanggal 15 Nopember 1946, Letnan Asli Zuchri dan Letnan Muda M.Mursid anggota ALRI Divisi IV yang berada di Mojokerto, menghubungi Hassan Basry untuk menyampaikan tugas yaitu mendirikan satu batalyon ALRI Divisi IV di Kalimantan Selatan. Dengan pasukan Banteng Indonesia Hassan Basry berhasil membentuk batalyon ALRI. Ia menempatkan markasnya di Haruyan. Selanjutnya ia berusaha menggabungkan semua kekuatan bersenjata di Kalimantan Selatan ke dalam kesatuan. Situasi menjadi sulit, sesuai dengan Perjanjian Linggarjati (25 Maret 1947), Belanda hanya mengakui kekuasaan de facto RI atas Jawa, Madura dan Sumatra. Akan tetapi, Hasan Basry tetap melanjutkan perjuangan melawan Belanda (juga menentang Perjanjian Renville 17 Januari 1948). Ia menolak memindahkan pasukan ke daerah yang dikuasai RI (terdekat di Jawa). Hasan Basri memproklamasikan kedudukan Kalimantan sebagai bagian dari Republik Indonesia yang dikenal dengan Proklamasi 17 Mei 1949 atau Proklamasi Kalimantan. Pada tanggal 2 September 1949 dilakukan perundingan antara ALRI DIVISI (A) dengan Belanda, beserta penengah UNCI. Pada kesempatan ini, Jenderal Mayor Suharjo atas nama pemerintah mengakui keberadaan ALRI DIVISI (A) sebagai bagian dari Angkatan Perang Indonesia, dengan pemimpin Hassan Basry dengan pangkat Letnan Kolonel. Kemudian pada 1 November 1949, ALRI DIVISI (A) dilebur ke dalam TNI Angkatan Darat Divisi Lambung Mangkurat, dengan panglima Letkol Hassan Basry (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Pahlawan Nasional Hasan Basri? Seperti disebut di atas, Hasan Basri berjuang untuk mengekalkan Kalimantan Selatan sebagai bagian dari Republik Indonesia dengan proklamasi yang terkenal pada tanggal 17 Mei 1949. Lalu bagaimana sejarah Hasan Basri? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (328): Apa Kata Presiden Soekarno?Bung Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah (Banyak Pelaku Sejarah)


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disin

Presiden Soekarno adalah seorang peminat sejarah. Setiap pidatonya sejak muda hingga menjadi presiden tidak pernah lupa menyelipkan aspek sejarah. Oleh karena itu, Presiden Soekarno mengingatkan seluruh rakyat Indonesia ‘jangan sekali-kali melupakan sejarah’. Ir Soekarno saat itu dapat dikatakan sebagai guru besar sejarah (sebab saat itu belum ada guru besar pada bidang sejarah di perguruan tinggi).

Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah atau disingkat Jasmerah adalah semboyan yang terkenal yang diucapkan oleh Soekarno, dalam pidatonya yang terakhir pada Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1966. Menurut Jenderal Abdoel Haris Nasoetion, Jasmerah adalah judul yang diberikan oleh Kesatuan Aksi terhadap pidato Presiden, bukan judul yang diberikan Bung Karno. Presiden Soekarno memberi judul pidato itu untuk mempertahankan garis politiknya,yaitu ‘Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah’. Dalam pidato itu Presiden menyebutkan antara lain bahwa kita menghadapi tahun yang gawat, perang saudara, dan seterusnya. Disebutkan pula bahwa MPRS belumlah berposisi sebagai MPR menurut UUD 1945. Posisi MPRS sebenarnya nanti setelah MPR hasil pemilu terbentuk. Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta, Suyatno, menyebut pidato ‘Djangan Sekali-kali Meninggalkan Sedjarah!’ pada 17 Agustus 1966 merupakan pidato kepresidenan terakhir Bung Karno. Dia mencatat, terdapat 89 kata revolusi dan 50 kata sejarah dalam pidato tersebut. Itu menunjukkan betapa penting revolusi dan sejarah bagi Bung Karno. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Presiden Soekarno perlu mengingatkan seluruh rakyat Indonesia agar tidak melupakan sejarah? Seperti disebut di atas, kalimat yang mengingatkan itu dikatakan pada pidatonya pada tangga 17 Agustus 1966, pidato yang dianggap sebagai pidato Ir Soekarno? Lalu mengapa begitu penting sejarah harus diingatkan Presiden Soekarno untuk tidak dilupakan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.