Senin, 07 Agustus 2023

Sejarah Mahasiswa (4):Raden Kartono 1896 Lulus di HBS Semarang Studi ke Delft; RA Kartini dan "Habis Gelap Terbitlah Terang"


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Mahasiswa dalam blog ini Klik Disini

Siapa RA Kartini, tentu saja sudah dikenal luas di Indonesia masa ini. Yang dibicarakan dalam hal ini adalah Raden Kartono yang berangkat studi ke Belanda (di Delft). Raden Kartono adalah abang dari RA Kartini. Untuk diterimana di perguruan tinggi di Belanda, umumnya harus lulus sekolah menengah HBS. Raden Kartono lulus dari HBS Semarang. Dua lulusan HBS studi di perguruan tinggi di Belanda terdahulu adalah Ismangoen Danoe Winoto, Tan Tjoen Liang dan Oei Jan Lee.


Drs. Raden Mas Panji Sosrokartono (lahir 10 April 1877) adalah wartawan perang, penerjemah, guru, dan ahli kebatinan Indonesia. Kakak kandung RA Kartini. Setelah tamat dari Europeesche Lagere School di Jepara, Sosrokartono meneruskan pendidikannya ke HBS di Semarang. Selanjutnya pada 1898, Sosrokartono meneruskan pendidikannya ke Belanda di Sekolah Teknik Tinggi di Delft. Namun karena merasa tidak cocok, ia pindah ke Jurusan Bahasa dan Kesusastraan Timur sehingga lulus dengan gelar Doctorandus in de Oostersche Talen dari Universitas Leiden. Ia merupakan mahasiswa Indonesia pertama yang meneruskan pendidikan ke Belanda. Sosrokartono pernah berprofesi sebagai wartawan Perang Dunia I dari harian New York Herald Tribune di Wina, Austria semenjak 1917. Sosrokartono menguasai 24 bahasa asing dan 10 bahasa daerah di Nusantara. Tahun 1919 didirikan Liga Bangsa-Bangsa (League of Nations) atas prakarsa Presiden Amerika Serikat Woodrow Wilson. Dari 1919 sampai 1921, Sosrokartono menjabat sebagai Kepala penerjemah untuk semua bahasa yang digunakan di Liga Bangsa-Bangsa. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Raden Kartono, lulusan HBS Semarang studi ke Belanda di Delft? Seperti disebut di atas, Raden Kartono lulusan HBS, syarat yang sudah dipenuhi untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi di Belanda. Raden Kartono adalah abang RA Kartini di Jepara yang dikaitkan dengan buku Habis Gelap Terbitlah Terang. Lalu bagaimana sejarah Raden Kartono, lulusan HBS Semarang studi ke Belanda di Delft? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Mahasiswa (3): Guru-Guru Muda Studi ke Belanda,Peningkatan Kualitas Guru dan Sekolah; Tan Tjoen Liang - Oei Jan Lee


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Mahasiswa dalam blog ini Klik Disini

Siapa Tan Tjoen Liang dan Oei Jan Lee? Mereka berdua berangkat studi ke Belanda semasa Pemerintah Hindia Belanda tengah memprioritas peningkatan kulaitas guru dan sekolah pribumi dengan mengirim guru-guru pribumi ke Belanda untuk mendapatkan akta guru. Itu dimulai dengan tiga guru muda pertama: Barnas Lubis, Raden Seorono dan Raden Adi Sasmita. Sementara itu Tan Tjoen Liang dan Oei Jan Lee studi ke Belanda atas inisiatif sendiri, seperti halnya yang dilakukan sebelumnya oleh Willem Iskander dan Ismangoen Danoe Winoto.

 

Sebagai kelanjutan dari Keputusan Raja, tanggal 30 September 1848, tentang pembukaan sekolah dasar negeri maka untuk memenuhi kebutuhan guru pada sekolah-sekolah dasar tersebut dibuka sekolah pendidikan guru negeri pertama di Nusantara pada 1852 di Surakarta didasarkan atas keputusan pemerintah tanggal 30 Agustus 1851. Pada waktu sebelumnya, Pemerintah telah menyelenggarakan kursus-kursus guru yang diberi nama Normaal Cursus yang dipersiapkan untuk menghasilkan guru Sekolah Desa. Sekolah guru di Surakarta ini murid-muridnya diambil dari kalangan priyayi Jawa. Bahasa pengantarnya adalah bahasa Jawa dan Melayu. Sekolah ini pada 1875 dipindahkan dari Surakarta ke Magelang. Setelah pendirian sekolah guru di Surakarta berturut-turut didirikan sekolah sejenis di Bukittinggi (Fort de Kock) 1856, Tanah Batu, Tapanuli 1864, yang kemudian ditutup 1874, Tondano 1873, Ambon 1874, Probolinggo 1875, Banjarmasin 1875, Makassar 1876, dan Padang Sidempuan 1879. Adanya perubahan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan sehingga beberapa sekolah ditutup dengan alasan penghematan keuangan negara. Kweekscool yang ditutup di Magelang dan Tondano 1875, Padang Sidempuan 1891, Banjarmasin 1893, dan Makassar 1895. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah guru-guru muda studi ke Belanda, upaya peningkatan kualitas guru dan sekolah? Seperti disebut di atas tiga guru muda pertama Barnas Lubis, Raden Seorono dan Raden Adi Sasmita. Guru-guru muda juga diberikatan beasiswa oleh pemerintah. Sementara itu, Tan Tjoen Liang dan Oei Jan Lee atas inisiatif sendiri. Lalu bagaimana sejarah guru-guru muda studi ke Belanda, upaya peningkatan kualitas guru dan sekolah? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Minggu, 06 Agustus 2023

Sejarah Mahasiswa (2): Ismangoen Danoe Winoto, Cucu Sultan Jogja; Sarjana Pribumi Pertama Lulus Sekolah Tinggi di Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Mahasiswa dalam blog ini Klik Disini

Ismangoen Danoe Winoto adalah pribumi kedua studi di Belanda dan kembali ke tanah air (setelah Willem Iskander). Ismangoen Danoe Winoto adalah cucu Sultan Jogja. Willem Iskander studi untuk mendapat akta guru. Ismangoen Danoe Winoto studi di perguruan tinggi. Ismangoen Danoe Winoto sendiri menyelesaikan sekolah menengah (HBS) di Belanda, yang menjadi batu loncatannya studi di perguruan tinggi.


Sarjana Pertama Indonesia Lulus di Belanda, Begini Kisah Pahit Getir Kuliahnya. Trisna Wulandari. Minggu, 02 Okt 2022. detikEdu. Jakarta. Sarjana pertama Indonesia lulus di Leiden, Raden Mas Pandji Sosrokartono (kakak RA Kartini). Oktober 1901, RM Pandji Sosrokartono terdaftar mahasiswa sastra di Leiden (Harry A. Poeze, Indonesians at Leiden University, dalam buku Leiden Oriental Connections 1850-1940 disunting Willem Otterspeer). Sebelumnya, orang Indonesia terdaftar di Leiden sebetulnya adalah RM Ismangoen Danoe Winoto (kelahiran Yogyakarta 1850) tercatat 26 September 1871 sebagai pelajar di lembaga nasional pelatihan pegawai Hindia Belanda (berafiliasi dengan Leiden University). Kampus Ismangoen, Rijkssinstelling tot opleiding van Indische bestuursambtenaren, adalah lembaga yang menyediakan pendidikan lanjutan dengan tutor staf pemerintah Belanda. Setelah satu tahun di Leiden, Ismangoen dikirim tutornya ke pabrik di North Brabant dan perusahaan dagang di Hamburg untuk pengalaman praktik. Pada 1874, Ismangoen kembali kuliah tetapi di Delft, di institut yang senada dengan Rijkssinstelling. Pada 1875, lulus ujian Amtenar dan kembali ke Hindia. Sosrokartono adalah orang pertama Indonesia datang ke Belanda untuk studi. Karena itu, ia disebut sebagai perintis. (https://www.detik.com/)

Lantas bagaimana sejarah Ismangoen Danoe Winoto, cucu Sultan Jogja? Seperti disebut di atas, Ismangoen Danoe Winoto adalah pribumi kedua studi di Belanda (setelah Willem Iskander). Sarjana pribumi pertama lulus sekolah Tinggi di Belanda. Lalu bagaimana sejarah Ismangoen Danoe Winoto, cucu Sultan Jogja? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Mahasiswa (1): Sati Nasoetion alias Willem Iskander, Studi ke Belanda (1857); Pionir - Pembuka Jalan Studi ke Universitas


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Mahasiswa dalam blog ini Klik Disini

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Demikian juga, sebelum siswa melanjutkan studi ke perguruan tinggi ada yang mendahuluinya. Dalam hal inilah Sati Nasoetion alias Willem Iskander menjadi penting sebagai pribumi pertama (pionier) studi ke Belanda. Perguruan tinggi hanya ada di Belanda, sebelum di Indonesia (baca: Hindia Belanfda) dibuka untuk pertama kali tahun 1920.


Willem Iskander (lahir dengan nama Sati Nasution dengan gelar Sutan Iskandar di Pidoli Lombang, Maret 1840 adalah tokoh pendidikan dari daerah Mandailing. Willem mendirikan sekolah guru sepulang dari Belanda. Ia mengawali pendidikannya di Sekolah Rendah (Inlandsche Schoolan) di Panyabungan, Mandailing (1853-1855). Februari 1857 ia berangkat ke Belanda bersama AP Godon, Asisten Resident Mandailing-Angkola untuk melanjutkan sekolahnya. Pertama ia belajar di Vreeswijk, supaya bisa melanjutkan ke sekolah guru. Ia dibantu oleh AP Godon dan Prof HC Milles (Guru Filsafat, Sastra dan Budaya timur di Utrecht) untuk mendapatkan beasiswa dari Kerajaan Belanda, meski mendapat tantangan dari parlemen Kerajaan karna dianggap kristenisasi dalam pembiayaan pendidikan, tapi Prof HC Milles berhasil meyakinkan anggota Parlemen. Willem akhirnya dapat beasiswa di Sekolah Guru (Oefenschool). Ia lulus dan mendapat ijazah Guru bantu (Hulponderwijzer) 5 Januari 1859. Tahun 1874 ia pergi melanjutkan pendidikannya ke Belanda kedua kali untuk mendapatkan Ijasah Guru Kepala Sekolah (Hoofdonderwijzer). Ia berangkat bersama Benas Lubis (Muridnya), Raden Mas Sunarso dari Kwekschool Surakarta, Mas Ardi Sasmita dari Majalengka. Ia meninggal 9 Mei 1876 di Amsterdam dan di makamkan di Zorgvlietbeegrafplaats di Amstelveen di pingggiran kota Amsterdam. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Sati Nasoetion alias Willem Iskander, pionir pribumi studi ke Belanda? Seperti disebut di atas, Sati Nasoetion adalah siswa pribumi pertama di Hindia Belanda yang berangkat studi ke Belanda. Pembuka jalan studi ke Perguruan Tinggi di Belanda. Lalu bagaimana sejarah Sati Nasoetion alias Willem Iskander, pionir pribumi studi ke Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 05 Agustus 2023

Sejarah Sepak Bola Indonesia (28): Industri Sepak Bola di Indonesia; Ekonomi - Bisnis Sepak Bola Sejak Era Hindia Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Aceh dalam blog ini Klik Disini

Pada masa ini terminology industry sepak bola mulai populer. Dalam hal ini terminology industry awalnya diterapkan dalam kegiatan manufaktur (kegiatan produksi untuk menghasilkan output berupa barang). Seiring dengan perkembangan fungsi sepak bola sebagai olahraga/Kesehatan menjadi permainan (game) yang menjadi hiburan (massal), maka industry sepak bola merujuk pada kegitan hiburan, yang dalam hal ini outputnya tidak berupa barang tetapi jasa (hiburan). Oleh karena itu industry sepak bola adalah industry jasa, dimana unit usa (bisnis) adalah klub (usaha/bisnis yang menjalankan kegiatan jasa/hiburan).


Industri sepak bola adalah berbagai bisnis sepak bola. Dalam hal ini industri sepak bola adalah kumpulan unit bisnis (klub) sepak bola. Dalam hal ini klub sepak bola terkait dengan stakeholder lain seperti unit sepak bola lainnya, seperti penonton/supporter, pemerintah, media, transportasi dan sponsor. Unit bisnis dalam hal ini bertujuan untuk mendapatkan profit yang dapat digunakan untuk membesarkan usaha bisnis sepak bola. Bagaimana mengelola bisnis untuk tujuan itu, adalah mengelola kegiatan untuk memaksimumkan revenue seperti penjualan tiket, berbagai pendapatan lainnya seperti sponsor, nilai transfer pemain dan merchandise. Sebaliknya mengelola kegiatan unruk meminumkan pengeluaran atas penggunaan sumberdaya seefisien mungkin seperti upah/gaji pemain dan supporting, mendapatkan pemain, pembinaan pemain muda, pembangunan stadion sendiri dan sebagainya. Dalam hubungan ini, industry sepak bola, setiap klub bersaing untuk mencapai dua tujuan: profit bisnis dan tim juara. Industri sepak bola menjadi setiap klub berlomba untuk mencapai dua tujuan tersebut.   

Lantas bagaimana sejarah industri sepak bola di Indonesia? Seperti disebut di atas, industry sepak bola pada masa ini sudah sangat berkembang di Eropa. Bagaimana dengan di Indonesia? Ekonomi dan bisnis sepak bola sejak era Hindia Belanda. Lantas bagaimana sejarah industri sepak bola di Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Sepak Bola Indonesia (27):Ekonomi dan Bisnis Sepak Bola di Indonesia; Sepak Bola di Indonesia Sejak Era Hindia Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Aceh dalam blog ini Klik Disini

Pada masa ini terminology ekonomi sepak bola dan bisnis sepak bola sangat lazim. Dalam hal ini terminology ekonomi dan bisnis diterapkan dalam suatu kegiatan, salah satu cabang olahraga (sepak bola). Awalnya sepak bola hanya dikaitkan dengan olahraga dan kesehatan, namun karena bagian dari suatu permainan (game), sepak bola kemudian, karena sifat alamiahnya, sepak bola dijadikan warga sebagai hiburan (massal). Oklah kalau begitu, sejak kapan dua terminology tersebut dihubungkan dengan sepak bola di Indonesia?


Sepak bola sebagai suatu permainan yang dapat dipertandingan, dalam perkembangannya mengalami perbaikan dari waktu ke waktu terkait dengan aturan dan peraturan. Paralel juga terjadi aspek lain yang terkait dengannya seperti komersialisasi, ketersediaan infrastruktur, sosiobudaya masyarakat, pemerintah dan lain sebagainya. Ekonomi adalah terminilogi baru dalam pertukaran (exchange). Pada awalnya exchange ini digunakan termnologi perdagangan (handel/trade). Pertukaran yang dimaksiud, yang awalnya bersifat barter, seiring dengan penggunaan uang, yang dipertukarkan adalah (jumlah) barang dan (jumlah) uang, yang dalam perkembangannya terminology handel digantikan terminology ekonomi. Hal itulah sekolah perdagangan berubah menjadi sekolah ekonomi. Bisnis adalah suatu kegiatan (usaha) yang berasifat ekonomi bertujuan untuk mencapai profit dengan mengelola input sebagai biaya dan mengelola output sebagai revenue. Selisih revenue dan biaya ini disebut profit. Dalam hal ini ekonomi sepak bola adalah perihal pertukaran terkait kegiatan sepak bola; bisnis sepak bola adalah perihal kegiatan ekonomi yang menguntungkan. 

Lantas bagaimana sejarah ekonomi dan bisnis sepak bola di Indonesia? Seperti disebut di atas, ekonomi sepak bola adalah syarat terbentuknya bisnis sepak bola, Bagaimana hal itu terjadi di Indonesia sejak era Pemerintah Hindia Belanda. Lalu bagaimana sejarah ekonomi dan bisnis sepak bola di Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.