Senin, 15 Januari 2024

Sejarah Bahasa (239): Bahasa Maybrat di Jantung Semenanjung Teminabuan; Desa Kumurkek Distrik Aifat Kabupaten Maybrat


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Maybrat adalah bahasa di bagian tengah Semenanjung Kepala Burung di provinsi Papua Barat Daya dan sebagian besar penuturnya terkonsentrasi di sekitar Danau Ayamaru. Maybrat juga dikenal sebagai Ayamaru, sesuai dengan nama dialek utamanya, sedangkan dialek Karon Dori dihitung sebagai bahasa tersendiri. Maybrat belum berhubungan dengan bahasa lain, sehingga sering dianggap sebagai bahasa terisolasi. Bahasa Maybrat adalah salah satu bahasa yang paling banyak penduduknya di Papua.

 

Bahasa Maybrat dituturkan 25.000 penutur (1987). Maybrat dikelilingi banyak bahasa. Di utara Abun dan Mpur; di timur Meyah dan Moskona; Di selatan Arandai, Kaburi, Kais, dan Konda; Di barat Tehit dan Moraid. Bahasa Melayu sebagai lingua franca pada masa Hindia Belanda. Bahasa Maybrat enam dialek: Mayhapeh (di Ayawasi, Kokas, Mosun, Konya, Kumurkek); Mayasmaun (Ayata, Kamat, Aisa); Karon (Senopi, Fef); Maymare (Suswa, Baginda); Maymaru (Ayamaru di distrik Ayamaru dan distrik Ayamaru Timur); Mayte (Aytinyo, Fuoh) di distrik Aytinyo. Dialek paling berbeda Karon. Bahasa Maybrat konsonan relatif sedikit dan jarang jenis konsonan ganda. Jenis kelamin: maskulin dan tidak bertanda. Morfologi sederhana, kata kerja dan kata benda menggunakan awalan orang. Ada sistem demonstratif yang rumit (kata-kata seperti ‘ini’ atau ‘itu’), dengan pengkodean jarak dari pembicara, kekhususan, dan fungsi sintaksis. Dalam klausa, urutan kata subjek-kata kerja-objek cukup kaku, dalam frasa kata benda, pengubahnya mengikuti kata benda utama. Urutan kata kerja, termasuk kata kerja serial sangat umum, dan kata kerja digunakan untuk sejumlah fungsi seperti bahasa Inggris dilayani kata sifat atau preposisi. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Maybrat di tengah Semenanjung Teminabuan? Seperti disebut di atas bahasa Maybrat dituturkan di Maybrat. Kampong Kumurkek distrik Aifat kabupaten Maybrat. Lalu bagaimana sejarah bahasa Maybrat di tengah Semenanjung Teminabuan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah Bahasa (238): Bahasa Tehit Distrik Teminabuan, Sorong Selatan Semenanjung Doberai; Dialek Pegunungan dan Pantai


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Tehit atau Kaibus adalah sebuah bahasa dalam rumpun bahasa Papua yang dituturkan di kampong Kohoin distrik Teminabuan. Bahasa tetatangganya adalah bahasa Ogit. Dialek bahasa Tehit adalah Tehit Jit, Mbol Fle, Saifi, Imyan, Sfa Riere, Fkar dan Sawiat Salmeit. Bahasa Tehit berbeda dengan bahasa Tehit Dit, bahasa Maibrat, bahasa Kalabira dan bahasa Moraid.


Teminabuan adalah sebuah distrik di kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat Daya, Kata Teminabuan merupakan gabungan dari kata Temini dan Abuan yang berarti "pelabuhan besar". Awalnya orang Tehit dipimpin oleh raja-raja kecil yang berkedudukan di empat weri (bandar), yaitu Weri Sar, Weri Konda dan Weri Kasrer (Seribau), dan Weri Ambuam yang kemudian hari berkembang menjadi Teminabuan. Raja yang paling dominan berkedudukan di Teminabuan, gelarnya Raja Kaibus atau Woronemin dengan raja pertamanya bernama Anggok Kondjol. Penduduk asli Teminabuan adalah suku Tehit, kemudian ada juga suku Imekko dan Maybrat. Ibukota kabupaten, distrik Teminabuan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik kabupaten Sorong Selatan tahun 2020 mencatat data keberagaman keagamaan di kecamatan Teminabuan Kristen sebanyak 62,47% (Protestan 59,02% dan Katolik 3,45%) dan Islam 37,40% (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Tehit di distrik Teminabuan, kabupaten Sorong Selatan Semenanjung Doberai? Seperti disebut di atas bahasa Tehit dituturkan di wilayah Teminabuan. Dialek pegunungan dan dialek pantai. Lalu bagaimana sejarah bahasa Tehit di distrik Teminabuan, kabupaten Sorong Selatan Semenanjung Doberai? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Minggu, 14 Januari 2024

Sejarah Bahasa (237):Bahasa Sorong Dialek Bahasa Kota Sorong; Pintu Gerbang Bahasa Bahasa dari Wilayah Barat ke Timur Papua


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Kreol adalah turunan dari bahasa pijin yang menjadi bahasa ibu bagi sekelompok orang yang berasal dari latar belakang berbeda-beda. Kajian umum menunjukkan bahwa bahasa-bahasa kreol yang ada di dunia menunjukkan adalah kesamaan, khususnya dari segi tata bahasa. Bahasa kreol ini juga dipengaruhi oleh kosakata-kosakata yang dibawa oleh para penuturnya. Apakah dialek bahasa di Sorong adalah bahasa Kreol?


Dialek Kota Sorong. Titik Suprapti. 7 Juli 2013. Kota Sorong, merupakan sebuah kota yang terletak di Provinsi Papua Barat, letaknya yang berada tepat diatas ‘kepala burung’ menjadikan kota ini sebagai pintu gerbangnya Papua. Berbagai suku dan ras kini ada di kota Sorong. Suku apakah asli di kota Sorong? Suku Moi memiliki 2 bahasa, yaitu Ligin gilim dan Ligin sigin. Penggunaan bahasa Indonesia sudah lumrah dimana Bahasa Indonesia dicampur dengan dialeg Papua. Keunikannya adalah kata-kata terkesan disingkat dengan hanya menggunakan kata depannya saja: ‘saya pergi ke pasar’ menjadi ‘sa pi pasar’; ‘kamu’ diucapkan ‘ko’, ‘kalian’ dengan ‘kam’ dan kepemilikan ‘pung’. Struktur kalimat berbeda: Subjek + ‘Pung’ + Kata benda + Keterangan. Contoh: “pensil milik Rina hilang”. Struktur baku ‘Pensil Rina hilang’. Dialeg Papua; ‘Rina pung pensil hilang’. Dalam dialeg Papua pengucapan huruf ‘E’ akan sangat tebal. Dalam membuat kalimat perintah atau ajakan, jika dengan menggunakan bahasa Indonesia yang benar, maka strukturnya adalah Kata perintah/ajakan + kata kerja, namun dalam dialeg Papua struktur kalimatnya kata kerja + ‘sudah’: ‘Ayo makan nak’ dalam dialeg Papua: ‘Anak, makan sudah’. (https://www.kompasiana.com/titik)

Lantas bagaimana sejarah bahasa di Sorong dialek bahasa di Kota Sorong? Seperti disebut di atas bahasa di Kota Sorong memiliki dialek tersendiri berbeda antara bahasa asli Moi dengan bahasa Melayu/Indonesia. Pintu gerbang bahasa-bahasa dari wilayah barat ke timur Papua. Lalu bagaimana sejarah bahasa di Sorong dialek bahasa di Kota Sorong? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah Bahasa (236): Bahasa Batak Bahasa Melayu di Berbagai Tempat; Melacak Jejak Bahasa-Bahasa di Wilayah Bahasa Papua


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengidentifikasi 668 bahasa daerah di Indonesia pada 2018. Jumlah itu diperkirakan masih bertambah, sebab bahasa daerah di wilayah timur belum seluruhnya teridentifikasi. Wilayah Papua tercatat memiliki bahasa daerah paling banyak, yakni 300 bahasa di provinsi Papua dan 95 bahasa di provinsi Papua Barat. Apakah jejak bahasa Batak/Melayu mencapai wilayah Papua?


Kekerabatan Bahasa Batak, Bahasa Nias, dan Bahasa Melayu. Dwi Deliana Widayati. 2012. Abstract. Bahasa Nias, bahasa Batak, dan bahasa Melayu merupakan bahasa-bahasa yang hidup berdekatan secara geografi. Pada kenyataannya, ketiga bahasa memiliki perbedaan cukup jauh. Kekerabatan bahasa dapat diketahui dengan teknik leksikostatistik. Dalam leksikostatistik, kekerabatan bahasa dilihat berdasarkan persamaan bunyi-bunyi yang ada dalam leksikon yang muncul pada bahasa-bahasa tersebut. Kemiripan secara fonetis ini akan menjadi dasar apakah sebuah kata dalam satu bahasa memiliki hubungan dengan bahasa yang lain. Indikator yang digunakan untuk menentukan kata berkerabat adalah kosa kata dasar yang disebut kosa kata dasar Swadesh yang berjumlah dua ratus kosa kata yang dianggap ada pada semua bahasa. Perhitungan leksikostatistik bahwa dari ketiga bahasa yang dibandingkan, hubungan kekerabatan yang paling erat terdapat pada bahasa Batak dengan bahasa Melayu, selanjutnya bahasa Batak dengan bahasa Nias, dan hubungan kekerabatan yang paling renggang adalah bahasa Nias dengan bahasa Melayu (http://repositori.usu.ac.id/)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Batak bahasa Melayu di berbagai tempat? Seperti disebut di atas apakah bahasa Batak mirip bahasa Melayu dan apakah mencapai wilayah Papua? Melacak jejak bahasa-bahasa di wilayah bahasa Papua. Lalu bagaimana sejarah bahasa Batak bahasa Melayu di berbagai tempat? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sabtu, 13 Januari 2024

Sejarah Bahasa (235): Bahasa Ma’ya Pulau Misool, Pulau Salawati dan Pulau Waigeo; Bahasa Austronesia dan Bahasa di Papua


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Ma’ya dituturkan di kampong Sapordanco, distrik Waigai di pulau Waigeo. Pulau Waigeo dikenal juga dengan nama Amberi atau Waigiu. Pulau Waigeo adalah pulau terbesar dari empat pulau utama dari Kepulauan Raja Ampat. Pulau ini berada antara Pulau Halmahera dan Pulau Papua.


Bahasa Ma'ya adalah bahasa Austronesia di kepulauan Raja Ampat di Papua Barat Daya. Bahasa Ma’ya dituturkan oleh sekitar 6.000 orang di desa-desa pesisir di pulau Misool, Salawati, dan Waigeo (perbatasan antara bahasa Austronesia dan bahasa Papua. Ma'ya) memiliki lima dialek, tiga di pulau Waigeo (Laganyan, Wauyai, dan Kawe), satu di pulau Salawati, dan satu (punah atau hampir punah) di pulau Batanta. Dialek prestise yang ada di Salawati. Dialek Waigeo memiliki /s/ dan /ʃ/, dimana varietas yang diucapkan di Salawati dan Misool memiliki /t/ dan /c/ masing-masing. Batanta, yang sudah punah, ternyata tidak dapat dipahami oleh tetangganya. Di Pulau Waigeo, ketiga dialek tersebut adalah: Dialek Kawe dituturkan di desa Selpele dan Salyo di bagian barat laut pulau; Dialek Laganyan dituturkan di desa Araway, Beo, dan Luptintol di pantai Teluk Mayalibit; Dialek Wauyai dituturkan di desa Wauyai di pesisir Teluk Kabui. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Ma’ya di pulau Misool, pulau Salawati dan pulau Waigeo? Seperti disebut di atas bahasa Ma’ya di pulau Waigeo.Bahasa Austronesia dan bahasa Papua. Lalu bagaimana sejarah bahasa Ma’ya di pulau Misool, pulau Salawati dan pulau Waigeo? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah Bahasa (234):Bahasa Batanta Orang Batanta di Pulau Batanta;Bahasa Biak Orang Biak Teluk Cendrawasih di Pulau Batanta


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Batanta merupakan salah satu dari empat pulau terbesar di kepulauan Raja Ampat di provinsi Papua Barat Daya. Pulau-pulau utama lainnya di kepulauan ini adalah Salawati, Misool dan Waigeo. Pulau Batanta bertetangga di utara pulau Salawati. Distrik Batanta Selatan terdiri desa Amduy, Arefi, Wailebet, Yenanas dan Yensawai. Distrik Batanta Utara terdiri Arefi Selatan, Arefi Timur, Yensawai Barat dan Yensawai Timur.

 

Bahasa Batanta dituturkan di kampung Pepasena, distrik Batanta Selatan, kabupaten Raja Ampat, Pulau Batanta, Provinsi Papua Barat. Kampung Pepasena terletak di pesisir pantai mayoritas penghuninya (80%) merupakan etnik Batanta. Selain di kampung Yenanas, bahasa Batanta dituturkan juga di kampung Waylebet di sebelah barat. Di kampung Yenanas juga ada bahasa Biak. Wilayah tutur bahasa Batanta berbatasan dengan wilayah tutur bahasa Biak di sebelah timur (kampung Amdoi) dan utara (kampung Waylebet), dan wilayah tutur bahasa Tepin di sebelah selatan (kampung Solol). Perbandingan isolek Batanta dengan bahasa di sekitar merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan 82,75%—100%. Jika dibandingkan dengan bahasa Ambel menunjukkan perbedaan leksikon dan fonoligi sebesar 95,75%, dengan bahasa Tepin sebesar 82,75%, bahasa Esaro (Kawit) sebesar 89,25%, bahasa Efpan sebesar 99,75%, dan bahasa Moi Sigin sebesar 99%. (https://petabahasa.kemdikbud.go.id/)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Batanta orang Batanta di pulau Batanta? Seperti disebut di atas bahasa Batanta dituturkan di pulau Batanta. Bahasa Biak orang Biak Teluk Cendrawasih di pulau Batanta. Lalu bagaimana sejarah bahasa Batanta orang Batanta di pulau Batanta? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982