Sabtu, 13 April 2024

Sejarah Padang Lawas (15): Zaman Kuno Padang Lawas; The Forgotten Motherland hingga The Forgotten Kingdoms in Sumatra


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Lawas dalam blog ini Klik Disini

Wilayah Padang Lawas adalah salah satu representasi wilayah Tanah Batak berbahasa Batak. Satu keutamaan wilayah Padang Lawas dalam konteks sejarah zaman kuno karena banyaknya bukti kepurbakalaan seperti prasasti dan candi. Dengan kata lain data wilayah Padang Lawas cukup tersedia in-situ maupun sumber-sumber tertulis Tiongkok dan Eropa. Keutamaan lainnya wilayah Padang Lawas secara geomorfologis adalah Minanga/Binanga sisi pantai timur lebar terpendek pulau Sumatra (sisi lainnya di pantai barat Sumatra di Hapesong/Sangkunur). Oleh karena lebar terpendek maka lalu lintas pantai barat dan pantai timur Sumatra menjadi intens.


Selama ini studi kepurbakalaan umumnya dilakukan dengan pendekatan studi arkeologis terutama terhadap tinggalan-tinggalan yang terdapat di wilayah bersangkutan. Oleh karena bahasa juga dipandang sebagai warisan yang masih eksis hingga masa kini, oleh para ahli linguistic juga mengambil peran dalam studi-studi tentang zaman kuno. Demikian juga halnya atas pertimbangan bahwa permukaan bumi mengalami perubahan (seperti erosi dan sedimentasi akibat aktivitas gunung api atau cuaca) para ahli geologi juga terlibat dalam kajian-kajian zaman kuno. Pada akhir-akhir ini atas pertimbangan migrasi yang mengakibatkan terjadi percampuran populasi (mix-population) para ahli genetika juga mengambil bagian dalam studi zaman kuno. Dalam hal ini semakin banyak pendekatan studi yang diterapkan dalam memahami zaman kuno semakin jelas ada sesuatu yang hilang dalam narasi sejarah yang ditulis. Dua topik yang semakin kerap dipertanyakan adalah The Forgotten Motherland dan The Forgotten Kingdoms.

Lantas bagaimana sejarah Padang Lawas zaman kuno? Seperti disebut di atas, wilayah Padang Lawas dalam konteks zaman kuno memiliki banyak keutamaan dibandingkan wilayah yang lain. The forgotten motherland hingga the forgotten kingdoms in Sumatra. Lalu bagaimana sejarah Padang Lawas tempo doeloe? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Rabu, 10 April 2024

Sejarah Padang Lawas (14):Soal Kilas Balik NavigasiPelayaran Perdagangan Kuno;Cina, Borneo, Filipina, Sulawesi, Maluku, Pasifik


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Lawas dalam blog ini Klik Disini

Kapan bermula (kerajaan) Sriwijaya? Pertanyaan ini akan membawa ke pertanyaan bagaimana sejarah nusantara di masa lampau (sebelum) terbentuknya kerajaan Sriwijaya. Satu yang jelas sebelum nama Sriwijaya terinformasikan dalam prasasti Kedoekan Boekit (682) dimana djuga disebut nama Minanga/Binanga, sudah ada navigasi pelayaran perdagangan ke Sumatra bagian utara. Dalam konteks inilah perlu wilayah Padang Lawas dipahami.


Sudah ada navigasi pelayaran perdagangan di masa lampau yang telah menghubungkan pantai timur Mesir (laut merah dan laut Mediterani) dan pantai timur Tiongkok (Canton). Dalam hal inilah posisi nusantara pemenjadi sangat penting dan strategis. Wilayah nusantara terutama pulau Sumatra menjadi hub antara barat dan timur dalam navigasi pelayaran perdagangan.

Lantas bagaimana sejarah kilas balik navigasi pelayaran perdagangan zaman kuno? Seperti disebut di atas sebelum terinformasikan nama Minanga/Binanga dan Sriwijaya sudah terinformasikan navigasi pelayaran perdagangan dari dan ke Sumatra bagian utara. Tiongkok, Borneo, Filipina, Sulawesi, Maluku dan Pasifik. Lalu bagaimana sejarah kilas balik navigasi pelayaran perdagangan zaman kuno? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Senin, 01 April 2024

Sejarah Padang Lawas (13):Kilas Balik Soal Prasasti-Prasasti Sejak Abad ke-7; Minanga, Sriwijaya, Panai dan San-fo-ts'i hingga Aru


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Lawas dalam blog ini Klik Disini

Setiap wilayah memiliki sejarah masing-masing termasuk sejarah wilayah Padang Lawas. Pada masa ini di wilayah Padang Lawas ditemukan banyak candi. Sebagian sudah dipugar dan sebagian yang lain masih berupa reruntuhan yang tidak pernah dipikirkan. Sementara di wilayah lain hanya secuil sisa kepurbakalan begitu banyak perhatian, sebaliknya di wilayah Padang Lawas begitu banyak candi yang terlantar. Mengapa? Apakah karena sejarahnya kurang terinformasikan? Candi adalah satu hal, prasasti adalah hal lain, dan catatan dari Tiongkok dan Eropa adalah hal lain lagi.


Nama Padang Lawas sudah dikenal sejak lama. Sejak era Republik Indonesia, afdeeling Padang Sidempoean di Zuid Tapanoeli pada era Pemerintah Hindia Belanda dijadikan sebagai kabupaten dengan nama Kabupaten Tapanuli Selatandi Provinsi Sumatera Utara. Setelah sebelumnya pada tahun 1998 dimekarkan dengan membentuk Kabupaten Mandailing Natal, lalu pada 2007 Kabupaten Tapanuli Selatan dimekarkan kembali dengan membentuk Kabupaten Padang Lawas dengan ibu kota di Sibuhuan dan Kabupaten Padang Lawas utara dengan ibu kota di Gunung Tua. Situs arkeologi Padang Lawas di dua kabupaten ini sangat banyak yang umumnya berupa percandian. meliputi Kecamatan Barumun, Kecamatan Barumun Tengah, dan Kecamatan Sosopan, Kecamatan Batang Onang, Kecamatan Padang Bolak, Kecamatan Padang Bolak Tenggara dan Kecamatan Portibi. Candi-candi tersebut berada di hulu daerah aliran sungai Barumun (sungai Batang Pane, sungai Aek Sirumambe dan sungai Sangkilon).

Lantas bagaimana sejarah kilas balik prasasti-prasasti sejak abad ke-7? Seperti disebut di atas wilayah Padang Lawas di Tapanuli Bagian Selatan terdapat banyak peninggalan kepurbakalaan seperti candi. Suatu peninggalan yang dapat dijelaskan dari prasasti-prasasti yang berasal dari abad ke-7 yang dihubungkan dengan nama-nama Minanga, Sriwijaya, Panai, San-fo-ts'i, Aru hingga Padang Bolak. Lalu bagaimana sejarah kilas balik prasasti-prasasti sejak abad ke-7? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Minggu, 31 Maret 2024

Sejarah Padang Lawas (12): Para Ahli dan Upaya Melacak Kerajaan Tua Nusantara;FM Schnitger Eskavasi Candi di Padang Lawas


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Lawas dalam blog ini Klik Disini

Banyak ahli dan peneliti telah terlibat sejak awal tentang sejarah masa lampau serta bangunan dan benda kepurbakalan berkontribusi dalam letersediaan data dan hasil-hasil interpretasi masing-masing mereka. Para ahli tersebut tidak hanya orang Belanda, juga ada orang Prancis, Inggris dan orang Jerman serta tentu saja orang Cina dan orang pribumi. Dua nama para era Pemerintah Hindia Belanda terkait wilayah Padang Lawas adalah FW Jung Huhn dan FM Schnitger.

 

FW Jung Huh adalah yang pertama melaporkan keberadaan candi-candi kuno di wilayah Padang Lawas (1843). Jung Huhn, seorang geolog yang saat itu sebagai pejabat di Afdeeling Portibi baru sekadar melakukan pemetaan lokasi dimana candi berada; wujud bangunan candi atau reruntuhan yang terhampar di atas permukaan tanah, di bawah pepohonan atau di tengah padang ilalang maupun diantara semak-semak dan hutan sekunder. FM Schnitger, ahli (arkeolog) orang pertama yang melakukan penggalian situs, merekonstruksi dan melakukan interpretasi di Padang Lawas tahun 1935. Saat kehadiran Schnitger masih banyak elemen-elemen candi (seperti makara, stupa) yang dapat dilihatnya langsung, ditemukannya sendiri saat penggalian, yang berada di tangan penduduk dan yang direlokasi ke kantor Controleur di Goenoeng Toea. Schnitger berpendapat masyarakat pendukung candi tempo doeloe adalah orang-orang kerajaan yang dimakamkan di dalam stupa setelah kematian, sedangkan makara wujud hewan (banteng, singa, gajah) sebagai wujud jiwa yang ditinggalkan. LC Westenenk, yang menjadi peminat kepurbakalaan pada tahun 1920 dari Palembang mulai mengidentifikasi candi-candi di Padang Lawas. Westenenk adalah pejabat yang menemukan situs (prasasti) Sigoentang (Kedukan Bukit) di Palembang (https://akhirmh.blogspot.com/2021/05/sejarah-peradaban-kuno-5)

Lantas bagaimana sejarah para ahli dalam upaya melacak kerajaan tua Nusantara? Seperti disebut di atas salah satu wilayah tua di nusantara adalah Padang Lawas dimana kini dapat diperhatikan keberadaan banyak candi. FM Schnitger orang pertama melakukan eskavasi candi di Padang Lawas. Lalu bagaimana sejarah para ahli dalam upaya melacak kerajaan tua Nusantara? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sabtu, 30 Maret 2024

Sejarah Padang Lawas (11): Padang Lawas Semasa Pemerintah Hindia Belanda; Tuanku Tambusai, Perang Padri dan FW Jung Huhn


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Lawas dalam blog ini Klik Disini

Sejak memudarnya Kerajaan Aru, wilayah Padang Lawas kambat laun semakin tidak terinformasikan. Wilayah Padang Lawas tersembunyi di pedalaman Sumatra jauh di bagian hulu sungai Barumun. Meski demikian masih ada satu dua yang pernah mengunjunginya dan karena itu sangat sedikit yang terinformasikan. Salah satu yang penting dari mereka adalahFW Hung Huhn yang berkunjung ke Padang Lawas.

 

Charles Miller melakukan ekspedisi ke Angkola tahun 1772 (lihat buku The Hostory of Sumatra by William Marsden, 1811). Charles Miller--yang dipandu penunjuk jalan dan kuli angkut memulai perjalanan dari Pulau Pontjang, pos perdagangan Inggris di Teluk Tapanoeli. Dengan kapal kecil berangkat tanggal 21 Juni 1772 hingga tiba di muara sungai Lumut, Selanjutnya mencapai Si Pisang di tepi sungai Batang Toru. Dengan melintasi punggung bukit perjalanan melalui Koto Lambong (Huta Lambung) hingga tiba Terimbaru (Hutaimbaru), kampong besar di tepi selatan dataran Ankola (05 Juli 1772). Lalu dari Simasom, Miller ke Morang dan berakhir di Pangkal Dolok, Batang Onang (Padang Lawas). Jauh sebelum Miller, tahun 1701 seorang Cina melaporkan di Kasteel Batavia sudah selama 10 tahun di Angkola berdagang dengan mengambil barang di Malaka (lihat Daghregister Maret 1701). Terakhir Jung Huhn melakukan ekspedisi geologi tahun 1840 di Angkola dan Jung Huhn cukup lama di Portibie (merangkap perwakilan pemerintah). Sebagaimana diketahui Perang Padri terakhir terjadi di Dalu-Dalu tahun 1838.

Lantas bagaimana sejarah Padang Lawas semasa Pemerintah Hindia Belanda? Sebelum kehadiran Pemerintah Hindia Belanda Perang Padri terakhir terjadi di Dalu-Dalu yang dipimpin oleh Tuaku Tambusai. FW Jung Huhn memuali awal pemerintahan di Padang Lawas. Lalu bagaimana sejarah Padang Lawas semasa Pemerintah Hindia Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Jumat, 29 Maret 2024

Sejarah Padang Lawas (10): Apakah Bahasa Melayu Merujuk BahasaBatak?AksaraBatak di Tanah Batak dan Aksara Jawi di Melayu


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Lawas dalam blog ini Klik Disini

Wilayah Padang Lawas adalah salah sau wilayah di pulau Sumatra yang sudah dikenal sejak lama. Dalam peta Ptolomeus abad ke-2 diidentifikasi nama Tacola yang diduga adalah nama Angkola. Nama Minanga yang diduga nama Binanga di Padang Lawas terdapat pada prasasti abad ke-7. Besar dugaan masyarakat pendukung peradaban di Padang Lawas adalah orang Batak yang membanngun candi-candi.  Apakah dalam hal ini terbentuknya bahasa Melayu merujuk pada bahasa Batak?

 

Bahasa rujak adalah suatu jenis tata bahasa di berbagai negara (khususnya di Malaysia dan Singapura) yang mencampurkan berbagai bahasa dalam satu kalimat atau percakapan, seperti halnya dengan bahasa pijin, Manglish/Inggris Malaysia dan Singlish/Inggris Singapura. Namun, bahasa dasarnya tetap saja merupakan bahasa ibu dari negara bersangkutan. Di Indonesia, bahasa yang demikian biasa disebut bahasa gado-gado. Bahasa ini dinamakan dengan Bahasa rujak karena bahasa ini memcampurkan bahasa lokal dengan bahasa-bahasa lain dalam satu percakapan, sehingga terlihat bercampur-aduk tak beraturan layaknya makanan rujak. Bahasa rujak menjadi kontroversi karena dianggap sebagai bahasa yang tidak baku dan merusak kemurnian bahasa dan dapat menimbulkan krisis dalam pembelajaran bahasa. Contoh kosakata bahasa rujak dalam bahasa Indonesia: Lihat bonekaku yang cute (lucu) ini; Love you sayang, good nite! Overall semuanya saya suka, I like it! (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah apakah bahasa Melayu merujuk bahasa Batak? Seperti disebut di atas sejarah peradaban awal yang terinformasikan di pantai timur Sumatra salah satunya di wilayah Padang Lawas. Apakah dalam hal ini terbentuknya bahasa Melyu di pantai timur Sumatra merujuk bahasa Batak? Aksara Batak di Tanah Batak, aksara Jawi di wilayah Melayu. Lalu bagaimana sejarah apakah bahasa Melayu merujuk bahasa Batak? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982