Tampilkan postingan dengan label Sejarah MALANG. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejarah MALANG. Tampilkan semua postingan

Kamis, 16 Maret 2023

Sejarah Malang (46): Sepak Bola di Malang Sejak Kapan Bermula? Era Hindia Belanda hingga Era Persema dan Kini Era AREMA


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Bagaimana sejarah sepak bola di Malang? Tentu saja sudah ada yang menulis. Sepak bola adalah bagian dari sejarah Malang sendiri. Hal itulah mengapa sejarah sepak bola di Malang perlu ditulis Kembali. Narasi sejarah sepak bola di Malang akan menjadi lebih lengkap, jika data yang tercecer dapat ditambahkan untuk membentuk narasi sejarah sepak bola di Malang yang sesungguhnya.


Malang Punya Klub Sepak Bola Tertua, Apa Saja? Malang Times. 28 Nov 2017. Sepak bola Malang juga tercatat salah satu culture sepak bola tertua di Indonesia. Sepak bola masa penjajahan Belanda, banyak pemain asli Malang duta Timnas Hindia Belanda. Venue pertandingan juga merupakan stadion tertua di Indonesia. Stadion Gajayana terletak di pusat Kota Malang, mulai dibangun 1924 dan dibuka 1926.  Klub pertama yang didirikan di Malang adalah Go Ahead, pada tahun 1898. Pada tahun 1902 lahirlah Voorwaarts dan berlanjut MOT pada tahun 1904. Malang memiliki klub militer Wilhelmina tahun 1909. Klub-klub Cina juga lahir di Malang, adalah Kam Soe Twie dan Tjoe Kian Hwee tahun 1913. Setahun kemudian berdirilah Hak Sing Hwee, kemudian semua digabung menjadi HCTNH tahun 1930. Kiper utamanya Mo Heng menjadi penjaga gawang Timnas Hindia Belanda pada Piala Dunia 1938. Organisasi yang menaungi klub-klub di Malang berdiri 7 Agustus 1922, Malangsche Voetbal Bond (MVB). Tahun 1933 perserikatan sepakbola di Malang dibuat oleh warga lokal atau pribumi dinamakan Persatoean Sepak bola Indonesia Malang (PSIM). Namun pada oktober 1934, sarikat tersebut berganti nama menjadi Persatoean Sepakbola Toemapel (PST). Pada tahun 1935, seluruh klub serta anggota perserikatan yang beda pendapat membentuk Malangsche Voetbal Unie (MVU) 11 Juli 1935. Setelah sempat vakum selama pendudukan Jepang, berdiri lagi tahun 1949 dengan nama dalam bahasa Indonesia menjadi Persatoean Sepakbola Malang (PSM). Perserikatan merupakan campuran antara MVB dengan PSIM. Sejak itu munculah nama Persema 20 Juni 1953. Sesungguhnya nama Persema telah digunakan pada tahun 1951 dan 1952 (https://www.malangtimes.com/)

Lantas bagaimana sejarah sepak bola di Malang, sejak kapan bermula? Seperti disebut di atas, sepak bola di Malang sudang dikenal lama. Seberapa tua dan sejak kapan bermula? Sepakbola di Malang sejak era Hindia Belanda hingga era Persema, dan kini era Arema Malang. Lalu bagaimana sejarah sepak bola di Malang, sejak kapan bermula? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Malang (45): Dr Kariadi Lahir di Malang 1905 dan Sekolah Kedokteran NIAS Soerabaja; Nama Rumah Sakit di Semarang


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Siapa dokter Kariadi? Dr Kariadi lahir di Malang, studi kedokteran di Soerabaja, mengabdi di sejumlah tempat dan meninggal di Semarang. Itulah Indonesia. Kini ama Dr Kariadi ditabalkan sebagai nama rumah sakit di Semarang (RSUP Dr Kariadi Semarang).


Pejuang bukan saja memanggul senjata. Dokter Kariadi, berjuang menangani wabah malaria dan filariasis. Kariadi, pria yang lahir pada 15 September 1905 itu, di sebuah desa bernama Singosari, Malang. Ia berhasil menamatkan sekolah kedokteran Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS) pada 1931. Ia banyak berpindah tempat, untuk menjalankan profesi sebagai dokter. Pernah menjadi asisten dr Soetomo, Kariadi lantas bertugas di Manokwari (kini Papua). Selain bertugas sebagai dokter medis, ia juga melakukan penelitian tentang penyakit filariasis atau kaki gajah, dan penyakit malaria. Guru Besar Ilmu Sejarah Unnes, Profesor Doktor Wasino mengungkapkan, Kariadi juga menemukan formula minyak kenanga untuk menggantikan immersion oil. Setelah bertugas di Manokwari, ia berpindah tempat kerja lagi, mulai dari Kroya, Martapura dan terakhir di Semarang. Kariadi ditunjuk sebagai kepala laboratorium Pusat Rumah Sakit Rakyat (Purusara), 1 Juli 1942. Ia juga ditunjuk kepala jawatan pemberantasan malaria di Jawa Tengah. Suatu sore, di 14 Oktober 1945, Kariadi ditugaskan mengambil sampel air di tandon (reservoir) Siranda. Tersiar kabar, tentara Jepang meracuni pasokan air minum warga. Ia lantas berangkat dari rumahnya di Karangtempel 196 (kini jalan dr Cipto Semarang), menuju Siranda. Namun, baru mencapai sekitar Jalan Pandanaran (Bojong), ia dihalang-halangi oleh tentara Jepang. “Dalam perjalanan Kariadi terbunuh. Meninggalnya Kariadi menjadi titik tolak pertempuran lima hari di Semarang,” ujar Wasino. (https://jatengprov.go.id/)

Lantas bagaimana sejarah Dr Kariadi lahir di Malang 1905 dan sekolah kedokteran NIAS di Soerabaja? Seperti disebut di atas, Dr Kariadi adalah salah dokter Indonesia hidup pada era Pemerintah Hindia Belanda dan semasa pendudukan Jepang disebutkan Dr Kariadi terbunuh di Semarang. Kini namanya menjadi nama rumah sakit di Semarang. Lalu bagaimana sejarah Dr Kariadi lahir di Malang 1905 dan sekolah kedokteran NIAS di Soerabaja? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 15 Maret 2023

Sejarah Malang (44): Mas Asmaoen Lahir di Malang 16 Mei 1880, Lulusan Docter Djawa School; Siapa Dokter Pertama Indonesia?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Siapa dokter pertama Indonesia? Nah, itu pertanyaannya. Tentu saja akan menarik karena yang pertama. Pertanyaan ini dapat diperluas: Siapa guru pertama Indonesia? Siapa dokter hewan pertama Indonesia? Siapa inisinyur pertama Indonesia? Dan seterusnya. Yang pertama-pertama ini semuanya memperolehnya di Belanda. Mengapa? Karena di Indonesia (baca: Hindia Belanda) belum ada perguruan tinggi (universitas). Bagaimana dengan Mas Asmaoen can Malang?


Raden Mas Asmaoen (16 Mei 1880-11 Juni 1917) dokter asal kota Malang. Asmaoen adalah putra pasangan Raden Mas Soemodiprodjo (Surakarta) dan Nyi Mas Arliah. Menurut de Vries, ada seorang dokter pribumi pertama di Indonesia, Mas Asmaoen, lulusan dari STOVIA setelah mengemban pendidikan selama 3 tahun dengan bergelar Dokter Jawa. Pada 2 Desember 1908 (usia 28 tahun) di Surabaya, Jawa Timur. Asmaoen menikah dengan Adriana Asmaoen-Punt, berdarah Belanda kelahiran Surabaya. Pada 1904, Menteri urusan daerah Jajahan Dirk Fock mengeluarkan izin studi kedokteran di Belanda bagi lulusan STOVIA. Abdul Rivai yang pertama mendapatkannya. Bersama Mas Boenjamin, Asmaoen mencatatkan namanya di fakultas kedokteran Universitas Amsterdam 1908. Menurut Hans Pols, kendati Abdul Rivai yang pertama, tetapi Mas Asmaoen yang pertama lulus. “Karena Rivai sibuk menulis untuk majalah Bintang Hindia, Asmaoen menjadi bumiputra pertama menerima gelar dokter Belanda”. Rivai lulus Juli 1908, Boenjamin Oktober 1908. Boenjamin mengikuti langkah Rivai mengambil gelar doktor bidang ilmu kedokteran di Universitas Gent, pada 9 Oktober 1909. “Dengan demikian, Boenjamin menjadi orang Indonesia kedua dan orang Jawa pertama yang meraih gelar dokter". Asmaoen sempat beberapa bulan bekerja di Institute of Naval and Tropical Medicine di Hamburg dan selanjutnya, berdinas di KNIL) dan pernah di Irian. Lalu pindah ke negeri Belanda dan dinaturalisasi. Tanggal 11 Juni 1917, Mas Asmaoen meninggal dunia (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Mas Asmaoen lahir di Malang 16 Mei 1880, lulusan Docter Djawa School? Seperti disebutkan di atas, Mas Asmaoen disebut dokter pertama Indonesia semasa era Hindia Belanda. Sebenarnya siapa saja orang Indonesia yang pertama, termasuk perempuan pertama Indonesia menjadi dokter? Lalu bagaimana sejarah Mas Asmaoen lahir di Malang 16 Mei 1880, lulusan Docter Djawa School? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Malang (43): Karangkates Tempo Dulu di District Sengoro, Afdeeling Malang; Raimuna Nasional - Bendungan Sengguruh


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Nama Karangkates kini menjadi waduk Karangkates. Nama bendungan juga adakalanya disebut bendunggan Sutami. Kini juga ada nama Bendungan Sengguruh, Karangkates dan Sengguruh bukan nama baru. Tempo doeloe nama Sengguruh awalnya adalah Sengoro (bergeser menjadi Sengguruh). Pada tahun 1976 di Karangkares diadakan Raimuna Nasional ke-3 (dan ke-4 di Cibubur tahun 1982 dimana saya berpartisipasi). Bendungan Sengguruh selesai dibangun 1988.


Desa Karangkates adalah desa terletak di kabupaten Malang (kecamatan Sumberpucung). Pemerintah desa Karangkates diresmikan tanggal 14 Februari 2002. Di desa ini, terdapat dua bendungan: Bendungan Sutami dan Bendungan Lahor. Untuk saat ini, Bendungan Sutami sudah ditutup total, tetapi Bendungan Lahor masih dibuka untuk umum. Bendungan Sutami atau disebut juga Bendungan Karangkates, adalah sebuah bendungan yang dibangun di Sumberpucung, membendung Sungai Brantas. Nama bendungan ini diambil dari nama Menteri Pekerjaan Umum (1966 hingga 1978). Setelah menyelesaikan pembangunan Terowongan Neyama di Tulungagung untuk mengendalikan banjir mulai mengkaji kemungkinan untuk membangun bendungan besar di hulu Sungai Brantas. Awalnya, mempertimbangkan untuk membangun bendungan di Pohgajih, Blitar, akhirnya baru dapat diselesaikan pada tahun 1973. Semnatara itu Bendungan Sengguruh adalah bendungan yang dibangun terutama untuk mengurangi jumlah sedimen yang mengendap di Waduk Karangkates. Bendungan ini mulai dibangun pada tahun 1982 dan selesai dibangun pada tahun 1988. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Karang Kates tempo doeloe di district Sengoro, afdeeling Malang? Seperti disebut di atas di wilayah Karangkates dibangun bendungan yang juga disebut bendungan Sutami. Lalu di sungai yang sama kemudian dibangun Bendungan Sengguruh. Di Kawasan Karangkates juga pernah diadakan pertemuan pramuka penegak/pandega (Raimuna). Lalu bagaimana sejarah Karang Kates tempo doeloe di district Sengoro, afdeeling Malang? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 14 Maret 2023

Sejarah Malang (42): Gunung Meletus di Wilayah Malang,Tidak Perlu Khawatir Akan Tetapi Tetap Waspada; Sejarah Awal BMKG


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Kini urusan gempa dan gunung meletus harus ke BMKG. Percayakan kepada badan pemerintah tersebut. Misalnya contoh meletusnya kembali gunung Merapi di Jogjakarta kemarin. Fakta bahwa kejadian gempa dan gunung meletus sejatinya sudah sedari dulu, tanpa pernah sama kelali berhenti hingga ini hari. Dalam hubungan itu, khususnya di wilayah Malang, potensi gunung meletus selalu ada, apalagi di wilayah Malang ada gunung-gunung aktif seperti gunung Semeru dan gunung Kelud. Bagaimana urusan gempa dan gunung meletus tempo doeloe? Yang jelas cikal bakal BMKG bermula tahun 1848 di Buitenzorg.

 

BMKG Malang: "Mengamati dan memahami fenomena klimatologi", "Menyediakan data, informasi dan jasa klimatologi yang handal dan terpercaya kepada para pengguna sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka dengan tingkat akurasi tinggi dan tepat waktu di Wilayah Provinsi Jawa Timur", "Melaksanakan operasional pengamatan dan pengumpulan data secara teratur, lengkap dan akurat guna dipakai untuk mengenali dan memahami karakteristik unsur-unsur klimatologi, guna membuat prakiraan dan informasi yang akurat di Wilayah Provinsi Jawa Timur" Prakiraan curah hujan prakiraan iklim prakiraan sifat hujan". BMKG Stasiun Klimatologi Kelas II Jawa Timur: Alamat: Jl. Zentana No.33, Krajan, Ngijo, Kec. Karang Ploso, Kabupaten Malang, 65152; Telepon: (0341) 464827. BMKG - Stasiun Geofisika Pasuruan: Alamat: Melaten Lor, Plintahan, Kec. Pandaan, Pasuruan, 67156; Telepon: (0343) 635590 (https://www.google.com/search?q=bmkg+malang) 

Lantas bagaimana sejarah Gunung Meletus di Wilayah Malang, Tidak Perlu Khawatir Akan Tetapi Tetap Waspada; Sejarah Awal BMKG Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Malang (41): Indrokilo Pasuruan di Prigen Dekat Malang;Pertapaan Peninggalan Masa Majapahit di Lereng Gunung Ringgit


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Apa itu Indrokilo? Tempo doeloe adakalanya dieja Endrokilo. Ap aitu Indrokilo? Nama tempat, tidak hanya di Pasuruan dekat Malang. Juga ada di wilayah lain. Indrokilo di Pasuruan menjadi tempat pertapaan, dimana juga terdapat candi dan arca-arca yang lokasinya di Prigen di lereng gunung Ringgit. Apa keutamaannya? Kerap dikunjungi wisatawan Eropa/Belanda. Bagaimana dengan orang pribumi?


Cerita Pertapaan Indrokilo, Peninggalan Majapahit di Lereng Ringgit. Radar Bromo. 26 March 2022. Kabupaten Pasuruan dikenal memiliki banyak candi. Salah satunya di Desa Dayurejo, Kecamatan Prigen. Tepatnya di pertapaan Indrokilo yang dipercaya menjadi tempat bertapa para dewa dan penggawa. Indrokilo selama ini lebih dikenal sebagai tempat pertapaan. Tidak heran, tempat ini jadi jujukan warga yang ingin tirakat Lokasinya di lahan Perhutani. Berada di lereng Gunung Ringgit dengan ketinggian 1.424 meter di atas permukaan air laut (dpl). Masuk Dusun Talungnongko, Desa Dayurejo, Kecamatan Prigen. Dengan lokasi itu, hawa di Indrokilo selalu sejuk. Pagi dan siang hari suhunya sekitar 21-25 derajat Celsius. Sementara malam hari lebih dingin lagi, 17-19 derajat Celsius. Tidak sekadar tempat pertapaan. Sejumlah candi bisa ditemui di Indrokilo. Ada Candi Satrio Panggung, Mintorogo, Celeng Srenggi, Mundi Sari, Panji Saputra, dan Dewi Suprobowati. Juga terdapat banyak arca di sana. Termasuk petilasan Batu Kursi yang konon merupakan tempat Presiden RI Pertama Soekarno bertapa. “Kami dan warga sekitar menyebutnya Pertapaan Indrokilo. Satu kawasan di dalamnya banyak terdapat candi, petilasan dan juga arca,” ungkap Rasid, juru pelihara sekaligus ketua Pokdarwis Panji Laras Dayurejo. Indrokilo sendiri dipercaya tempat para dewa dan punggawa-punggawanya untuk bertapa. Mengheningkan cipta, menghadap Ilahi. (https://radarbromo.jawapos.com/)

Lantas bagaimana sejarah Indrokilo di Prigen, kabupaten Pasuruan dekat (kabupaten) Malang? Seperti disebut di atas Indrokilo adalah nama tempat, nama kampong, tetapi di Pasuruan cukup dikenal bahkan hingga ini hari. Ada yang menyebut, suatu (tempat) pertapaan, peninggalan Majapahit di lereng gunung Ringgit. Lalu bagaimana sejarah Indrokilo di Prigen, kabupaten Pasuruan dekat (kabupaten) Malang? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 13 Maret 2023

Sejarah Malang (40): Harimau di Wilayah Malang Tempo Doeloe, Apakah Jejak Masih Tersisa? Musuh Hewan Sahabat Penduduk


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Abdullah Sholeh disapa Cak Sholeh, 35 tahun, satu-satunya manusia yang bisa hidup dan mengobrol empat mata bersama seekor harimau. Pria asal Malang, telah hidup dengan seekor harimau jenis Benggala selama 13 tahun. Harimau diberi nama Mulan Jamilah didaptakan dari sumbangan sekolah Islam di Malang, lantaran pemilik sebelumnya mengaku tidak dapat merawatnya yang saat itu Mulan baru berusia tiga bulan (Kumparan.com 11 Juni 2020). Siapakah sebenarnya musuh harimau? Manusia atau hewan sendiri? Fakta bahwa kini harimau telah lama punah di wilayah Malang.


BKSDA Jatim Identifikasi Temuan Tengkorak Diduga Harimau Jawa di Kota Malang. Antara.com. 7 September 2020. Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Timur melakukan identifikasi terhadap temuan tengkorak diduga harimau jawa (Panthera tigris sondaica), di kawasan Lowokwaru, Kota Malang. Kepala Seksi Konservasi Wilayah VI BKSDA Jawa Timur mengatakan mendapatkan informasi temuan dari masyarakat dan akan melakukan identifikasi terhadap kerangka bagian kepala itu. "Informasinya tengkorak itu ditemukan di sekitar Kali Metro, kelurahan Merjosari." katanya, di Kota Malang, Senin. Disebutkan tengkorak berat delapan ons dengan ukuran tinggi 13 cm, lebar 21 cm, dan panjang 15 cm. Berdasarkan hasil identifikasi awal, diduga bahwa temuan tersebut adalah tengkorak macan tutul. "Kalau harimau, terlalu kecil. Di samping itu, pada kawasan sekitar sini, habitat macan tutul masih ada. Namun, kami tidak bisa pastikan 100 persen. Tunggu hasil laboratorium dulu," katanya. Tengkorak tersebut akan diboyong menuju LIPI Bogor untuk dilakukan penelitian lebih lanjut. Populasi macan tutul ditemukan di beberapa titik, termasuk di wilayah Malang Raya. Titik-titik tersebut, diantaranya di kawasan Taman Nasional Bromo, Tengger Semeru (TNBTS) hingga di kawasan Cagar Alam Pulau Sempu. "Kami sudah pasang kamera track di Pulau Sempu. Ciri-ciri atau jejak macan tutul bisa diidentifikasi dari cakaran pohon hingga jejak-jejaknya. Jumlahnya, kami masih belum tahu. Kami masih melakukan pengamatan," ujarnya. Tengkorak hewan yang diduga berusia 50 tahun (https://jatim.antaranews.com/)

Lantas bagaimana sejarah harimau di wilayah Malang tempo doeloe, apakah masih ada jejak tersisa? Seperti disebut di atas, harimau di wilayah Malang sudah lama punah. Fakta di wilayah Malang belum lama ini ditemukan warga Malang penyayang harimau dan penemuan diduga tengkorak harimau menjadi berita. Apakah dalam hal ini harimau musuh hewan atau sahabat penduduk. Lalu bagaimana sejarah harimau di wilayah Malang tempo doeloe, apakah masih ada jejak tersisa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Malang (39): Ngantang di Sisi Barat Malang Menjorok Masuk di Wilayah Kediri; Menjurus ke Malang di Lereng Kawi-Kelud


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Satu hal yang menjadi pertanyaan tentang wilayah (kecamatan) Ngantang adalah secara geografis dekat ke (kabupaten) Kediri tetapi secara geopolitik masuk wilayah (kabupaten) Malang? Wilayang Ngantang ‘tersembunyi; di sebelah barat Malang berada di lereng gunung Kawi dan gunung Kelud. Ngantang dalam hal ini jalur pintas pegunungan (melalui Kota Batu) antara wilayah Malang di hulu sungai Brantas dan wilayah Kediri di hilir sungai Brantas. Kasus wilayah Ngantang bukan satu-satunya di wilayah Indonesia dan tidak tergolong dalam pembagian wilayah yang ekstrim.


Ngantang adalah kecamatan di kabupaten Malang. Bersama Pujon dan Kasembon, berada di wilayah pegunungan sebelah barat Kota Malang. Jarak Ngantang ke Kota Malang 39 Km dan jarak ke ibu kota kabupaten Malang di Kepanjen 57 Km. Ngantang berada dijalur yang menghubungkan Malang-Kediri dan Malang-Jombang. Ngantang berhawa dingin pada ketinggian 870 M dpl. Asal usul penamaan Ngantang sampai sekarang masih menjadi perdebatan. Nama Ngantang diduga terkait isi prasasti yang berasal dari masa Raja Jayabhaya (1135 M). Isi prasasti pengesahan anugerah untuk penduduk desa Hantang karena telah berjasa dan setia pada kerajaan Panjalu (dalam perang melawan kerajaan Jenggala). Dalam hal ini Jayabhaya adalah raja yang berhasil mengalahkan Jenggala dan mempersatukannya kembali dengan Kediri. Dalam prasasti terdapat cap kerajaan bergambar Narasimha berupa semboyan Panjalu Jayati yang mungkiin artinya Kediri Menang. Batas wilayah (kecamatan) Ngantang di sebelah utara dan barat adalah kecamatan Kasembon; di sebelah timur kecamatan Pujon; di sebelah selatan kecamatan Gandusari (Blitar). Penduduk kecamatan Ngantang mayoritas suku Jawa yang berkebudayaan Jawa Arekan. Jumlah penduduk sekitar 60 ribu jiwa yang tersebar di 13 desa: Banjarejo, Banturejo, Jombok, Kaumrejo, Mulyorejo, Ngantru, Pagersari, Pandansari, Purworejo, Sidodadi, Sumberagung, Tulungrejo dan Waturejo (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Ngantang di sebelah barat Malang yang menjorok masuk wilayah Kediri? Seperti disebut di atas, secara geografis wilayah Ngantang berada di wilayah (kabupaten) Kediri, tetapi secara geopolitik (administrasi wilayah pemerintahan sejak era Pemerintah Hindia Belanda) masuk wilayah (kabupaten) Malang. Wilayah Ngantang menjurus ke Batu Malang di lereng gunung Kawi dan gunung Kelud. Lalu bagaimana sejarah Ngantang di sebelah barat Malang yang menjorok masuk wilayah Kediri? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Minggu, 12 Maret 2023

Sejarah Malang (38): Blitar Diantara Kediri dan Malang;Pegunungan PantaiSelatan Jawa di Tulungagung, Blitar, Sengoro, Gondang


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Blitar memiliki sejarah tersendiri yang jauh ke masa lampau. Karena itu hari jadi (kabupaten) Blitar 5 Agustus 1324 M.  Seperti halnya kota Malang dan kota Kediri, kota Blitar juga dilintasi sungai yang sama: sungai Brantas (dari Malang melalui Blitar hingga Kediri). Di wilayah Blitar juga ditemukan candi dan prasasti berasal dari zaman kuno. Satu yang kurang mendapat perhatian wilayah Blitar berada di pegunungan selatan di pantai selatan Jawa. So what? Check it out!


Blitar kota yang terletak di bagian Selatan provinsi Jawa Timur, terletak sekitar 167 km sebelah barat daya Surabaya dan 80 km sebelah barat Malang. Kota Blitar berstatus gemeente 1 April 1906. Secara topografi, Kota Blitar di kaki gunung Kelud dengan ketinggian 150–200 M. Gunung Kelud (1.731 M) gunung api masih aktif. Bagian selatan kabupaten Blitar dipisahkan sungai Brantas penghasil kaolin (Pegunungan Kapur Selatan). Pantai yang terkenal antara lain Pantai Tambakrejo, Serang dan Jalasutra. Bagian timur kabupaten Blitar di lereng gunung berapi gunung Kawi (2551 M) sekaligus batas wilayah Malang. Keadaan tanah di daerah Blitar yang kebanyakan berupa tanah vulkanik, mengandung abu letusan gunung berapi, pasir dan napal (batu kapur yang tercampur tanah liat). bersifat masam, gembur dan peka terhadap erosi. Bagian selatan Blitar kebanyakan tanahnya grumusol, hanya produktif tanaman ketela pohon, jagung dan jati. Daerah aliran sungai Brantas dataran rendah aluvial seperti Tulungagung dan Kediri, memiliki tanah yang subur. Pada zaman dulu, daerah Blitar daerah lintasan antara Dhoho (Kediri) dengan Tumapel (Malang) daerah yang saling bersaing (Panjalu dan Jenggala serta Dhoho dan Singosari). Banyaknya prasasti yang ditemukan di daerah ini (kira-kira 21 prasasti) lebih dari 12 candi, paling terkenal candi Penataran (1197 M). Nama Penataran ini kemungkinan kata natar berarti pusat, sehingga candi Penataran diartikan candi pusat. Di sebelah timur candi Penataran terdapat candi Plumbangan (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah Blitar diantara Kediri dan Malang? Seperti disebut di atas, wilayah Blitar di daerah aliran sungai Blitar, tidak hanya dilihat dari sudut pandang dari utara, juga harus dilihat dari sisi selatan. Dalam hal ini berbicara tentang pegunungan selatan di pantai selatan Jawa: Tulungagung, Blitar, Sengoro, Gondang. Lalu bagaimana sejarah Blitar diantara Kediri dan Malang? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Malang (37): Kediri di Hilir Sungai Brantas Malang Berada di Hulu; Jalan Pintas Antara Kediri Malang via Antang Kandangn


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Kediri dan Malang dihubungkan sungai Brantas, Malang di hulu, Kediri di hilir. Malang dan Kediri dipisahkan oleh gunung Arjuno. Namun demikian ada jalan pintas antara Kediri dan Malang melalui Batu, Antang dan Kandangan. Sungai Brantas sejatinya berbentuk tiga perempat lingkatan, berhulu di gunung Arjuno dan berhilir di Mojekerto dan Suranaya. Antara Arjuno dan Mojokerto terdapat Pegunungan Penanggungan. Kota Kediri, Malang dan Surabaya di daerah aliran sungai Brantas adalah tiga kota terbesar di Jawa Timur (idem dito tempo doeloe: Kediri, Singosari/Malang dan Majapahit/Mojokerto).


Kediri kota terletak sekitar 130 km sebelah barat daya Surabaya kota terbesar ketiga di provinsi Jawa Timur setelah Surabaya dan Malang. Kediri kota tertua di Jawa Timur. Kota Kediri dilalui sungai Brantas dari selatan ke utara. Temuan arkeologi di Tondowongso 2007 menunjukkan sekitar Kediri lokasi Kerajaan Kadiri (Hindu-Buddha abad ke-11). Menurut Serat Calon Arang, awal mula Kediri permukiman perkotaan dimulai Airlangga pindahkan pusat kerajaan dari Kahuripan ke Dahanapura (sekitar Kota Kediri). Wilayah Panjalu menjadi dua, Kediri di barat (berpusat di Daha) dan Jenggala di timur (pusat di Janggala). Panjalu sebagai Kerajaan Kediri. Tumapel (berpusat di Singhasari) menguat, ibukota Dahanapura diserang dan kota jadi kedudukan raja vazal, berlanjut hingga Majapahit, Demak dan Mataram Islam. Pasukan VOC menyerbu Kediri yang dijadikan ibukota oleh Trunajaya–tahun 1678. Kediri jatuh ke tangan VOC pada saat itu dikuasai Cakraningrat IV, adipati Madura yang memihak VOC dan menginginkan bebasnya Madura dari Kasunanan Kartasura. Karena ditolak oleh VOC, ia memberontak. Pemberontakannya ini dikalahkan VOC, dibantu Pakubuwana II, sunan Kartasura. Sebagai pembayaran, Kediri menjadi bagian yang dikuasai VOC. Kota Kediri menjadi Gemeente 1 April 1906. Struktur wilayah Kediri dataran rendah terletak di bagian timur sungai, dataran tinggi di bagian barat sungai. Kabupaten Kediri berbatasan kabupaten Malang dan kabupaten Blitar di timur, Di sebelah timur laut, tepatnya di kecamatan Kandangan, terdapat rangkaian Pegunungan Anjasmoro - Argowayang batas Kediri dan Malang (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Kediri di hilir sungai Brantas, Malang berada di hulu? Seperti disebut di atas, sungai Brantas pada dasarnya sungai melingkar, hulunya di wilayah Malang dan hilirnya di Kediri (hingga Mojokerto). Jalan pintas antara Kediri dan Malang melalui Antang dan Kandangan. Lalu bagaimana sejarah Kediri di hilir sungai Brantas, Malang berada di hulu? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 11 Maret 2023

Sejarah Malang (36): Pasuruan dari Masa ke Masa, Kota Lama Seberapa Tua? Wilayah Pasuruan Masa Lalu, Malang di Masa Kini


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Pasuruan adalah kota tua. Ada dua kerajaan kuno berpengaruh di sekitar: Singasari (di Malang) dan Majapahit (di Mojokerto). Sejak kehadiran Belanda/VOC Pasoeroean menjadi salah satu perhatian penting. Namun situasi dan kondisi mulai bergeser ke wilayah Malang pada era Pemerintah Hindia Belanda. Bagimana itu bergeser? Yang jelas wilayah Pasuruan menjadi masa lalu dan wilayah Malang kembali menjadi masa ke depan (bahkan hingga ini hari).


Pasuruan sebuah kota 60 km sebelah tenggara Kota Surabaya. Kota pelabuhan kuno, zaman Kerajaan Airlangga, dikenal dengan sebutan "Paravan". Pasuruan juga pernah disebut Gembong (era raja-raja beragama Hindu). Pada abad XVI, raja di Gamda (Pasuruan) adalah Pate Supetak, dalam babad Pasuruan disebutkan pendiri ibu kota Pasuruan. Sultan Trenggono dari Demak menaklukkan Pasuruan tahun 1545. Sejak saat itu Pasuruan menjadi kekuatan Islam. Pada tahun-tahun berikut terjadi perang dengan kerajaan Blambangan Hindu-Budha. Pada tahun 1601 ibu kota Blambangan dapat direbut oleh Pasuruan. Pada tahun 1617-1645 berkuasa di Pasuruan Tumenggung dari Kapulungan. Pasuruan diserang Kertosuro. Pada tahun 1657 diserang Mas Pekik (Surabaya). Kiai Onggojoyo harus menyerahkan kekuasaan kepada Untung Suropati. Untung Suropati di Mataram membunuh Kapten Tack. Untung Suropati menjadi adipati (raja) Pasuruan. Selama 20 tahun pemerintahan Suropati (1686-1706) dipenuhi dengan pertempuran-pertempuran melawan VOC. Onggojoyo dibantu VOC mengalahkan Untung Suropati (1706). Adipati Nitiadiningrat menjadi Bupati di Pasuruan selama 48 tahun (hingga 8 November 1799). Seluruh wilayah Kota Pasuruan merupakan dataran rendah rata-rata 4 M dan menjadi hilir Sungai Gembong. Wilayah daratannya yaitu: Daerah pegunungan, dataran rendah, dan daerah pantai, dengan ketinggian antara 2 – 8 m. Di bagian utara meliputi kecamatan Nguling, Lekok, Rejoso, Kraton, dan Bangil. Bagian utara merupakan dataran rendah, bagian barat daya dengan puncaknya Gunung Arjuno dan Gunung Welirang; bagian tenggara Pegunungan Tengger, dengan puncaknya Gunung Bromo. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Pasuruan masa ke masa, kota lama seberapa tua? Seperti disebut di atas, nama Pasuruan sebagai tempat (kota) sudah termasuk tua. Sejak kehadiran Belanda Pasuruan menjadi sangat penting. Akan tetapi situasi kemudian bergeser dimana wilayah Pasuruan menjadi masa lalu dan wilayah Malang menjadi masa depan (hingga ini hari). Lalu bagaimana sejarah Pasuruan masa ke masa, Pasuruan seberapa tua? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Malang (35): Probolinggo, Sekolah Guru, Pendidikan di Malang; van Ophuijsen Guru di Kweekschool Padang Sidempoean


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Bagaimana sejarah Probolinggo? Tentu saja sudah banyak ditulis. Artikel ini hanya sekadar melengkapi, menambah yang kurang dan mengurangi yang berlebihan. Dari Namanya, Probolinggo adalah nama tua (probo. prabu; dan lingga. linggo). Namun seberapa tua. Yang jelas kota Probolinggo terletak di dataran rendah di pesisir pantai timur Jawa dimana di wilayah pedalaman berada wilayah Malang. Satu yang penting di Probolinggo, pernah eksis sekolah guru pada era Pemerintah Hindia Belanda.


Probolinggo (Madura: Prabâlingghâ), kota 100 Km tenggara Surabaya terbesar keempat di Jawa Timur. Probo bahasa Sanskerta sinar, lingga berarti tanda. Era Majapahit, Probolinggo dikenal dengan nama “Banger” juga nama sungai (tercatat dalam teks Negarakertagama). Pedukuhan kecil di muara kali Banger, berkembang manjadi Pakuwon (batas antara Majapahit dan Blambangan). Pada masa VOC, Mataram menyerahkan daerah di sebelah timur Pasuruan (termasuk Banger) tahun 1743. Untuk memimpin pemerintahan di Banger, tahun 1746 mengangkat Kyai Djojolelono sebagai Bupati. Kyai Djojolelono adalah putera Kyai Boen Djolodrijo (Kiem Boen). Patihnya Bupati Pasuruan Tumenggung Wironagoro (Untung Suropati). Kyai Djojolelono menangkap/membunuh Panembahan Semeru, Patih Tengger, keturunan Untung Suropati yang memusuhi VOC. Kyai Djojolelono menyingkir tahun 1768, dengan mengembara/lelono. VOC mengangkat RT Djojonegoro, putra Bupati Surabaya dan kabupatennya dipindah ke Benteng Lama. Pada tahun 1770 nama Banger diubah “Probolinggo”. Wilayah kota ketinggian 0- 50 M, semakin ke selatan semakin tinggi. Sungai-sungai utama di kota sungai Banger (6.40 Km; dari arah selatan ke utara). Tanah alluvial (63.98%); Masyarakat sebagian besar suku Jawa dan Madura Pendalungan. Kini ibu kota kabupaten di Kraksaan Kota. Kabupaten di lereng pegunungan gunung Semeru, Argopuro, Lemongan, dan pegunungan Bromo-Tengger (ketinggian wilayah 0-2500 M). Sungai antara lain Pekalen, Pancarglagas, Krasak, Kertosuko, Rondoningo, Pendil, Gending, Banyubiru, Ronggojalu, Kedunggaleng dan Patalan dan terpanjang Rondoningo (95,2 Km) (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Probolinggo di pantai timur Jawa? Seperti disebut di atas, sejarahnya bermula sejak era Majapahit lokasi di muara sungai Banger di lerang gunung. Desa Banger menjadi Probolinggo yang relokasi ke benteng. Di Probolinggo pernah eksis sekolah guru yang menjadi penting di wilayah Malang. Sekolah guru ini semasa dengan CA van Ophuijsen dan Dja Endar Moeda di Kweekschool Padang Sidempoean. Lalu bagaimana sejarah Probolinggo di pantai timur Jawa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 10 Maret 2023

Sejarah Malang (34): Sengguruh, Kota Kuno di Daerah Aliran "Gemuruh" Sungai Metro? Pegunungan Selatan di Pantai Selatan Jawa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Dimana itu Sengguruh? Itu hanya suatu sebuah desa Bro. Desa yang kini masuk wilayah kecamatan Kepanjen, kabupaten Malang. Apakah sejarahnya sekadar itu saja? Okelah. Memang kini Sengguruh hanya sebuah desa di daerah aliran sungai Brantas (dahulu disebut sungai Metro), sedangkan Kepanjen sebagai ibu kota kecamatan dan bahkan kini telah dijadikan sebagai ibu kota kabupaten Malang (sejak 2008). Namun sebelum lupa, dan sebelum Sengguruh dilupakan, sejatinya sejarah Sengguruh memiliki sejarah panjang hingga ke masa lampau di wilayah Pegunungan Selatan di Pantai Selatan Jawa. Sejatinya Sengguruh sendiri lebih dulu dijadikan ibu kota distrik (kecamatan) sebelum direlokasi ke Kepanjen. Nama besar Sengguruh di masa lampau, masih tersisa pada hari ini sebagai nama bendungan besar Sengguruh. 


Kepanjen, ibu kota kabupaten Malang (sejak 2008). Kepanjen juga merupakan sebuah kecamatan yang terletak di Kabupaten Malang, berjarak 20 Km di selatan Kota Malang. Singosari, Kota Batu dan Kepanjen dikenal sebagai kota satelit Kota Malang (kawasan metropolitan Malang Raya). Kepanjen merupakan jalur transit yang menjadi pilihan untuk melanjutkan perjalanan melalui jalur selatan menuju Kota Blitar dan Kediri. Selama berada di Kepanjen, pengunjung dapat menikmati berbagai fasilitas yang tersedia seperti akomodasi dan wisata alam. Kecamatan Kepanjen terdiri dari kelurahan Ardirejo, Cepokomulyo, Kepanjen, Penarukan dan desa-desa antara lain Curungrejo, Dilem, Jatirejoyoso, Jenggolo, Kedung Pedaringan, Kemiri, Mangunrejo, Mojosari, Ngadilangkung, Panggungrejo, Sengguruh dan Talangagung. Di wilayah kecamatan Kepanjen yang masuk desa Sengguruh terdapat Bendungan Sengguruh, sebuah bendungan yang dibangun terutama untuk mengurangi sedimen di Waduk Karangkates. Bendungan ini mulai dibangun pada tahun 1982 (selesai 1988), dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik PLTA berkapasitas 29 MW (Wikipedia). 

Lantas bagaimana sejarah Sengguruh, kota kuno di daerah aliran ‘gemuruhnya’ sungai Metro? Seperti disebut diatas, sejarah Sengguruh kurang terinformasikan, padahal Sengguruh adalah wilayah Malang di Pegunungan Selatan, pantai selatan Jawa yang sudah dikenal sejak baheula. Lalu bagaimana sejarah Sengguruh, kota kuno di daerah aliran ‘gemuruhnya’ sungai Metro? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Malang (33): Lumajang di Sebelah Timur Wilayah Malang; Lumajang Malang di Pegunungan Selatan, Pantai Selatan Jawa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Wilayah Malang, dari masa ke masa, sejatinya tidak hanya terhubung dengan pantai timur Jawa di Pasoeroean dan Soerabaja, tetapi juga ke arah di pantai selatan Jawa. Wilayah selatan Malang ini lebih dikenal wilayah Pegunungan Selatan. Di wilayah selatan Jawa di Pegunungan Selatan (Pegunungan Kenden) tidak hanya Malang, juga Blitar dan Lumajang.


Lumajang (Jawa: Lumajang; Madura: Lomajhâng) adalah sebuah kabupaten di Jawa Timur, ibu kotanya kecamatan Lumajang Kota. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo di utara, Kabupaten Jember di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Malang di barat. Lumajang merupakan salah satu kabupaten yang rawan bencana, khususnya letusan Gunung Semeru. Kabupaten Lumajang terdiri dari dataran yang subur karena diapit oleh tiga gunung berapi yaitu: Gunung Semeru (3.676 M); Gunung Bromo (2.329); Gunung Lemongan (1.651 M). Ketinggian daerah kabupaten Lumajang bervariasi dari 0-3.676 M dpl., ketinggian 100–500 M (35,40 % wilayah); ketinggian 0–25 M dpl 11,01 %. Penduduk asli atau suku yang mendiami kabupaten Lumajang adalah suku Jawa, demikian juga di kecamatan Lumajang. Meski demikian, penduduk dari suku lain juga ada yang tinggal di kecamatan ini, termasuk suku Madura, kemudian suku Bawean, Tengger, Osing, Samin. Bahasa Jawa yang digunakan di Jawa Timur, bukan bahasa Jawa baku umumnya menggunakan bahasa Jawa kasar (Ngoko). Sementara bahasa Madura terbagi menjadi dialek Kangean, Sumenep, Pamekasan, Bangkalan, Probolinggo, Bondowoso, dan Situbondo. Dalam pemakaiannya, bahasa Madura juga mengenal tiga tingkatan yaitu Enja’iya (bahasa halus), Enghi-enten (bahasa tengahan), dan Enghi-bhunten (bahasa kasar) (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Lumajang di sebelah timur wilayah Malang? Seperti disebut di atas, wilayah Lumajang tidak hanya berbicara di timur Malang, tetapi juga wilayah Malang dan wilayah Lumajang di Pegunungan Selatan, pantai selatan Jawa. Lalu bagaimana sejarah Lumajang di sebelah timur wilayah Malang? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 09 Maret 2023

Sejarah Malang (32): Tumpang di Lereng Gunung Bromo Menuju Semeru; Seberapa Pentingkah Nama Tumpang Tempo Doeloe?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Di wilayah Angkola Mandailing, Residentie Tapanoeli bato bukanlah batu, tetapi apa? Akan tetapi di wilayah Malang bato menjadi batu. Itu satu hal. Hal lainnya di wilayah Angkola Mandailing disebut Arjuna, di wilayah Malang disebut Arjuno. Hal lainnya lagi di wilayah Malang disebut Drupada tetapi di wilayah Angkola Mandailing disebut Soripada. Dalam hal ini Sori merujuk pada Sri. Bato, batoe, watoe mirip menunjuk hal yang sama.


Batu adalah sebuah kota di wilayah Malang. Kota Batu berada di jalur yang menghubungkan Malang-Kediri dan Jombang. Wilayah kota ini berada di ketinggian 800-2000 M dan ketinggian rata-rata yaitu 980 M dpl. Kota Batu ditetapkan menjadi kota administratif pada 6 Maret 1993 dan menjadi kota otonom tanggal 17 Oktober 2001. Sejak abad ke-10, wilayah Batu telah dikenal tempat peristirahatan kalangan kerajaan. Pada pemerintahan Kerajaan Medang Raja Sindok, petinggi Kerajaan Mpu Supo diperintah untuk membangun tempat peristirahatan kerajaan di pegunungan yang didekatnya terdapat mata air (dibangun candi diberi nama Candi Supo; atau Candi Songgoriti candi patirthan/kolam). Sampai saat ini belum diketahui kapan nama "Batu" mulai disebut. Beberapa pemuka masyarakat setempat mengisahkan sebutan Batu berasal dari nama ulama pengikut Pangeran Diponegoro bernama Abu Ghonaim yang selanjutnya masyarakat setempat menyebutnya Mbah Wastu kemudian dipanggil Mbah Tu lalu menjadi Mbatu atau Batu. Salah satu wilayah perkebunan di Kecamatan Bumiaji, Kota Batu dengan latar belakang pegunungan Butak-Kawi-Panderman. Batu dikelilingi beberapa gunung, di antaranya adalah: Anjasmoro (2.277 M); Arjuno (3.339); Banyak (1.306); Kawi (2.551); Panderman (2.045); Semeru (3.676); Welirang (3.156); Wukir (635) (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Bato, Batoe, Kota Batu di lereng gunung Kawi? Seperti disebut di atas, kini kampong Bato tau Batoe telah menjadi kota. Seberapa tua kota Batu?  Dimana tetak Arjuno menemukan Drupadi putri Drupada? Lalu bagaimana sejarah Bato, Batoe, Kota Batu di lereng gunung Kawi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Malang (31): Bato Batoe Kota Batu di Lereng Gunung Kawi; Dimanakah Letak Arjuno Menemukan Drupadi Putri Drupada?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Di wilayah Angkola Mandailing, Residentie Tapanoeli bato bukanlah batu, tetapi apa? Akan tetapi di wilayah Malang bato menjadi batu. Itu satu hal. Hal lainnya di wilayah Angkola Mandailing disebut Arjuna, di wilayah Malang disebut Arjuno. Hal lainnya lagi di wilayah Malang disebut Drupada tetapi di wilayah Angkola Mandailing disebut Soripada. Dalam hal ini Sori merujuk pada Sri. Bato, batoe, watoe mirip menunjuk hal yang sama.


Batu adalah sebuah kota di wilayah Malang. Kota Batu berada di jalur yang menghubungkan Malang-Kediri dan Jombang. Wilayah kota ini berada di ketinggian 800-2000 M dan ketinggian rata-rata yaitu 980 M dpl. Kota Batu ditetapkan menjadi kota administratif pada 6 Maret 1993 dan menjadi kota otonom tanggal 17 Oktober 2001. Sejak abad ke-10, wilayah Batu telah dikenal tempat peristirahatan kalangan kerajaan. Pada pemerintahan Kerajaan Medang Raja Sindok, petinggi Kerajaan Mpu Supo diperintah untuk membangun tempat peristirahatan kerajaan di pegunungan yang didekatnya terdapat mata air (dibangun candi diberi nama Candi Supo; atau Candi Songgoriti candi patirthan/kolam). Sampai saat ini belum diketahui kapan nama "Batu" mulai disebut. Beberapa pemuka masyarakat setempat mengisahkan sebutan Batu berasal dari nama ulama pengikut Pangeran Diponegoro bernama Abu Ghonaim yang selanjutnya masyarakat setempat menyebutnya Mbah Wastu kemudian dipanggil Mbah Tu lalu menjadi Mbatu atau Batu. Salah satu wilayah perkebunan di Kecamatan Bumiaji, Kota Batu dengan latar belakang pegunungan Butak-Kawi-Panderman. Batu dikelilingi beberapa gunung, di antaranya adalah: Anjasmoro (2.277 M); Arjuno (3.339); Banyak (1.306); Kawi (2.551); Panderman (2.045); Semeru (3.676); Welirang (3.156); Wukir (635) (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Bato, Batoe, Kota Batu di lereng gunung Kawi? Seperti disebut di atas, kini kampong Bato tau Batoe telah menjadi kota. Seberapa tua kota Batu?  Dimana tetak Arjuno menemukan Drupadi putri Drupada? Lalu bagaimana sejarah Bato, Batoe, Kota Batu di lereng gunung Kawi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.