*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini
Sawah Besar, dari namanya, tidak hanya soal sawah yang sangat luas, tetapi juga tergolong area yang terbilang relatif masih baru (sawah luas terbentuk karena dibangunnya irigasi). Menurut Ridwan Saidi di area inilah beliau dilahirkan. Dalam bahasa sekarang: ‘Anak Sawah Besar’. Kini, area sawah yang luas itu berada di tengah kota yang sangat sibuk dan padat penduduknya, Begitu padatnya wilayah area Sawah Besar, lintasan rel kereta api harus diangkat ke atas (menjadi jalur layang kereta) dan mulai dioperasikan pada pertengahan tahun 1992.
Sawah Besar, dari namanya, tidak hanya soal sawah yang sangat luas, tetapi juga tergolong area yang terbilang relatif masih baru (sawah luas terbentuk karena dibangunnya irigasi). Menurut Ridwan Saidi di area inilah beliau dilahirkan. Dalam bahasa sekarang: ‘Anak Sawah Besar’. Kini, area sawah yang luas itu berada di tengah kota yang sangat sibuk dan padat penduduknya, Begitu padatnya wilayah area Sawah Besar, lintasan rel kereta api harus diangkat ke atas (menjadi jalur layang kereta) dan mulai dioperasikan pada pertengahan tahun 1992.
Area Sawah Besar (Peta 1682) |
Satu hal yang paling menarik dari warisan sejarah masa lalu adalah bahwa
tempo doeloe (baheula) di tengah area yang menjadi sawah luas itu (terbentuknya
kampong Sawah Besar) mengalir kali Ciluwung, air yang tenang tetapi menhanyutkan.
Untuk mewujudkan perluasan kota, mengedalikan banjir dan mengoptimalkan
pengaturan ketinggian air di pelabuhan (yang berpusat di Kali Besar) lalu ruas
sungai Tjiliwong antara benteng Noordwijk (kini stasion Juanda) dan Manggadoea
(kini stasion Mangga Dua) ‘dilikuidasi’. Lalu pada tahun 1869 di bekas kali
Tjiliwong itu dibangnn rel kereta api (ruas stasion Juanda dan stasion Mangga
Dua). Bagaimana itu semua terjadi dan terhubung? Mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.