Selasa, 15 Februari 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (418): Pahlawan Indonesia - Dr Ir Tan Sin Hok Ahli Geologi Lulusan Delft; Sejarah Geologi di Indonesia

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Ingat geologi, ingat Tan Sin Hok. Ketika mahasiswa-mahasiswa Indonesia (baca: Hindia Belanda) berbicara tentang arsitektur teknik sipil, mesin dan teknik kimia, Tan Sin Hok pada jurusan pertambangan di Delft lebih memilih pada urusan yang kurang diminati yakni ilmu geologinya sendiri. Pilihan ini membawa Tan Sin Hok menjadi ahli geologi Indonesia yang pertama.

Dr.Ir.Tan Sin Hok adalah Ahli Paleontologi. Pantanellium squinaboli, Eucyrtis hanni, Hemicryptocapsa capita dan Cyrtocapsa grutterinki adalah beberapa nama species radiolaria yang dikenal di daratan Eropa dan Jepang. Aslinya, spesies itu dinamai pertama kali oleh Tan Sin Hok atas fosil renik radiolaria dari sampel batuan yang berasal dari Pulau Rote. Walaupun namanya sudah dikenal dunia, namun siapa jatidirinya, tak banyak yang mengetahuinya. Cuplikan kisah hidupnya di bawah ini sebagian disarikan dari situs http://brieven-tan-schepers.nl. Tan Sin Hok lahir di desa Cipadang, Cianjur, Jawa Barat pada 28 Maret 1902, sebagai anak bungsu dari pasangan Tan Kiat Tjay (1870-1910) dan Thio Hian Nio (1875-1948) yang menjalankan usaha penggilingan padi. Sehari-hari di rumahnya, Tan Sin Hok berbicara bahasa Melayu dan bahasa Sunda seperti bahasa ibunya. Pada tahun 1907, pada usia 5 tahun, Tan Sin Hok masuk ELS di Cianjur. Tan Sin Hok mengikuti sekolah tata bahasa Koning Willem III di Batavia, sampai lulus pada 1919. Pada akhir 1919, Tan Sin Hok dan Tan Sin Houw berangkat ke Belanda untuk melanjutkan pendidikan. Tan Sin Hok belajar pada Jurursan Teknik Pertambangan di Delft. Ia meraih gelar Doktor pada 5 Oktober 1927 dengan disertasi ”Over de samenstelling en het ontstaan van krijt-en mergelgesteenten van de Molukken”. Setelah lulus dari Delft pada 1927, Tan Sin Hok sempat melakukan penelitian tentang foraminifera di Bonn. Setelah 10 tahun belajar di Eropa, Tan Sin Hok kembali ke Pulau Jawa pada 8 Juni 1929 bersama isterinya, Eida Schepers yang dinikahinya pada 16 April 1929. Tan Sin Hok tinggal di Bandung dan bekerja sebagai ahli geologi pada Jawatan Pertambangan milik Pemerintahan Kolonial Belanda (sekarang Badan Geologi) yang berlokasi di Jalan Diponegoro, Bandung. Tan Sin Hok hanyalah anak desa yang lahir hingga masa remajanya di Cianjurtetapi hasil karya Tan Si Hok membuat mata dunia melihat Indonesia melalui fosil renik radiolaria yang digambar olehnya sendiri. (Wikipedia)  

Lantas bagaimana sejarah Tan Sin Hoke? Seperti disebut di atas, Tan Sin Hok adalah arsitek bergelar insinyur teknik pertambangan lulusan Universiteit te Delft yang memilih bidang yang kurang digemari ilmu (riest) geologi, namun sejarahnya kurang terinformasikan. Lalu bagaimana sejarah Tan Sin Hok? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 14 Februari 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (417): Pahlawan Indonesia dan Ir Liem Bwan Tjie, Insinyur Lulusan di Belanda; Arsitek THS Bandoeng

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Presiden Soekarno sendiri adalh seorang arsitek, lulusan THS Bandoeng tahun 1926. Sementara Frederik Silaban yang bukan insinyur yang mendesaiin masjid Istiqlal Djakarta. Sedangkan Liem Bwan Tjie adalah arsitek bergelar insinyur lulusan di Belanda. Kemampuan Ir Liem ini dilihat gubernur Sumatra Utara Abdoel Hakim Harahap yang kemudian meminta Ir Liem Bwan Tjie membuat bangunan stadio di kampong Teladan Medan untuk keperluan PON III tahun 1953 (masih eksis hingga ini hari).

Liem Bwan Tjie (6 September 1891 – 28 Juli 1966) adalah arsitek ternama dan pelopor arsitektur modern generasi pertama di Indonesia. Liem adalah anak kelima dari Liem Soei Tjhing, seorang pedagang tekstil di Gang Warung, Semarang. Keluarga Peranakan Tionghoa ini sudah di Indonesia selama 4 generasi. Pada tahun 1910, Liem yang berusia 19 tahun dikirim orang tuanya ke Belanda untuk menuntut pendidikan menengah. Selama Perang Dunia Pertama (1914-1918), ia berkerja untuk beberapa biro arsitek terkemuka di Amsterdam, antara lain Michel de Klerk, Gulden en Geldmaker dan Eduard Cuypers. Pada tahun 1920, Liem kemudian belajar di Universitas Teknik di Delft, Belanda dan di École nationale supérieure des Beaux-Arts di Paris, Prancis pada tahun 1924. Saat Liem berencanana kembali ke tanah air pada tahun 1929, ia dilarang pulang oleh pemerintah Hindia Belanda karena dianggap terpengaruh dengan Komunisme. Dengan referensi dan dukungan dari tokoh masyarakat Tionghoa, antara lain anggota Volksraad Loa Sek Hie, sang arsitek akhirnya diberikan izin untuk menetap kembali di kota kelahirannya, yaitu Semarang. Ia banyak mendesain bangunan-bangunan untuk kalangan "Cabang Atas" Peranakan. Karya-karyanya mencakup bangunan umum maupun kediaman pribadi, dan tersebar di beberapa kota besar di Indonesia, termasuk Jakarta, Surabaya, Bandung, Tegal, Manado dan Makasar. Pada tanggal 16 September 1959, di kediaman Liem di Jalan Wastukancana, Bandung, terjadi awal pertemuan pertama antara arsitek-arsitek senior Indonesia Liem Bwan Tjie, Frederich Silaban, Mohammad Soesilo dengan 18 arsitek muda lulusan pertama ITB tahun 1958. Inilah tonggak awal sejarah Ikatan Arsitek Indonesia, yang akhirnya didirikan secara resmi pada 17 September 1959. Liem meninggalkan Indonesia saat berusua 74 tahun pada tahun 1965, dan pindah ke Belanda untuk mengikuti anaknya yang sedang menuntut ilmu di sana. Ia meninggal setahun kemudian di Belanda, dan arsip karyanya sekarang disimpan di Nederlands Architectuurinstituut (NAi). (Wikipedia)  

Lantas bagaimana sejarah Liem Bwan Tjie? Seperti disebut di atas, Liem Bwan Tjie adalah arsitek bergelar insinyur lulusan di Belanda. Tidak dipilih Presiden Ir Soekarno tetapi dipilih oleh Gubernur Abdoel Hakim Harahap. Lalu bagaimana sejarah Liem Bwan Tjie? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (416): Pahlawan Indonesia dan Nona Ong Kie Hong, Ambon; Kongres Mahasiswa Indonesia di Belanda

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Pada era Hindia Belanda yang melanjutkan studi lebih tinggi adalah laki-laki. Lebih-lebih jika pendidikan tinggi tersebut harus jauh ke Belanda. Satu yang pertama perempuan pertama yang studi ke Belanda datang dari keluarga Ong Kie Hong di Ambon. Tidak hanya satu orang bahkan empat sekaligus putri dari Ong Kie Hong. Sedangkan perempuan pribumi pertama studi ke Belanda baru sepuluh tahun kemudian, Ida Loemongga, putri Dr Haroen Al Rasjid di Teloek Betoeng pada tahun 1922.

Siapa Ong Kie Hong dari Ambon? Kurang terinformasikan. Dalam lama Geni.com, Ong Kie Hong lahir di Ambon tahun 1861 (meinggal tahun 1914). Ong Kie Hong terbilang kaya. Ong Kie Hong juga punya anak cukup banyak. Nama-nama anaknya adalah Gretha Helena Ongkiehong; Selastien Theresia Ongkiehong; Sioe Djien Ongkiehong; Henri Coenrad Ongkiehong; Kok Seang Ongkiehong; Simon egbert Ongkiehong; Heinrich Frederik Ongkiehong; Sien Everdien Ongkiehong; Theodorus Leonardus Ongkiehong; Bastiaan Lodewijk Ongkiehong; Ong Aan Nio/ Anna Lucia ONGKIEHONG; Erna Louisa Ongkiehong; Theodora Johanna Ongkiehong; Ong Lo Nio/ Laura Charlotte ONGKIEHONG dan Tony Piet Ongkiehong. Empat diantara anak-anaknya ini yang berangkat studi ke Belanda pada tahun1912.

Lantas bagaimana sejarah Nona Ong Kie Hong? Seperti disebut di atas, Nona Ong Kie Hong salah satu dari empat putri Ong Kie Hong di Ambon yang berangkat studi ke Belanda tahun 1912. Lalu bagaimana sejarah Nona Ong Kie Hong? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Minggu, 13 Februari 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (415): Pahlawan Indonesia - Oei Kiauw Pik, DoktEr DoktOr Lulusan Leiden; Soerabaja Hingga Surabaya

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Siapa Oei Kiauw Pik? Pada masa ini nama Oei Kiauw Pik dihubungkan dengan RS Adi Husada di Surabaya. Namun sulit menemukan narasi sejarah Oei Kauw Pik. Apakah tidak ada yang peduli? Yang jelas sejarah tetaplah sejarah. Okelah. Banyak tokoh sejarah yang kurang terinformasikan.

Rumah Sakit Adi Husada Undaan Wetan adalah sebuah rumah sakit di Surabaya, Indonesia. Rumah sakit ini pada awalnya adalah sebuah perkumpulan Tionghoa yang didirikan tanggal 25 November 1927 dengan ketua pengurus pertama Oei Kiauw Pik (Wikipedia). Sementara itu dalam laman Ancestor disebut Oei Kiauw Pik lahir tanggal 7 Juli 1896 di Surabaya, Dr Oei Kiauw Pik meninggal 23 Mei 1978 di San Jose, Santa Clara, California. Dalam website RS Adi Husada disebutkan seorang dokter muda yang baru pulang kembali ke Surabaya setelah menyelesaikan pendidikannya di Holland, Oei Kiauw Pik memulai kegiatannya tahun 1923-1924 dengan modal f 300 sebulan untuk bantuan obat-obatan dari Perkumpulan Dagang Tiong Hwa dengan memakai pavilion disamping Kantor Dagang di jalan Cantian (Jl. Kembang Jepun 21-23) yang dipergunakan sebagai poliklinik darurat. Pada tahun 1937 tercatat Rumah Sakit Tiong Hwa Ie Wan beralamat di Jl. Kapasari 99 – 101 Surabaya. Sedangkan bulan September 1945, dibuka Rumah Sakit Tiong Hwa Ie Wan di Jl. Undaan Wetan 40-44 Surabaya. Pada tahun 1964  tercatat bergabungnya dua orang pejabat dari kantor Inspeksi Kesehatan ]awa Timur ke dalam jajaran kepengurusan Rumah Sakit Tiong Hwa Ie Wan, yaitu: dr. Ong Tjeng An dan R. Sudjarwa. Merekalah yang mendirikan Sekolah Penjenang Kesehatan yang pada tahun 1965 diubah menjadi Sekolah Pengatur Rawat. Dikemudian hari sekolah ini dikenal sebagai Akademi Keperawatan Adi Husada. Pada tanggal 16 juli 1975 nama Soe Swie Tiong Hwa Ie Wan diubah menjadi “perkumpulan adi husada”.

Lantas bagaimana sejarah Oei Kiauw Pik? Seperti disebut di atas, nama Oei Kiauw Pik dihubungkan dengan RS Adi Husada di Surabaya. Namun siapa Oei Kiauw Pik kurang terinformasikan. Lalu bagaimana sejarah Oei Kiauw Pik? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.