*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini
Nama Menteng cukup terkenal. Pada masa ini nama Menteng ditabalkan sebagai nama kelurahan dan kecamatan di Jakarta Pusat. Tempo doeloe di Kampong Menteng terdapat landhuis Menteng. Paling tidak landhuis Menteng ini sudah dipetakan pada tahun 1825 (lihat Peta 1825). Hingga tahun 1897 (lihat Peta 1897) landhuis Menteng masih merupakan satu-satunya bangunan permanen di Land (tanah partikelir) Menteng. Land Menteng ini kira-kira seluas Kelurahan Menteng yang sekarang.
Nama Menteng cukup terkenal. Pada masa ini nama Menteng ditabalkan sebagai nama kelurahan dan kecamatan di Jakarta Pusat. Tempo doeloe di Kampong Menteng terdapat landhuis Menteng. Paling tidak landhuis Menteng ini sudah dipetakan pada tahun 1825 (lihat Peta 1825). Hingga tahun 1897 (lihat Peta 1897) landhuis Menteng masih merupakan satu-satunya bangunan permanen di Land (tanah partikelir) Menteng. Land Menteng ini kira-kira seluas Kelurahan Menteng yang sekarang.
Landhuis di Land Menteng (Peta 1897) |
Landhuis Menteng pada tempo doeloe adalah salah satu
dari landhuis yang berada di tanah-tanah partiekelir (land) yang terdapat di
wilayah Residentie Batavia. Landhuis terdekat dari landhuis Menteng adalah
landhuis di Land Struiswijk (kini Kampus UI Salemba) dan landhuis di Land Matraman
(tempat dimana Presiden Barack Obama pernah tinggal semasa kecil).
Keberadan tanah-tanah
partikelir ini secara langsung di sekitar landhis telah memicu dan memacu
pertumbuhan dan perkembangan dalam bidang: pertanian, infrastruktur,
transportasi, ekonomi, sosial dan budaya
serta lainnya. Itulah mengapa keberadaan tanah-tanah partikelir di Jakarta pada
masa lampau penting dalam sejarah Kota Jakarta.
Pada tahun 1904 perumahan Gondangdia direncabnakan
akan diperluas dengan membentuk perumahan Nieuwe Gondangdia. Proyek perumahan
Nieuwe Gondangdia (yang kemudian namanya menjadi lebih populer sebagai Perumahan
Menteng) dikerjakan pada tahun 1910 dan selesai pada tahun 1918. Akibat proyek
perumahan ini landhuis terpaksa dibongkar dan hilang selamanya.
Villa Raden Saleh di Tjikini (1862) |
Lantas
apa pentingnya landhuis di Land Menteng? Itu pertanyaannya. Bukan karena
Presiden Suharto bertempat tinggal di Perumahan Menteng, tetapi karena sejarah
Menteng sendiri belum terdokumentasikan secara baik dan benar. Keberadaan
landhuis Menteng menjadi penting karena landhuis inilah satu-satunya bangunan
permanen terawal di Kampong Menteng yang kemudian bertransformasi menjadi Perumahan
Menteng yang sekarang. Untuk itulah mengapa kita perlu mengetahui lebih jauh
landhuis Menteng ini dan juga perkembangan di sekitar Land Menteng itu. Mari
kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe. Kita mula dari landhuis Menteng.
Landhuis Land Menteng di Kampong Menteng, 1825
Sejak era Padjadjaran sudah terdapat jalan kuno mulai
dari Pakuan di hulu sungai Tjiliwong di gunung hingga pelabuhan Soenda Kelapa
di muara sungai Tjiliwong di pantai. Jalan kuno ini melalui Tjilieboet, Tjitajam,
Depok, Pondok Tjina, Sringsing, Tandjong, Pantjoran, Menteng, Tjikini, benteng
Noordwijk (Istana Merdeka yang sekarang). Jalan kuno ini pada ruas Land Menteng
mulai dari Menteng Poelo (jalan Saharjo sekaranng), jalan Menteng Wadas Timur
(Pasar Rumput), jalan Sukabumi, jalan Surabaya dan jalan Cikini (Prapatan).
Tanda navigasi jalan kuno ini masih teridentifikasi pada Peta 1825. Tidak jauh
dari jalan kuno (yang pada awal era Pemerintah Hindia Belanda disebut
Westerweg) di kampong Menteng terdapat sebuah tanah partikelir (land).
Land Menteng (Peta 1840) |
Kapan land Menteng dibuka tidak diketahui secara
pasti. Besar dugaan land Menteng ini dibuka pada era VOC, jauh sebelum tahun
1825. Hal ini karena letaknya tidak jauh dari stad (kota) Batavia. Land yang
sudah terbentuk sejak era VOC antara lain Land Daalxigt di kampong Tanah Abang,
tidak jauh dari benteng (fort) Rijswijk; land Paviljoen (Weltevreden), tidak
jauh dari fort Noordwijk; land Struiswijk, land Menteng dan land Matraman yang
ketiga land ini tidak jauh dari fort Meester Cornelis (di kampong Berlan). Fungsi
benteng di era VOC bagi pedagang yang membuka perkebunan sangat penting, karena
memberi rasa aman dan memiliki akses cepat ke benteng untuk perlindungan.
Land Gondangdia (Peta 1866) |
Siapa yang membuka land
Menteng dapat dihubungkan dengan salah satu nama keluarga orang Eropa di era
VOC. Keluarga Menting ini membuka lahan di selatan Rijswijk. Nama pemilik lahan
(land) ini dengan mengambil nama keluarga menjadi Land Menting. Dalam
perkembangannya terjadi proses linguistik nama Menting sering dipertukarkan
dengan nama Menteng.
Jalan di Land Menteng, 1870 |
Land Menteng adalah
estate yang mengusahakan berbagai produk pertanian tanaman pangan (beras dan
buah-buahan) dan produk kehutanan/perkebunan seperti kelapa, jati dan
sebagainya. Land Menteng ini tampaknya juga mengusahakan produk perikanan. Hal
ini karena tidak jauh dari landhuis Menteng terdapat situ besar (kini dikenal
sebagai waduk Setabudi). Yang tetap menjadi
pertanyaan adalah dimana posisi gps landhuis Menteng ini.
Java-bode, 20-03-1858 |
Land Menteng yang sudah
eksis sejak era VOC sudah beberapa kali diperjualbelikan dan berganti pemilik. Adanya
Land Menteng diduga menjadi pemicu munculnya
land baru di sekitar seperti Land Gondangdia dan Land Tjikini. Land Tjikini semakin
populer ketika pelukis terkenal Raden Saleh (peranakan Arab-Jawa) membangun
rumah di salah satu lokasi di land tersebut pada tahun 1862 (lihat Bataviaasch
handelsblad, 19-04-1862).
Rotterdamsche courant, 05-04-1864 |
Keberadaan
Raden Saleh yang telah membangun villa di kampong (land) Tjikini telah menarik
perhatian pemerintah dalam kaitannya dengan pembangunan kebun botani dan
binatang di sekitar Tjikini. Komite yang dibentuk Pemerintah telah berhasil
membeli lahan yang sesuai. Lahan peruntukan kebun binatang dan botani di
Tjikini ini berhasil dibeli oleh komite dari Raden Saleh (lihat Rotterdamsche
courant, 05-04-1864). Sehubungan dengan rencana pembangunan kebun binatang dan
botani tersebut jalan yang menghubungkan Prapattan hingga ke Matrawan melalui
jalan di sekitar Raden Saleh ditingkatkan (lihat Java-bode : nieuws, handels-
en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 15-10-1864). Disebutkan peningkatan
jalan ini telah dilakukan sejak dua bulan terakhir. Kebun binatang dan botani
akhirnya selesai dan dibuka pada bulan Juli 1865 (lihat Java-bode : nieuws,
handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 29-07-1865).
Jalan di Land Menteng, 1900 |
Setelah adanya rencana
pengembangan perumahan Nieuwe Gondangdia pada tahun 1904, dalam perkembangannya
Land Menteng dibeli oleh Gemeente Batavia pada tahun 1908. Salah satu pemilik persil
lahan di land Menteng sebelum dibeli pemerintah adalah seorang Arab, Alie
Shahab (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 12-08-1898).
Trem listrik di Gondangdia, 1910 |
Landhuis Menteng (Peta 1904) |
Sehubungan dengan
pengembangan perumahan Menteng, Pemerintah Gemeente Batavia diharapkan segera
bersedia meningkatkan jalan poros (jalan utama) yang disebut jalan Mampang
(Mampangweg) pada tahun 1913 (lihat Het nieuws van den dag voor
Nederlandsch-Indie, 20-05-1913). Jalan yang dibangun tahun 1913 ini merupakan
terusan jalan Gondangdia (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 05-08-1913).
Jalan poros ini dapat dikatakan sebagai jalan paling besar dari Koningsplein
menuju selatan kota (tentu saja saat itu belum ada jalan MH Thamrin yang
sekarang). Disebut jalan Mampang karena arahnya menuju selatan di Land Mampang.
Pembangunan jalan Mampang ini bersamaan dengan pembangunan Orangeboelevard
(kini jalan Diponegoro). Pembangunan dua jalan ini disebutkan dalam rangka
eksploitasi pembangunan pemukiman yang baru di Menteng.
Di Land Mampang sudah sejak lama dikenal Prapatan
Mampang, suatu persimpangan jalan dari Tanahabang ke Doerian Tiga/Pedjaten dan
dari Pantjoran ke Slipi. Untuk sekadar catatan, bahwa pada Peta 1925 jalan dari
Mampang Prapatan ke Menteng yang kini menjadi jalan Rasuna Said (Kuningan) yang
tegak lurus ke utara belum ada. Jalan yang sudah ada adalah dari Prapatan
Mampang ke arah barat laut menuju Tanahabang melalui Karet/Doekoeh.
Pada tanggal 11 Oktober
1915 arsitek Schoemaker mengajukan dua rancangan awal untuk pembangunan di Land
Menteng. Pada tanggal 3 Januari 1916, Dewan Kota memutuskan untuk membentuk
komite dengan menunjuk tiga insinyur konstruksi, dengan tugas melayani Dewan
Kota untuk menilai dan memberi pertimbangan dan saran mengenai usulan 1916. Komite
ini menyerahkan laporan terperinci tentang rencana pembangunan. Pada tanggal 1
Desember 1916, Komisi (dinas) Pekerjaan Umum menyerahkan rencana pembangunan
yang dimodifikasi. Pada tanggal 20 Maret 1917 diputuskan untuk mengkonversikan
jalan jalan poros (jalan Mampangweg dan jalan Orangeboelevard). Rencana
pembangunan di Land Menteng ini kemudian dibawa ke Dewan Kota pada tanggal 11
Juni 1917. Pada tanggal 5 September 1917 keluar surat perintah untuk pekerjaan
perbaikan jalan dan kemudian ditugaskan untuk membuat rencana. Pada tanggal 17
Desember 1917, Burgemeester (Wali Kota) Batavia menyampaikan rencana perkerasan
jalan kepada Dewan Kota untuk mendapat masukan.
Tarik menarik antara pengembang dan pemerintah
(Burgemeester dan Gemeenteraad) akhirnya tuntas. Itu berarti telah berlangsung
selama sepuluh tahun sejak Perumahan Nieuwe Gondangdia atau Perumahan Menteng
dimulai. Dalam hal ini pengembang memutuhkan kepastian tentang planologi kota Batavia
yang dihubungkan dengan pembangunan perumahan di Menteng. Pengembang juga
membutuhkan kehadiran pemerintah di perumahan Menteng dalam hal pembiayaan dan
pembangunan jalan-jalan poros (jalan kota). Sebaliknya, pemerintah kota tidak
mudah mengikuti gerak cepat pengembang, karena pemerintah kota memerlukan
anggaran besar untuk memfasilitasi pengembangan infrastruktur jalan dan
jembatan di Perumahan Menteng. Sikap kehati-hatian terlihat dari interaksi
antara Burgemeester dengan Gemeenteraad dalam setiap keputusan yang diambil.
Setelah urusan
pengembangan wilayah (planologi kota) yang memakan waktu hampir 10 tahun, komite
pemerintah yang terkait dengan urusan pembangunan perumahan di Menteng baru
mulai melihat detail seperti denah bangunan termasuk alokasi lahan untuk
fasilitas umum dan taman-taman (lihat Het nieuws van den dag voor
Nederlandsch-Indie, 15-01-1918). Namun dalam kenyataannya semuanya tidak bisa
tuntas. Hal ini sehubungan dengan rencana pemerintah pusat (Gubernur Jenderal)
untuk pembangunan kanal barat (menyodet sungai Tjiliwong di Manggarai dengan
mengalirkannnya ke kanal Kroekoet di Tanah Abang).
Bandjir Kanal Barat di Menteng (1934) |
Pada waktu pembangunan
kanal barat, pada waktu yang relatif bersamaan muncul proyek pembangunan
stasion kereta api yang baru di Manggarai. Proyek pembangunan stasion Manggarai
ini adalah proyek besar pemerintah pusat dalam hubungannya dengan pengembangan
jalur kereta api secara umum.
Bentuk rumah di Menteng (1931) |
Di Land Gondangdia/Tjikini
sejak 1903 telah dibangun jalur lintasan kereta api dari Meester Cornelis (di
Djatinegara) melalui Salemba/Paseban menuju stasion Tanah Abang (dalam
hubungannya dengan jalur kereta api trans-Java). Selama ini kereta yang datang dari arah timur
di Meester Cornelis (Djatinegara) ke Tanah Abang dan Rangkas Bitoeng harus
melalui stasion stas (kota) Batavia. Lintasan kereta api Tjikini/Gondangdia ini
juga dapat dilalui kereta api yang datang dari arah selatan (Buitenzorg).
Rumah di Menteng menghadap kanal barat (1934) |
Dalam perkembangannya,
jalur lintasan kereta api di Gondangdia/Tjikini digeser ke sisi kanal barat.
Dengan demikian, kereta api dari Meester Cornelis (Djatinegara) ke Tanah Abang
juga bergeser dari lintasan Salemba/Paseban ke (hilir) stasion Manggarai..
Stasion/halte Tjikini juga tamat.
Kawasan perumahan Menteng (Peta 1920) |
Kita kembali ke
pertanyaan awal. Dimana posisi gps landhuis Menteng? Setelah memperhatikan
semua aspek yang terkait dengan pengembangan Land Menteng menjadi Perumahan
Menteng, letak landhuis Menteng tersebut diduga kuat berada di huk jalan kanal
barat dan jalan Mampangweg. Pada masa ini landhuis Menteng tersebut berada di
huk jalan Latuharhari dengan jalan Cik Ditiro. Sebuah foto bangunan dibuat pada
tahun 1934 mengindikasikan bahwa landhuis tersebut masih ada. Keterangan
didukung dengan Peta 1934.
Sebuah bangunan yang diduga Landhuis di Menteng (1934) |
Perumahan Menteng Pasca Pengakuan Kedaulatan
Indonesia, 1950
Foto udara kawasan perumahan Menteng, 1943 |
Setelah berakhirnya perang, pasca pengakuan kedaulatan RI (1949),
nama-nama jalan di era kolonial Belanda diubah Pemerintah RI via Wali Kota
Djakarta. Perubahan nama ini dilakukan secara bertahap dimulai tahun 1950.
Sebelumnya nama Batavia telah diubah menjadi Djakarta.
Dalam fase
transisi perubahan nama masih tampak keraguan, seperti nama Oranje Boulevard
menjadi Djalan Raja Oranje (lihat Provinciale Drentsche en Asser courant,
08-04-1950). Namun dalam perkembangannya, Oranje Boulevard diubah sepenuhnya
menjadi Djalan Diponegoro (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad
voor Nederlandsch-Indie, 10-10-1950). Bersamaan dengan perubahan nama menjadi
Djalan Diponegoro ini juga berubah nama jalan dan nama taman. Nassau Boulevard
menjadi Djalan Imam Bondjol, Burgemeester Bisschopplein menjadi Taman Surapati
dan Van Heutzboulevard menjadi Djalan Teuku Umar. Total ada perubahan nama
jalan sebanyak 30 buah.
Beberapa bulan kemudian diumumkan perubahan nama-nama jalan yang baru
sebanyak 30 buah lagi (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad
voor Nederlandsch-Indie, 11-10-1950). Dengan demikian nama jalan yang telah
diubah menjadi 60 buah. Nama-nama jalan yang baru diubah tersebut termasuk
diantaranya Nieuwe weg van Gambir Selatan (Kebonsirih) menjadi Djalan Thamrin. Nieuwe
weg van Gambir Selatan baru dibangun pada tahun 1949.
Ketika
Belanda/NICA berkuasa kembali, pada tahun 1948 muncul gagasan untuk membangun
kota satelit Kebajoran. Untuk menghubungkan rencana kota satelit dengan Batavia
(Kingsplein) direncanakan pembangunan jalan akses dengan membangun jalan baru
dari Koningsplein melewati belakang perumahan Menteng dan membangun jembatan di
atas kanal barat/rel kereta api. Pembangunan jalan dan jembatan dimulai pada
bulan Mei 1949 dan selesau pada bulan Oktober 1949. Jalan inilah yang disebut
Nieuwe weg van Gambir.
Beberapa hari kemudian diumumkan kembali perubahan nama jalan sebanyak 30
buah (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor
Nederlandsch-Indie, 16-10-1950). Jumlah nama jalan/taman yang berubah telah
mencapai sebanyak 90 buah. Setelah itu kemudian perubahan nama tambahan
diumumkan yakni Sunset Boulevard diubah namanya menjadi Djalan Djawa (Nieuwe
courant, 17-11-1951).
Semua
nama-nama jalan yang diubah tersebut berada di sekitar Istana dan Menteng. Pada
bulan April 1952 diumumkan terjadi perubahan nama-nama jalan dan nama taman
(lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie,
03-04-1952). Total ada sebanyak 41 buah. Secara keseluruhan pada fase pertama
ini, hingga bulan April 1952 sudah ada sebanyak 131 nama jalan/taman yang
diganti. Meski demikian, beberapa nama jalan susulan diumumkan.
Satu nama jalan baru yang diumumkan pada bulan Desember 1953 adalah
Djalan Teuku Tjiditiro (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad
voor Nederlandsch-Indie, 24-12-1953). Dalam hal ini nama jalan Djalan Mampang
(dulu Mampangweg) diganti namanya menjadi Djalan Teuku Tjiditiro. Disebutkan
bahwa Teuku Tjiditiro adalah pemimpin perlawanan di Aceh. Dalam arti tertentu,
dia lebih penting daripada Teuku Umar—yang kami ketahui dari buku sejarah—
karena Teuku Umar mengikuti perintahnya dan bergabung dalam perang melawan
tentara Belanda sesuai dengan strategi Teuku Tjiditiro. Jadi dia adalah jiwa
dari perlawanan di Atjeh.
Kawasan Menteng (Peta 1985) |
Seperti telah disebut di atas, nama jalan Mampang (Mampangweg) paling
tidak sudah dilaporkan adanya pada tahun 1913 (lihat Het nieuws van den dag
voor Nederlandsch-Indie, 20-05-1913). Jalan ini dibangun tahun 1913 yang merupakan
terusan jalan Gondangdia (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 05-08-1913).
Jalan ini merupakan jalan paling besar dari Koningsplein menuju selatan kota
(tentu saja belum ada jalan MH Thamrin yang sekarang). Disebut jalan Mampang karena
arahnya menuju selatan di Land Mampang. Pembangunan jalan Mampang ini bersamaan
dengan pembangunan Orangeboelevard (kini jalan Diponegoro). Pembangunan dua
jalan ini dalam rangka eksploitasi pembangunan pemukiman yang baru.
Kawasan Menteng jaman Now (googlemap) |
Demikianlah sejarah
panjang landhuis di Land Menteng secara singkat, land subur yang telah
bertransformasi menjadi Perumahan Elite di Menteng.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar