Kamis, 18 Oktober 2012

Distribusi Etnik di Kota Depok: Betawi Or Sunda?


Sekurang-kurangnya terdapat sebanyak 260 etnik yang bertempat tinggal di Kota Depok. Lima etnik yang terbilang signifikan (persentasenya di atas dua persen) adalah Betawi, Jawa, Sunda, Batak dan Minangkabau. Hasil Sensus Penduduk 2010 menunjukkan bahwa persentase etnik terbanyak adalah Betawi sebanyak 36.70 persen, kemudian disusul etnik Jawa dengan persentase sebanyak 33.07 persen.  Sementara etnik Sunda di posisi ketiga persentase sebanyak 16.50 persen. Sedangkan dua etnik lainnya yang persentasenya di atas dua persen adalah etnik Batak (2.91 persen) dan etnik Minangkabau (2.66 persen). Pertanyaannya, etnik mana yang menjadi penduduk ‘asli’? Betawi or Sunda? 

Minggu, 14 Oktober 2012

Bahasa Sehari-hari di Kota Depok: Promosi Bahasa Indonesia, Degradasi Bahasa Sunda


Kota Depok adalah bagian dari Provinsi Jawa Barat. Pada umumnya masyarakat Jawa Barat menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa sehari-hari di rumah. Akan tetapi tidak demikian di sejumlah kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Jawa Barat. Di Kota Depok sendiri ada sebanyak 82.63 persen warganya yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari di rumah. Ini sangat kontras dengan yang menggunakan bahasa Sunda yang hanya tersisa sebanyak 2.80 persen saja. Anehnya,  penggunaan bahasa Betawi dan bahasa Jawa justru lebih menonjol di Kota Depok jika dibandingkan dengan bahasa Sunda sendiri. Ini mengindikasikan bahwa bahasa sehari-hari di Kota Depok semakin Indonesia dan sebaliknya bahasa Sunda semakin terdegradasi. Lantas bagaimana di kabupaten/kota lainnya di Indonesia, khususnya di Provinsi Jawa Barat?

Sabtu, 13 Oktober 2012

Perumahan di Kota Depok: Where Do You Live?


Jumlah rumah tangga di Kota Depok berdasarkan Sensus Penduduk 2010 adalah sebanyak 440.475 unit rumah tangga. Dari jumlah tersebut terdapat sebanyak 64.62 persen rumah yang ditempati berstatus milik sendiri. Sebanyak 96.25 persen dari mereka yang memiliki rumah sendiri dapat menunjukkan ada bukti kepemilikan tanah dari rumah tersebut. Jenis bukti kepemilikan tanah sebagian besar adalah sertifikat hak milik (SHM). Namun demikian, kepemilikan SHM tampaknya tidak distribusi merata di sebelas kecamatan. Kepemilikan SHM yang terbilang sedikit terdapat di Kecamatan Limo, Kecamatan Sawangan, Kecamatan Bojongsari dan Kecamatan Cipayung. Sementara kepemilikan SHM yang terbilang tinggi terdapat di Kecamatan Beji, Kecamatan Sukmajaya dan Kecamatan Pancoranmas.

Penduduk Kota Depok: Where Are You From?


Penduduk Kota Depok pada tahun 2010 berjumlah sebanyak  1.736.565 jiwa. Dalam kurun waktu 10 tahun (2000-2010), penduduk Kota Depok naik sebesar 66,84 persen. Hasil Sensus Penduduk 2000 jumlah penduduk Kota Depok sebesar 1.160.791 jiwa. Hasil Sensus Penduduk 2010 menunjukkan bahwa 49,91 persen lahir di Provinsi Jawa Barat, 23,68 persen di DKI Jakarta, 12,09 persen di Jawa Tengah, 3,70 di Jawa Timur dan 2,16 di Sumatera Utara. Total lima provinsi ini adalah 91.53 persen.  Sementara 8,47 persen lagi lahir di provinsi lainnya. Penduduk yang lahir di Jawa Barat, sebagian besar lahir di Kota Depok (72.50 persen) dan sebanyak 9.77 persen lahir di Kabupaten Bogor serta 3.70 lahir di Kota Bogor. Sementara penduduk yang lahir di Provinsi DKI Jakarta, persentase tertinggi lahir di Jakarta Seatan (45.47 persen) disusul Jakarta Timur (22.63 persen) dan Jakarta Pusat (21.26 persen). Catatan: Dari 1,7 juta penduduk Kota Depok tahun 2010, sebanyak 5.21 persen  bertempat tinggal di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2005.

Selasa, 18 September 2012

Universitas Indonesia: Sebuah Otonomi Perguruan Tinggi yang Berlokasi di Daerah Otonomi Kota Depok yang Mengikuti Kebijakan Provinsi DKI Jakarta

Kampus UI dari sisi Kota Depok
Menurut pemahaman umum, Universitas Indonesia berada di Kota Depok. Namun tidak sepenuhnya benar. Kenyataannya alamat Universitas Indonesia di dalam kop surat resmi dicantumkan dua alamat: (1) Kampus Salemba, Jalan Salemba Raya No. 4 Jakarta 10430 (2) Kampus Depok, Depok 16424. Adanya dua alamat ini karena  Universitas Indonesia yang sebelumnya berlokasi di Jakarta, tahun 1987 memilih pindah ke Depok. Akan tetapi hingga sekarang belum semua fakultas pindah karena masih ada dua fakultas lagi yang masih di Jakarta yakni Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi. Pertanyaannya, apakah karena dua fakultas yang tersisa di Jakarta itu yang menyebabkan Universitas Indonesia memiliki dua alamat? Namun yang membingungkan, bukankah gedung rektorat (kantor rektor UI) sudah sejak lama berada di Kota Depok? Lantas mengapa UI tetap merujuk ke Jakarta?

Minggu, 09 September 2012

Kampung Orang Asli di Metropolitan Depok: Cikal Bakal Pemukiman Urban di Kota Depok

Peta Depok Sekitar, 1850
Pada masa ini Kota Depok terdiri dari 63 kelurahan yang tersebar di 11 kecamatan. Lima tahun yang lalu, di Kota Depok masih ada yang berstatus desa Dalam terminilogi sekarang, desa/kelurahan adalah suatu wilayah administratif pemerintahan  yang mana kelurahan berciri urban (perkotaan) dan desa berciri rural (perdesaan). Desa-desa yang kini telah menjadi kelurahan-kelurahan di Kota Depok pada masa lalu terdiri dari kampung-kampung. Dengan kata lain satu atau beberapa kampung dibentuk menjadi desa. Namun seiring dengan terbentuknya desa-desa dan berubah menjadi kelurahan, nama-nama kampung lambat laun mulai kurang populer dan menghilang. Dengan semakin banyaknya warga pendatang, maka yang muncul ke permukaan adalah nama perumahan, nama kawasan atau pusat-pusat bisnis, serta nama-nama lainnya. Kini warga Depok lebih mengenal Margocity daripada Kampung Gedong; Perumnas Depok I atau II daripada Kampung Sugutamu; Depok Baru daripada Kampung Lio dan sebagainya. Berikut adalah nama-nama kampung orang asli di Depok.