*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bogor dalam blog ini
Klik Disin
Pembukaan jalur kereta api Batavia dan Buitenzorg sangat
berdampak luas: menghubungkan istana di Bogor dan istana di Batavia; memudahkan
transportasi penduduk maupun wisatawan yang ke Buitenzorg. Manfaat lainnya
adalah menjadi angkutan utama barang dan komoditi dari hulu sungai Ciliwung.
Jalur kereta api Batavia-Buitenzorg mulai dioperasikan tahun 1873. Jalur ini
dikelola oleh swasta (NIS).
|
Stasion Buitenzorg, 1880 |
Pembukaan jalur
Batavia-Bogor telah mengoptimalkan perkebunan-perkebunan di Buitenzorg dan
wilayah pertanian penduduk. Sebagaimana diketahui sudah sejak lama antara
Batavia dan Buitenzorg terjadi komersiaisasi lahan (land) dan terbentuknya
perkebunan-perkebunan (onderneming). Jalur antara Batavia dan Buitenzorg yang
dibuka tahun 1873 merupakan kelanjutan jalur kereta api barang dari Jakarta
kota yang sekarang dari dan ke pelabuhan baru di Tandjong Priok. Stasion
Buitenzorg, 1880.
Jalur Kereta Api: Batavia-Bekasi-Buitenzorg
Di ’sGravenhage (kini Den Haag) telah ada rencana konsesi
pada tahun 1864 untuk mengeksploitasi jalur kereta api di (pulau) Jawa. Yang
mendapat hak konsesi ini adalah JE Banck Cs. Rencana ini sudah dituangkan dalam
proposal dan sudah dipetakan. Dalam peta tersebut, jalur kereta api yang akan
dibangun untuk ruas Batawia-Buitenzorg melalui Bekasi, Tjibidong (Cibitung),
Tjilengsi dan Tjitrap (Citeureup).
|
Peta Proyeksi Rel Kereta Api di (pulau) Jawa, 1864 |
Konsesi eksploitasi
kereta api di Jawa ternyata menarik perhatian pengusaha lainnya. Adalah
Stieltjies Cs yang coba memasukkan proposal untuk membuka jalur lain. Pada ruas
Batawia-Buitenzorg, Stieltjies Cs akan membuka jalur Batavia-Buitenzorg melalui
Tjilengsi (tidak melalui Bekasi seperti Banck Cs).
Perubahan peta proyeksi pembangunan kereta api di (pulau)
Jawa segera berubah tahun berikutnya (1865). Untuk ruas Batavia-Buitenzorg akan
dioperasikan oleh dua operator: Banck Cs dan Stieltjies Cs. Masuknya investor
baru, Banck Cs tetap merencanakan jalur semula (tanpa perubahan). Stieltjies Cs
akan membuat jalur baru antara Batavia-Buitenzorg tidak melalui Bekasi tetapi dari
Batavia langsung ke Tjilengsi.
|
Peta Proyeksi Rel Kereta Api di (pulau) Jawa, 1865 |
Realisasi jalur kereta
api pertama di Hindia Belanda (dalam hal ini masih terbatas di pulau Jawa) terjadi
tahun 1867 yang menghubungkan jalur Semarang dengan luar kota (26 Km). Jalur
ini dibuka untuk umum pada tanggal 10 Augustus 1867. Pada tahun 1870 dibuka
jalur Semarang-Surakarta.
Namun dalam perkembangannya pembangunan jalur kereta api
ruas Batavia-Buitenzorg tidak segera dimulai. Sementara jalur kereta api di
wilayah Semarang berlangsung sesuai rencana dan sudah mulai beroperasi pada tahun
1867. Apa yang menyebabkan kelambatan untuk pengoperasian kereta api jalur
Batavia-Buitenzorg diduga karena alasan-alasan teknis (berdasarkan studi
kelayakan lebih lanjut).
Tampaknya jalur kereta
api ruas Batavia-Buitenzorg tidak efisien melalui Bekasi dan juga tidak efisien
melalui sisi timur sungai Tjiliwong. Pembangunan yang efisien adalah melalui
sisi barat sungai Tjiliwong (sebagaimana yang kita lihat sekarang): Batavia-
Depok-Buitenzorg.
|
Bataviaasch handelsblad, 29-01-1873 |
Akhirnya realisasi pembangunan kereta api ruas
Batavia-Buitenzorg direalisasikan pada tahun 1869. Pembangunan jalur kereta api
Batavia-Buitenzorg ini ditandai dengan pencangkulan pertama yang dilakukan oleh
Gubernur Jenderal pada tanggal 25 October 1869. Pembangunan jalur kereta api
ruas Batavia-Buitenzorg via Depok selesai dan awal operasi dimulai tanggal 31
Januari 1873 (lihat Bataviaasch handelsblad, 29-01-1873).
Jadwal Kereta Api Batavia (Jakarta Kota)-Buitenzorg
(Bogor)
|
Jadwal Buitenzorg-Batavia (Bataviaasch handelsblad, 29-01-1873) |
Jalur
kereta api Batavia-Buitenzorg melayani penumpang diantara dua kota ini yang
mana kereta api berhenti pada setiap halte yang telah ditentukan. Jalur kereta
api Batavia-Buitenzorg ini terdiri dari satsion utama (hoofdstatsion), stasion
(stasion kecil), halte (halte besar) dan overweg (halte kecil). Stasion utama
berada di Batavia lama (Stadhuis/NIS) dan Buitenzorg. Stasion antara berada di
Meester Cornelis (stasion Jatinegara yang sekarang). Untuk halte dan overweg
terdapat di: Cileboet, Bodjong Gede, Tjitajam, Depok, Pondok Tjina, Lenteng
Agoeng, Pasar Minggoe. Halte lainnya terdapat di Pegangsaan (kini Cikini),
Koningsplein (kini Gambir), Noordwijck (kini Juanda) dan Sawah Besar. Satu lagi
halte yang terpisah adalah halte Kleine Boom (Pasar Ikan?).
|
Jadwal Batavia-Buitenzorg (Bataviaasch handelsblad, 29-01-1873) |
Pada
hari pertama operasi kereta api Batavia-Buitenzorg sudah diterapkan
langsung penjadwalan tetap. Penjadwalan tetap ini meliputi ketentuan
pemberhentian di setiap stasion/halte menurut waktu keberangkatan dan
kedatangan. Ketentuan ini secara umum adalah jadwal Batavia-Buitenzorg dan
jadwal Buitenzorg-Batavia. Hanya ada dua jadwal keberangkatan dari Buitenzorg
ke Batavia (Trein VII pukul 07.01 dan Trein XVII pukul 14.28). Sebaliknya hanya
ada dua jadwal keberangkatan dari Batavia ke Buitenzorg (Trein II pukul 07,12
dari Kleine Boom dan Tein XIV pukul 15.09 dari Batavia ). Untuk jadwal kereta
antara Batavia-Meester Cornelis lihat Tabel-1 dan Tabel-2.
Interchange Tjikini dan Stasion Tanah Abang
|
Jalur interchage di Cikini (Peta 1903) |
Pada
Peta tahun 1903 terlihat sudah ada jalur kereta yang menghubungkan antara jalur
Batavia-Jawa dan Batavia-Buitenzorg di Tjikini. Jalur penghubung (interchange)
ini belum ada pada Peta 1897. Pembangunan jalur ini dihubungkan dengan
perluasan kereta api ke Banten dengan stasion penghubung di Tanah Abang. Dengan
adanya jalur interchange di Cikini ini di satu pihak kereta dari Jawa bisa ke
Tanah Abang dan kereta dari Buitenzorg bisa ke Jawa. Peta 1903
|
Jaringan kereta/trem di Batavia (Peta 1908) |
Stasion
interchange Tjikini (Gang Kenari) juga memungkinkan kereta dapat melakukan
pemberangkatan dari Stasion Batavia (BOS) ke Tanah Abang lalu ke Banten. Hal
ini juga memungkinkan kereta dari Jawa langsung ke Tanah Abang, kemudian Doeri
dan kembali ke stasion Batavia (BOS) terus ke Kampung Bandan dan Tanjong Priok.
Atau sebaliknya, dari Tandjong Priok e Jawa melalui Kampung Bandan, Batavia
(BOS), Doeri, Tanah Abang lalu interchange Tjikini dan seterusnya ke Jawa.
Jalur ini juga dapat dianggap jalur lain menuju ke barat (Baten): jalur
Stadhuis (BOS) ke Doerie lalu Pesing ke Tangerang; dan jalur Stadhuis (BOS) ke
Doerie lalu Tanah Abang kemudian ke Tjiledug lalu ke Rangkas Bitoeng (Banten).
Peta 1908
|
Jalur interchage yang baru di Manggarai (Peta 1925) |
Dalam perkembangannya, stasion interchange
Tjikini telah digantikan stasion
interchange yang baru di Manggarai. Pembangunan ini termasuk pertimbangan untuk
menghilangkan rel dari Menteng. Rel yang baru ke Tanah Abang melalui selatan
Menteng. Dalam pembangunan rel baru ke Tanah Abang ini juga termasuk pembuatan
kanal baru (Kanal Barat) yang dihubungan dengan kanal yang sudah ada sejak
doeloe di Tanah Abang (kanal sodetan dari Kali Kroekoet). Pembangunan stasion
Manggarai (eks stasion Boekit Doeri) juga telah menghilangkan stasion Meester
Cornelis (yang fungsinya sebagai dipo Bukit Duri seperti yang ada sekarang).
Pembangunan stasion Manggarai dilakukan tahun 1914 dan selesai tahun 1918.
Sejauh ini kereta komuter hanya jalur Batavia-Buitenzorg (NIS) dan belum ada
jalur komuter dari dan ke Bekasi. Peta 1925.
Setelah
selesai pembangunan stasion Manggarai, interchange antara stasion Jatinegara
dan stasion Manggarai dan rel kereta api ke Tanah Abang via selatan Perumahan
Menteng, maka interchange Cikini tidak difungsikan lagi. Lambat laun jejak rel
kereta api di Gang Kenari hilang selamanya. Namun demikian, jembatan rel kereta
api di atas sungai Ciliwung masih kelihatan situsnya hingga ini hari. Jembatan
itu masih tampak kokoh.
|
Eks jembatan kereta di atas sungai Ciliwung di Cikini (ft internet) |
Saya sudah lama bertanya-tanya di dalam hati, mengapa ada
begitu kokoh jembatan ini jika hanya sekadar untuk jembatan penyeberangan
orang. Saya memang tidak berkeingiuan menanyakan kepada penduduk sekitar.
Jembatan ini kerap saya lewati jika berjalan kaki dari belakang kampus UI
Salemba ke stasion Cikini. Jembatan besi ini (sekarang di atas rel sudah dicor
beton) ukuran lebarnya cukup untuk gerbong kereta api. Saat ini jalan menuju
jembatan ini dari Pasar Kenari dan dari Pasar Cikini hanya gang kecil yang
hanya bisa dilalui motor (bajaj pun tidak cukup). Saat menulis artikel inilah
saya baru bisa saya jawab sendiri. Eureka!
*Dikompilasi oleh Akhir
Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang
digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan
peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena
saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer.
Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah
disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan
atau sumber ang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di
artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar