Kamis, 11 Maret 2021

Sejarah Papua (16): Carstenz Top, Gunung Salju di Pedalaman Papua; Peneliti-Peneliti Flora dan Fauna Tempo Doeloe di Indonesia

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Papua dalam blog ini Klik Disini 

Di internasional nama Carstensz Top begitu top, di tingkat nasional Carstensz Top di pedalaman Papua yang lebih dikenal Puncak Jaya (Piramida Carstensz) di Pegunungan Jayawijaya terkenal karena gunung tertinggi di Indonesia. Uniknya di pegunungan di tropis ini terdapat lapisan es yang bersifat abadi (Carstensz Glacier). Pegunungan pedalaman Papua ini menjadi hulu banyak sungai termasuk dua sungai besar Sungai Membramo dan Sungai Digul.

Banyak nama individu yang terkait dengan pegunungan Jayawaijaya dengan puncak tertinggi 4.884 meter ini seperti Jan Carstensz, Albertus Hendrikus Lorentz, Sumantri dan lainnya. Orang Belanda Jan Carstenszoon pertama kali melihat gletser (padang salju) di puncak gunung pada tahun 1623. Carstensz Top berhasil didaki pada awal tahun 1909 oleh seorang pendaki Belanda. Pada tahun 1919 kawasan unik di pedalaman Papua ini dijadikan sebagai Taman Nasional.

Lantas bagaimana sejarah Puncak Carstenz di pegunungan Jayawijaya? Lalu apa pentingnya sejarah Puncak Carstenz? Itu hanyalah sekadar puncak gunung, tetapi yang lebih penting adalah untuk memahami puncak-puncak sejarah di pedalaman Papua. Dalam hal ini peran peneliti-peneliti tempo doeloe penting karena menjadi kunci membuka ruang pertumbuhan dan pengembangan di pedalaman Papua. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Papua (15): Sejarah Mamberamo. Sungai Membramo di Pantai Utara; Riwayat Sungai Digul di Pantai Barat Pulau Papua

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Papua dalam blog ini Klik Disini

Mungkin banyak yang bertanya apalah arti sejarah sungai dan sejarah nama sungai. Okelah, mungkin sungai tidak memberi makna penting pada masa kini, karena sungai sama saja dengan laut dan danau tentang soal air. Namun sesungguhnya sejarah sungai dapat dikatakan awal dari sejarah di suatu tempat. Mengapa? Seperti halnya di lautan (tanjung, teluk atau selat) adalah penanda navigasi pelayaran di awal sejarah. Dalam hal ini, sungai Membramo di pantai utara pulau Papua adalah jalur navigasi pelayaran dari lautan (pantai) ke pedalaman (pegunungan). Di dua sisi inilah kehidupan sejarah dicatat dan boleh jadi peradaban (yang baru) dimulai.

Sungai Mamberamo adalah suatu sungai yang keberadaannya belum lama dicatat dalam sejarah navigasi pelayaran dan sejarah geografi. Panjang sungai Mamberamo 670 Km. Sungai Mamberamo berhulu di Pegunungan Jayawijaya dan bermuara ke Samudera Pasifik. Sungai Mamberamo jelas sungai yang panjang, yang itu berarti air mengalir dari pegunungan di pedalaman (kabupaten Sarmi) melalui berbagai wilayah geografi sebelum menemukan jalan ke muara di pantai (laut). Sungai Membramo pada masa ini melewati sembilan kabupaten dan bermuara di pantai utara pulau Papua di kabupaten Membramo.

Lantas bagaimana sejarah sungai Membramo? Sudah barang tentu sudah ada yang menulisnya. Namun sejarah tetaplah sejarah. Sejauh data baru ditemukan, penulisan narasi sejarah sungai Membramo tidak pernah berhenti. Yang jelas muara sungai Membramo masa ini berbeda dengan masa lampau. Mengapa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 10 Maret 2021

Sejarah Papua (14): Sejarah Salawati, Pulau di Raja Ampat, Papua; Pahlawan-Pahlawan Pemberani yang Terlupakan Tempo Doeloe

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Papua dalam blog ini Klik Disini 

Sejatinya pahlawan terdapat dimana-mana di seluruh Indonesia dan juga telah eksis sejak jaman lampau (pada era VOC-Belanda). Pahlawan-pahlawan tempo doeloe kurang terinformasikan. Oleh karena itu banyak pahlawan kurang dikenal dan kurang mendapat perhatian. Para pahlawan itu kemudian terlupakan begitu saja. Tapi sejarah tetaplah sejarah. Pahlawan masa lampau adalah representasi penduduk masa kini dimana para pahlawan itu lahir, dewasa dan berperang melawan asing. DalLantas apakah ada pahlawan dari (pulau) Salawati?

Salawati adalah salah satu dari empat pulau utama di Kepulauan Raja Ampat (kabupaten Raja Ampat) di Provinsi Papua Barat. Pulau-pulau utama lain dari kepulauan Raja Ampat adalah Misool, Batanta, dan Waigeo. Pulau Salawati kini terbagi ke dalam empat district. Distrik Salawati, Barat, Salawari Utara dan Salawati Tengah masuk wilayah Kabupaten Raja Ampat, sedangkan District Salawati Selatan masuk wilayah Kabupaten Sorong. Kampong besar (kota) di pulau Salawati tempo doeloe berada di Sailolof (distrik Salawati Selatan).

Lantas bagaimana sejarah Salawati? Seperti disebut di atas, mengapa pulau Salawati tidak untuk masuk kabupaten Raja Ampat? Lalu mengapa kota Salolof secara admnistratif masuk wilayah daratan? Tentu saja persoalan serupa ini tidak hanya di pulau Salawati. Hanya saja yang membedakan bahwa di masa lampau begitu kuat perlawanan penduduk melawan VOC Belanda? Bagaimana sejarahnya? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Papua (13): Namatota Lakahia dan Penyebaran Islam di Papua; Menurut Ahli Sejarah Lama, Semuanya Ada Permulaan

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Papua dalam blog ini Klik Disini 

Menurut ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Sejarah tidak berlangsung seketika dan dan sejarah tidak terbentuk sekaligis. Perjalanan sejarah awal berlangsung sangat pelan, meski demikian fakta dan datanya terakumulasi sedemikian rupa sebagaima dapat dibaca pada masa kini. Seperti di tempat lain, idem dito di wilayah Papua. Distribusi penduduk di berbagai pulau diperkaya dengan penyebaran penduduk. Dalam konteks inilah terjadi penyebaran budaya dan juga penyebaran agama, termasuk di wilayah Papua.

Sejarah penyebaran manusia sudah berlangsung sejak ribuan tahun yang lampau. Sudah banyak teori dan bukti yang menjelaskan ini. Yang jelas bahwa fakta yang dapat dibaca dan diperhatikan masa kini, bahwa garis penyebaran manusia awalnya mebentuk tiga garis (path) distribusi manusia berdasarkan ras (warna kulit): warna putih di utara di Eropa, warna hitam di selatan di Afrika dan warna kuning timur di Asia. Ras manusia ini beriteraksi sehingga melahirkan ras baru. Menurut ahli Belanda tempo doeloe ada garis continuum di zaman kuno dari barat (Sumatra) hingga timur (Papua) yang kemudian diperkaya dari India dan Tiongkok yang juga membawa kebudayaan baru (era Hindoe Boedha). Kebudayaan lama ini diperkaya lagi yang disusul kebudayaan selanjutnya dari Afrika Utara-Arab (Islam) yang disusul kemudian kebudayaan Eropa (Kristen).

Lantas bagaimana sejarah Namatota dan Lakahia di Papua? Seperti disebutkan di atas bawah di masa lampau telah terjadi penyebaran penduduk dan penyebaran budaya yang berasal dari arah barat ke timur. Lalu apa pentingnya dua nama pulau ini? Dua pulau ini terbilang pengaruh terjauh pada masa awal dari kepulauan Maluku. Dalam konteks inilah terjadi penyebaran budaya pertama di pantai barat Papua (Islam)--yang kemudian disusul Kristen di pantai utara Papua (yang akan dibuat artikel tersendiri). Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 09 Maret 2021

Sejarah Papua (12): Teluk Cenderawasih Tempo Dulu Disebut Geelvink Baay; Taman Nasional, Pulau Japen, Biak, Numfor, Moor

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Papua dalam blog ini Klik Disini

Teluk Cendrawasih tempo doeloe disebut Geelvink Baay. Teluk besar ini dikawal oleh beberap pulau besar Pulau Biak (Misore atau Schouten), Pulau Japen  (Langland atau Jobie) dan Pulau Numfor (Bultig). Salah satu pulau kecil di teluk bagian dalam bernama Pulau Moor (masuk kabupaten Nabire). Pada masa kini di kawasan teluk ini dijadikan sebagai taman laut terbesar yang diberi nama Taman Nasional Cenderawasih.

Teluk Cenderawasih adalah sebuah teluk yang terletak di sebelah timur provinsi Papua Barat yang menjadi batas antara provinsi Papua dengan provinsi Papua Barat. Teluk ini terdiri dari daratan dan pesisir pantai, daratan pulau-pulau, terumbu karang dan perairan lautan. Taman Nasional Cenderawasih meliputi pulau Mioswaar, Nusrowi, Roon, Rumberpon dan Yoop. Di dalam teluk terdapat lima kabupaten (yang disebut wilayah Saereri) yakni kabupaten Biak, kabupaten Numfor, kabupaten Supiori, kabupaten Yapen. Sedangkan kabupaten lainnya yang bersinggungan dengan teluk adalah kabupaten Manokwari, kabupaten Teluk Wondama, kabupaten Nabire, kabupaten Waropen dan kabupaten Membramo Raya

Lantas bagaimana sejarah awal Teluk Cenderawasih? Seperti disebut di atas, teluk ini sungguh besar sehingga pada masa ini terbentuk banyak kabupaten. Kota Manokwari yang menjadi ibu kota Provinsi Papua Barat juga menjadi bagian dari kawasan teluk ini. Teluk besar ini ditemukan orang-orang Belanda (Hollander) pada tahun 1701. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Papua (11): Sejarah Teluk Wondama Tetangga Teluk Bintuni; Kini Kabupaten Teluk Wondama, Ibu Kota di Kota Rasiey

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Papua dalam blog ini Klik Disini 

Ada beberapa nama wilayah (kabupaten) di Indonesia menggunakan nama teluk, nama kepulauan dan nama tanjung. Nama-nama yang lazim muncul dalam sejarah navigasi pelayaran tempo doeloe. Di Papua terdapat dua kabupaten yang menggunakan nama teluk yakni Kabupaten Teluk Bintuni dan Kabupatan Teluk Wondama. Kebetulan dua kabupaten nama teluk berdekatan (saling membelakangi). Teluk Bintuni menghadap ke barat, teluk Wondama ke utara. Lantas apa keutamaan sejarah Teluk Wondama?

Pada masa ini nama Teluk Wondama dijadikan menjadi nama kabupaten di provinsi Papua Barat. Kabupaten Teluk Wondama sendiri merupakan pemekaran kabupaten Manokwari tahun 2003. Nama-nama kecamatan di kabupaten Teluk Wandoma adalah Naikere, Wondiboy, Rasiey, Kuri Wamesa, Wasior, Teluk Duairi, Roon, Windesi, Nikiwar, Wamesa, Roswar, Rumberpon dan Soug Jaya. Sebagai kabupaten baru, Kabupaten Teluk Wondama ditetapkan ibu kota di Rasiey. Sebelumnya Rasiey adalah sebuah distrik di Kabupaten Manokwari.

Lantas bagaimana sejarah asal-usul Teluk Wondama? Yang jelas teluk Wondama adalah teluk kecil, bagian dari teluk besar, Teluk Cendrawasih (dulu disebut Geelvink Baay). Lalu apakah ada hubungan teluk Bintuni dengan teluk Wondama dari perspektif sejarah (perdagangan, penduduk dan politik)? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.