Minggu, 08 Agustus 2021

Sejarah Makassar (19): Morowali dan Danau Towuti di Sulawesi; Loeboe Batoe (Kajoe Aroe) di Boengkoe Tempo Doeloe

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Makassar dalam blog ini Klik Disini 

Mengapa Morowali merujuk ke Poso dan Makassar merujuk ke Luwu? Sebagaimana diketahui pada masa kini kabupaten Morowali berada di provinsi Sulawesi Tengah dan kabupaten Luwu (Timur) berada di provinsi Sulawesi Selatan. Dua wilayah ini berada di sisi danau Towuti. Kabupaten Luwu (Timur) di sisi barat danau dan kabupaten Morowali di sisi timur. Dalam sejarahnya pulau Sulawesi bagian tengah terdiri dari empat wilayah sesuai arah mata angin: barat (Toraja), utara (Poso), selatan (Luwu) dan timur (Morowali).

Kabupaten Morowali adalah sebuah kabupaten baru yang dimerkarkan dari kabupaten Poso di provinsi Sulawesi Tengah. Sebelumnya juga kabupaten Poso telah dimekarkan dengan membentuk kabupaten Tojo Una-Una (dengan ibu kota di Ampana). Ibu kota kabupaten Morowali sendiri di Kota Bungku. Bahasa yang digunakan di kabupaten Morowali umumnya adalah bahasa Mori Bungku. Kabupaten Morowali sendiri telah dimekarkan dengan membentuk kabupaten Morowali Utara (ibu kota di Kolonodale). Sementara itu kabupaten Luwu Timur merupakan pemekaran dari kabupaten Luwu. Kabupaten Luwu juga telah dimekarkan dengan membentuk kabupaten Luwu Utara dan Kota Palopo.

Lantas bagaimana sejarah Morowali? Seperti disebutkan di atas kabupaten Morowali (Utara) dimekarkan dari kabupaten Poso. Lalu bagaimana hubungan Morowali dengan Poso, Luwuk dan Toraja di masa lampau? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 07 Agustus 2021

Sejarah Makassar (18): Pulau Muna Pulau Buton, Orang Muna Orang Buton; Sejarah Toraja, Tomuna, Minahasa dan Manggarai

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Makassar dalam blog ini Klik Disini 

Berdasarkan bukti arkeologis, pulau Muna termasuk wilayah yang terbilang awal dihuni oleh manusia. Mereka inilah yang beriteraksi dengan penduduk pendatang yang kemudian menjadi awal terbentuknya penduduk Muna di pulau Muna yang menjadi cikal bakal penduduk Muna yang sekarang. Sejarah terbentuknya penduduk Muna tersebut diduga sejaman dengan Toraja, Minahasa dan Manggarai.

Orang Muna ada di pulau Buton dan orang Buton ada di pulau Muna. Pulau Muna dan pulau Buton adalah dua pulau besar yang terpisah dari daratan (pulau) Sulawesi. Pada masa ini di pulau terdiri dari kabupaten Muna dengan ibu kota di Raha, kabiupaten Muna Barat (ibu kota di Sawerigadi) dan kabupaten Buton Tengah (ibu kota di Labungkari). Sementara di pulau Buton terdiri dari kabupaten Buton ibu kota di Pasar Wajo, kabupaten Buton Selatan (ibu kota di Batauga), kabupaten Buton Utara (ibu kota di Buranga), dan sebagian kabupaten Muna. Diantara dua pulau ini terdapat Kota Bau-Bau (di pulau Buton).

Lantas bagaimana sejarah pulau Muna dan pulau Buton? Pertanyaan ini akan terkait dengan orang Muna dan orang Buton. Seperti disebut di atas, pulau Muna dan pulau Buton adalah dua pulau besar yang terpisah dari daratan (pulau) Sulawesi. Lalu apa keutamaan pulau Muna dan pulau Buton di masa lampau? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 06 Agustus 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (102): Perbatasan Indonesia Pantai Selatan Jawa, Pulau Kalapa dan Pulau Natal; Mengapa Milik Australia?

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog Klik Disini 

Di pulau Jawa sesungguhnya juga terdapat perbatasan Indonesia. Dimana? Banyak yang tidak menyadari bahwa ada perbatasan antara wilayah pantai selatan Jawa dengan pulau Natal dan pulau Kalapa (yang masuk wilayah yurisdiksi Australia). Lantas mengapa itu terjadi? Nah. Itu dia! Dua pulau ini sesungguhnya sangat penting dalam sejarah navigasi pelayaran awal Belanda menuju Hindia Timur. Lalu mengapa akhirnya jatuh ke tangan Australian? Tentu saja ada riwayatnya.

Secara geografis pulau Kalapa maupun pulau Natal sungguh sangat jauh dari daratan (garis pantai) Australia, jika dibandingkan dengan garis pantai selatan (pulau) Jawa. Kasus dua pulau ini sebenarnya mirip dengan kasus pulau Miangas maupun kepulauan Natuna. Pulau Miangas pernah diklaim Spanyol dan Amerika Serikat tetapi bukti kuat memihak Indonesia (baca: Hindia Belanda). Penduduk Miangas diklaim Raja Sangihe karena penduduknya memang berbahasa Sangir Talaud. Demikian juga kepulauan Natuna yang sempat diincar Inggris, Radja Bintan mengklaim karena memang penduduknya berbahasa Melayu di Riau. Bagaimana dengan pulau Natal dan pulau Kalapa? Ini mirip dengan pulau Rondo, namun permasalahannya berbeda.

Lantas bagaimana sejarah perbatasan Indonesia di pantai selatan Jawa? Seperti disebut di atas, kepulauan Kalapa dan pulau Natal sejak awal adalah tempat persinggahan pelaut-pelaut Belanda sejak awal. Pulau ini juga menjadi tempat persinggahan nelayan-nelayan Indonesia ssejak zaman kuno. Lalu mengapa akhirnya jatuh ke tangan Australia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 05 Agustus 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (101): Perbatasan Indonesia di Aceh; Perbatasan Laut di Pulau Rondo di Arah Selatan Kepulauan Nicobar

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog Klik Disini 

Pulau Weh (Sabang) sejatinya bukanlah pulau paling barat Indonesia. Pulau paling barat di Indonesia adalah pulau Rondo (di sebelah barat laut pulau Weh). Pulau Rondo menjadi titik terluarr Indonesia di sebelah barat yang berbatasan dengan Kepulauan Nicobar. Tidak ada masalah yang serius dengan perbatasan ini. Namun sejarah pulau Rondo di perbatasan ini haruslah dipandang sejarah yang khas.

Kepulauan Andaman dan Nikobar adalah sebuah wilayah persatuan di India yang terletak di Samudra Hindia. Kepulauan ini dengan daratan Asia dipisahkan Laut Andaman dan Kepulauan ini dengan ujung utara pulau Sumatra terdapat pulau paling ujung Indonesia di (pulau Rondo), Kepulauan ini terdiri dari dua kelompok pulau utama yakni Kepulauan Andaman dan Kepulauan Nikobar. Kepulauan Andaman membentang ke utara dan kepulauan Nikobar membentang ke selatan yang menjadi semacam jembatan antara pulau Sumatra dan daratan Asia. Ibu kota teritori ini berada di Port Blair di Andaman. Penduduk asli di kepulauan Nikobar tidak berhubungan dengan penduduk di kepulauan Andaman. Secara keseluruhan penduduk teritori terjauh India ini sekitar 280 ribu jiwa.

Lantas bagaimana sejarah perbatasan di ujung utara pulau Sumatra? Seperti disebut di atas, perbatasan di ujung utara Indonesia ini titik terpentingnya di pulau Rondo. Meski jarang perbatasan ini diimformasikan, namun tetap menjadi menarik untuk diperhatikan. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 04 Agustus 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (100): Perbatasan Indonesia di Kepulauan Riau; Perbatasan Laut Pulau Singapura & Kepulauan Natuna

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog Klik Disini

Seperti halnya di kepulauan Sangihe Talaud, perbatasan laut di kepulauan Riau memiliki sejarah tersendiri. Sejak zaman kuno sudah terhubung antara pulau Riau (juga disebut pulau Bintan) dengan Semenanjung (Johor). Diantara dua tempat yang sudah dikenal lama ini terdapat pulau, yang awalnya tidak berpenghuni yakni (pulau) Singapoera. Sejak era Portugis dan era VOC (Belanda) situasi dan kondisi di kawasan berbeda jika dibandingkan dengan sejak kehadiran Inggris. Perjanjian Traktat London 1824 mengubah segenap perbataasan di kawasan.

Latar belakang sejarah perbatasan antara Indonesia (pulau Bintan) dan (federasi) Malaysia (pulau Singapura) bermula ketika Inggis kehilangan koloni di Amerika Serikat yang sekarang, yang mana Amerika Serikat memproklamirkan kemerdekaaan pada tanggal 4 Juli 1776. Inggris yang telah mengambil properti VOC (Belanda) di India mulai memperluas koloni baru. Celakanya James Cooke merekomendasi Australia yang terbilang sudah dimiliki VOC sejak Abel Tasman (1642). Sehubungan dengan itu pos perdagangan Inggris di Bengkoeloe (juga terbilang diambil dari VOC), mulai melakukan invasi ke pantai barat Sumatra dengan memindahkan skuadron militer Inggris di Madras ke Bengkoeloe pada tahun 1778. Sejak itu VOC terusir dari pantai barat Sumatra. Tidak puas dengan itu Jawa diinvasi Inggrsi tahun 1811. Raffles yang memimpin pos perdagangan Inggris di Penang diminta menjadi Letnan Gubernur Jenderal di Batavia (wakil Gubernur Jenderal Inggris di Calcutta). Situasi politik di Eropa menyebabkan Inggris mengembalikan Hindia Timur kepada Belanda tahun 1816 (minus Bengkoeloe). Mungkin tidak berat bagi Inggris melepaskan Jawa, tetapi tidak dengan pantai barat Sumatra. Lalu muncullah perjanjian London 1824 dimana salah satu poin tukar guling Malaka dengan Bengkoeloe. Dengan modal pos perdagangan di (pulau) Penang dan (pulau) Singapoera menyatukan Semenanjung. Sejak inilah penarikan batas pulau Singapoera dan pulau Bintan dilakukan. Bagaimana dengan Natuna? Itu bersamaan kasusnsya dengan permasalahan wilayah Borneo Utara (Broenai), (lihat artikel sebelumnya tentang perbatasan Kalimantan).

Lantas bagaimana sejarah perbatasan di selat Singapoera? Bagaiman dengan sejarah perbatasan di pulau Natuna? Seperti disebut di atas, permasalahan perbatasan di Kepulauan Riau bermula dengan kehadiran Inggris. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.