*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog Klik Disini
Seperti
halnya di kepulauan Sangihe Talaud, perbatasan laut di kepulauan Riau memiliki
sejarah tersendiri. Sejak zaman kuno sudah terhubung antara pulau Riau (juga disebut
pulau Bintan) dengan Semenanjung (Johor). Diantara dua tempat yang sudah
dikenal lama ini terdapat pulau, yang awalnya tidak berpenghuni yakni (pulau)
Singapoera. Sejak era Portugis dan era VOC (Belanda) situasi dan kondisi di
kawasan berbeda jika dibandingkan dengan sejak kehadiran Inggris. Perjanjian
Traktat London 1824 mengubah segenap perbataasan di kawasan.
Latar belakang sejarah perbatasan antara Indonesia
(pulau Bintan) dan (federasi) Malaysia (pulau Singapura) bermula ketika Inggis
kehilangan koloni di Amerika Serikat yang sekarang, yang mana Amerika Serikat
memproklamirkan kemerdekaaan pada tanggal 4 Juli 1776. Inggris yang telah
mengambil properti VOC (Belanda) di India mulai memperluas koloni baru.
Celakanya James Cooke merekomendasi Australia yang terbilang sudah dimiliki VOC
sejak Abel Tasman (1642). Sehubungan dengan itu pos perdagangan Inggris di
Bengkoeloe (juga terbilang diambil dari VOC), mulai melakukan invasi ke pantai
barat Sumatra dengan memindahkan skuadron militer Inggris di Madras ke
Bengkoeloe pada tahun 1778. Sejak itu VOC terusir dari pantai barat Sumatra.
Tidak puas dengan itu Jawa diinvasi Inggrsi tahun 1811. Raffles yang memimpin
pos perdagangan Inggris di Penang diminta menjadi Letnan Gubernur Jenderal di
Batavia (wakil Gubernur Jenderal Inggris di Calcutta). Situasi politik di Eropa
menyebabkan Inggris mengembalikan Hindia Timur kepada Belanda tahun 1816 (minus
Bengkoeloe). Mungkin tidak berat bagi Inggris melepaskan Jawa, tetapi tidak
dengan pantai barat Sumatra. Lalu muncullah perjanjian London 1824 dimana salah
satu poin tukar guling Malaka dengan Bengkoeloe. Dengan modal pos perdagangan
di (pulau) Penang dan (pulau) Singapoera menyatukan Semenanjung. Sejak inilah
penarikan batas pulau Singapoera dan pulau Bintan dilakukan. Bagaimana dengan
Natuna? Itu bersamaan kasusnsya dengan permasalahan wilayah Borneo Utara
(Broenai), (lihat artikel sebelumnya tentang perbatasan Kalimantan).
Lantas
bagaimana sejarah perbatasan di selat Singapoera? Bagaiman dengan sejarah
perbatasan di pulau Natuna? Seperti disebut di atas, permasalahan perbatasan di
Kepulauan Riau bermula dengan kehadiran Inggris. Seperti kata ahli sejarah
tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika
sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku
hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga
merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan
artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel
saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah
pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk
lebih menekankan saja*.
Perbatasa di Selat Singapoera:
Pulau Singapoera dan Pulau Bintan
Tunggu
deskripsi lengkapnya
Perbatasan di Kepulauaan
Natuna: Terkait dengan Wilayah Borneo
Utara
Tunggu
deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar