Kamis, 13 Februari 2020

Sejarah Jakarta (87): Sejarah Rawamangun, Antara Rawasari - Rawabangke; Lapangan Golf Pertama di Indonesia, RS Persahabatan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini

Wilayah Rawamangun tempoe doeloe tidaklah seluas Rawamangun yang sekarang. Wilayah Rawamangun tempo doeloe bahkan berbatasan dengan wilayah Rawasari di sebelah utara dan wilayah Rawabangke di sebelah selatan. Jauh sebelumnya wilayah ini dikenal, terdapat tiga rawa dimana kemudian terbentuk kampong Rawasari, kampong Rawabangke dan kampong Rawamangoen.

Bataviaasch nieuwsblad, 01-03-1937
Kelurahan Rawamangun termasuk wilayah kecamatan Pulo Gadung, wilayah Jakarta Timur. Kecamatan Pulo Gadung sendiri terdiri dari: Cipinang, Jati, Jatinegara Kaum, Kayu Putih, Pisangan Timur, Pulo Gadung dan Rawamangun. Rawamangun terkenal terkenal karena di Rawamangun terdapat lapangan golf lama dan rumah sakit lama. Lapangan golf Rawamangun dibangun dan diresmikan tahun 1937 (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 01-03-1937), sementara rumah sakit Persahabatan di Rawamangun di bangun dan diresmikan tahun 1963. Tentu saja di Rawamangun juga terdapat pusat perbelanjaan modern yang terbilang pertama yang disebut Arion. Secara geografis, kelurahan Rawamangun berbatasan dengan kelurahan Kayu Putih di sebelah utara, kelurahan Jati dan kelurahan Cipinang di sebelah timur, kelurahan Pisangan Lama di sebelah selatan dan kelurahan Utan Kayu di sebelah barat.

Lantas apa pentingnya sejarah Rawamangun? Nah, itu dia. Sepintas terkesan tidak penting, tetapi paling tidak Rawamangun masih meninggal situs lama yang masih eksis hingga ini hari, yakni lapangan golf pertama di Indonesia yang dibangun dan diresmikan tahun 1937. Yang lebih penting dari itu, mengenal sejarah Rawamangun akan lebih mengenal sejarah Jakarta keseluruhan. Sejaraj Jakarta tidak hanya seputar Monas. Untuk menambah pengetahuan, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.  

Peta 1890
Sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Kampong Rawamangoen: Antara Rawabangke dan Rawasari

Bayangkan di jaman kuno, dimana kira-kira berada Rawamangun yang sekarang. Rawaamngun sudah pasti rawa besar, karena itu kampong yang didirikan dekat rawa itu disebut kampong Rawamangoen. Secara teoritis, dalam hal ini, nama rawa lebih dahulu disebut Rawamangoen baru kemudian muncul nama kampong yang disebut kampong Rawamangoen. Lantas dimana posisi GPS kampong Rawamangoen tersebut?

Peta 1724
Setelah tahun 1687 didirikan benteng Fort Padjadjaran (lokasi benteng tempo doeloe itu pada masa ini tepat berada di Istana Bogor yang sekarang), Dengan adanya benteng di pedalaman, VOC/Belanda mulai merintis jalan (jalur) perdagangan ke hulu sungai Tjiiwong (sungai Jacatra), hulu sungai Tjilengsi (sungai Bekassi) dan hulu sungai Tjisadane (sungai Tangerang). Tiga jalan (jalur) kuno ini kemudian ditingkatkan menjadi dua jalur perdagangan utama menuju kota (stad) Batavia. Jalur utama ini adalah; Jalan sisi timur sungai Tjiliwong dan sungai Tjipinang melalui Bidara Tjina (Meester Cornelis), Matraman, Salemba dan Kramat; Jalan sisi barat sungai Tjiliwong melalui Depok, Tanjung Barat, Kalibata, Menteng dan Tjikini.

Peta Lahan (Peta 1774)
Dalam perkembangannya, satu jalur utama dikembangkan lagi yakni jalan antara sungai Tjipinang dan sungai Tjisoenter. Jalur utama baru ini dari Tjitrap dan Tjibaroesa melalui Tjilengsi via Kranggan, Makassar, Pondok Kelapa terus ke Pulo Gadoeng. Sebelumnya sudah dibentuk kanal oleh VOC/Belanda dari Stad Batavia ke Pulo Gadoeng melalui benteng Jacatra (jalan Jayakarta yang sekarang) dan Soenter/Kemajoran. Kanal ini menggantikan jalur sebelumnya dari Pulo Gadoeng ke laut/pantai di Tjilintjing melalui sungai Tjakoeng, sungai Toegoe (sungai Tjilintjing) dan sungai Soenter. Kanal ini diidentifikasi sebagai Kanal Soenter/

Peta 1824
Sehubungan dengan pengembangan lahan-lahan pertanian (land tanah partikelir), di sepanjang dua jalan utama (jalan primer) di sisi timur sungai Tjiliwong (ruas jalan Salemba dan Meester Cornelis; dan ruas jalan ruas jalan Pondok Kelapa dan Pulo Gadoeng) lalu dibenttuk jalan baru (jalur sekunder/jalan arteri) ke arah timur dari Meester Cornelis via Pondok Kelapa (interchange di Klender) terus ke Bekasi (Pekajon/Tjikoenir). Sehubungan dengan terbentuknya perkampongan eks pasukan pribumi pendukung militer VOC (kampong Jawa, kampong Makassar dan kampong Ambon) maka terbentuk jalan baru (jalur tersier/jalan kampong) dari land Struis (kampung UI yang sekarang) melalui Salemba Tengah menuju kampong Jawa (Rawasari), kampong Makassar dan kampong Ambon terus ke Pulo Gadoeng. Diantara dua jalan primer, satu jalan sekunder dan satu jalan tersier ini terdapat area yang luas yang banyak rawa-rawa. Di salah satu sisi area rawa-rawa inilah kemudian terbentuk kampong Rawamangoen.

Peta 1840
Pada era Pemerintah Hindia Belanda (sejak 1800) Kanal Soenter mulai ditinggalkan sebagai jalur transportasi air karena kurang terawat dan diabaikan) lalu muncul kanal baru dari Weltevreden (Senen) ke kanal Soenter terus ke stad Batavia (di barat). Untuk menghubungkan wilayah Senen (Weltevreden) dengan Pulo Gadoeng lalu dibuat jalan rintisan hingga Tjempaka Poetih (kini jalan Suprapto) dan kemudian diperluas hingga ke Pulo Gadoeng (kini jalan Perintis Kemerdekaan). Di sisi selatan jalan rintisan pada ruas Tjempaka Poetih dan Pulo Gadoeng inilah diidentifikasi nama kampong Rawamangoen (sekitar Kayu Putih yang sekarang).

Peta 1890
Kanal baru menuju Weltevreden (Senen) ini adalah terusan kanal kuno (kanal lama dari bendungan Katoelampa hingga land Tandjong Oost). Untuk mendukung aliran kanal terusan ini sungai Tjisoenter dan sungai Tjipinang di daerah hulu disodet dan dialirkan ke kanal lama (untuk mendukung kanal baru/kanal terusan). Kanal terusan ini dari Tandjong Oost (kini Pasar Rebo) melalaui Tjililitan, Bidara Tjina, Meester Cornelis, Matraman dan Salemba serta Kramat hingga Senen. Untuk mendukung kanal terusan ini menuju kanal Soenter sungai Tjiliwong di Kwitang disodet melalui jalan Kwitang yang sekarang. Area rawa-rawa di sisi timur kanal terusan ini sebagian mulai mengering terutama di area Rawabangke, Pisangan dan Oetan Kayu. Kanal ini tidak hanya berfungsi untuk aliran air bersih dari hulu tetapi berfungsi menjadi fungsi drainase. Inilah yang menyebabkan area wilayah Rawabangke dan Rawamangoen semakin mengecil. Area Rawamangoen yang dulu sangat luas semakin menyusut karena wilayah-wilayah kering karena drainase telah terbentuk area baru tempat hunian baru (yang tidak lagi masuk wilayah/area Rawamangoen (seperti area Tjipinang di sisi utara jalan sekunder dan area Solitude/Palmeriam di sisi tiur kanal terusan).

Dengan semakin ramainya dari Senen ke Pulo Gadoeng melalui kampong Rawamangoen, celakanya dimana terdapat kampong Rawamangoen telah dibentuk (diidentifikasi sebagai) area dengan nama Kayu Putih. Sementara sisa area Rawamangoen tetap disebut Rawamangoen. Nama kampong Rawamangoen lambat laun lenyap dan yang muncul ke permukaan adalah naman area/kawasan Rawamangoen. Sisa area/kawasan Rawamangoen yang tempo doeloe sangat luas hanya (tinggal) sebatas kelurahan Rawamangoen yang sekarang.    

Nama kampong Rawamangoen sudah lama hilang. Yang ada adalah nama area yang juga disebut dengan Rawamangoen. Area Rawamangoen tampaknya masih terus akan menyusut. Ini dimulai dengan memgembangkan kanal baru dengan membuat saluran baru dari kanal terusan di sekitar Matraman. Kanal baru ini dialirkan ke arah utara di Oetan Kajoe dan kemudian dibelokkan ke arah barat melalui Rawa Sari (lalu kanal ini masuk lagi ke kanal Soenter). Kanal baru berfungsi sebagai irigasi dan juga berfungsi sebagai drainase. Dampaknya sebagian rawa di area Rawa Mangoen di sekitar Oetan Kajoe dan area Rawa Sari mengering sehingga dikapitalisasi sebagai lahan pertanian baru. Lalu terbentuk kampong Oetan Kajoe.

Sejak dibukanya pertanian oleh orang-orang Belanda di sekitar kampong Oetan Kajoe lalu dibangun jalan dari (kampong) Salemba Tengah yang menjadi cabang jalan menuju Rawa Sari. Jalan baru ini dari Salemba Tengah ke arah timur melalui Pasar Genjing yang sekarang hingga (hanya sampai) ke kampong Oetan Kajoe. Lalu area sekitar kampong Oetan Kajoe ini diidentifikasi sebagai area.kawasan Oetan Kajoe (pemekaran dari area Rawa Mangoen). Catatan: jalan by pass (jalan DI Panjaitan/jalan Ahmad Yani yang sekarang belum terbentuk.

Seperti dapat di lihat pada Peta 1890 di atas hanya ada dua jalan akses ke area Rawa Mangoen yakni melalui jalan Rawasari dan kampong Makassae di sisi utara dan melalui jalan Oetan Kajoe di sisi selatan. Namun dalam perkembangannya yang menjadi akses utama ke area Rawa Mangoen adalah melalui Oetan Kajoe dari Struisrijk (Salemba, UI yang sekarang). Sejauh ini area Rawa Mangoen masih terpencil (karena jalan akses hanya sampai Oetan Kajoe).

Lapangan Golf Rawamangoen dan Rumah Sakit Persahabatan

Area Rawamangoen adalah wilayah perkampongan.Wilayahnya yang basah dan berawa menyebabkan area Rawamengoen tidak menjadi urban tetapi wilayah rural yang cukup dengan kota (urban). Tidak banyak peristiwa penting atau situs besar ditemukan di area Rawamangoen. Sebagai kawasan pedesaan yang dekat dengan urban, perkampongan di area Rawamangoen justtru kerap menjadi sasaran perampokan. Area Rawamangoen boleh dikatakan, satu-satunya akses melalui Salemba dan Oetan Kajoe (jalan raya hanya sampai di Oetan Kajoe).

Kanal Rawamangoen (Peta 1903)
Satu situs penting yang dapat dicatat pada awal perkembangan area Rawamangoen adalah pembangunan kanal untuk pengembangan dan pencetakan sawah baru. Kanal ini juga dengan sendirinya menjadi fungsi drainase. Kanal ini dengan menyodet kanal lama (Buitenzorg-Weltevreden) di sekitar gang Solitude (sekitar Pal Meriam yang sekarang). Ruas pertama kanal area Rawamangoen ini ke arah timur (Pisangan), lalu dibelokkan ke arah utara (sekitar lapangan golf yang sekarang) dan kemudian dibelokkan lagi ke arah timur (yang kelak disambungkan dengan sungai Soenter di sekitar Djatinegara lalu ke Poelo Gadoeng).

Pada tahun 1937 area Rawamangoen mulai terkenal sehubungan dengan selesainya lapangan golf modern (yang pertama). Lapangan golf ini sangat luas dan memiliki banyak hole. Lapangan golf ini menjadi semacam rest area yang cukup dekat dari kota (yang sangat sibuk bau dan berdebu). Akses menuju lapangan golf ini tetap menggunakan jalur lama dari Salemba Tengah dan Oetan Kajoe).

Permainan golf sudah sejak lama dilaksanakan di Batavia (bahkan lebih dulu dari sepak bola). Pada tahun 1911 klub gol Batavia BGC menyelenggarakan kejuaraan golf dengan mengundang tim Semarang dan Soerabaja (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 18-04-1911). BGC terus melakukan konsolidasi organisasi seiring dengan perkembangan permainan golf dengan peminat yang terus meningkat. Dukungan dari para ekspatriat dari Eropa, Amerika dan Jepang mulai memikirkan lapangan golf yang refresentatif. Lapangan golf di Manggarai sudah tidak optimal (terlalu sempit).

Dalam rapat tahunan Batavia Golf Club tahun 1927 muncul ide pembangunan lapangan yang baru (Bataviaasch nieuwsblad, 18-02-1927). Dengan adanya gagasan baru ini maka di Batavia, lapangan golf akan pindah untuk yang ketiga. Lapangan golf pertama (1872) berada di Koningsplein (sekitar Lapangan Monas yang sekarang). Oleh karena lapangan yang kala itu masih ukuran kecil lalu dipindahkan ke Manggarai sehubungan dengan pembangunan perumahan (elit) Menteng dan reposisi rel kereta penghubung utara-selatan dari lintasan di Tjikini ke lintasan yang baru di Manggarai (1918).

Lapangan golf Rawamangun (Now)
Dimana lapangan golf yang baru akan dibangun, pilihannnya jatuh di area Rawamangoen, suatu area yang masih hijau dan lahan yang cukup luas. Kandidat area ini sangat sesuai karena sudah ada jalan akses melalui Salemba, yang tidak jauh dari kota (Batavia dan Weltevreden). Lapangan golf ini kemudian dibangun tepat berada di utara kanal Rawamangoen. Adanya kanal ini dengan sendiri area lapangan golf akan terhindar dari kemungkinan bahaya banjir.   

Golf sendiri saat itu adalah permainan yang mana disukai oleh orang kaya dan pejabat. Lapangan golf kerap dijadikan sebagai ruang luas nan indah untuk suatu pertemuan tidak hanya sesama Belanda tetapi juga orang Belanda dan orang asing. Lapangan golf menjadi area dan arena internasional. Ini juga terlihat pada awaktu peresmian lapangan golf yang baru di Rawamangoen 11-03-1937 tidak hanya hadir perwakilan resmi (konsulat) dari Inggris, Amerika Serikat dan Jepang juga dihadiri oleh pegiat golf dari berbagai kota termasuk dari Buitenzorg.

Provinciale Geldersche en Nijmeegsche courant, 11-03-1937: ‘Batavia Golf Club kemarin di clubhouse baru dalam operasi, yang terletak di lantai dasar klub, di Rawah Mangoen di belakang stasiun Kramat. Dalam upacara ini antara lain hadir perwakilan resmi dari Inggris, Amerika Serikat dan Jepang. Selain itu hadir Walikota Voorneman, Residen Batavia dan pihak yang berkepentingan dari Bandoeng, Buitenzorg dan Palembang. Lapangan baru ini merupakan lapangan indah terdiri 18 lubang golf, yang dibangun dibawah kepemimpinan Mr T. Simpson, Direktur Firma Simpson & Co’.

Tunggu deskripsi lengkapnya


*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

4 komentar:

  1. berarti saat itu jalur bypass (jalan Jend. A. Yani) dari Tanjung Priok sampai Cawang belum ada ya....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya lupa-lupa ingat, tapi tampaknya belum. Mungkin jalan setapak (pejalan kaki) sudah ada tetapi dalam wujud jalan (paling tidak untuk kebutuhan pedati belum). Seingat say kapan jalan bypass itu dibanun sudah prnah saya tulis, tapi tidak ingat di artikel serial Jakarta atau serial artikel Bekasi nomor berapa. Peningkatan jalan bypass terkait dengan pembangunan kanal Kalimalang (pada era RI). Demikian. Selamat belajar sejarah

      Hapus
    2. Jalan by pass dibangun tahun 1963 atas bantuan Amerika. Saya luhat videonya di Youtube ketika Presiden Soekarno meresmikan.

      Hapus
  2. Terimakasih sangat bermanfaat

    BalasHapus