Minggu, 10 Oktober 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (163): Benda-Benda Peradaban Kota-Kota Kuno; Hanya Tersisa Situs Bangunan, Isinya Dimana?

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Benda-benda kuno dan kota-kota kuno ibarat bangunan gedung dan perabotannya. Di dalam perabot ini juga masih ada isinya apakah barang atau berkas. Semuanya itu disebut benda akntik (kepurbakalaan). Kota-kota kuno kini mulai diperhatikan, ada yang yang sudah dilestarikan, ada yang masih tahap eskavasi dan ada juga yang dimasukkan ke dalam daftar prioritas. Kita kini hanya melihat hanya sebagai sisa-sisa situs kuno. Lantas, bagaimana dengan isinya? Dimana itu berada?

Pada era Hindia Belanda, para peminat sejarah dan para ahli sejarah sudah berbicara tentang situs bangunan kuno. Mereka mendiskusikan bagunan-bangunan yang dulunya adalah benteng-benteng yang digunakan oleh para nenek moyang mereka pada era zaman VOC. Ada keinginan mereka untuk merehabilitasi dan bahkan melakukan eskavasi. Namun semuanya terkendala karena membutuhkan biaya. Banyak bangunan-bangunan yang ada sudah lama ditingglkan, rusak besar dan bahkan batu-batu bahan bangunannya telah banyak yang diambil yang diuga untuk digunakan bahan bangunan berikutnya. Bangunan-bangunan kuno yang dibicaeakan itu banyak di Maluku dan Sulawesi. Idem dito, bangunan-bangunan kuno di Jawa dan khususnya Batavia dan sekitar. Namun mereka tidak membicarakan isinya. Mengapa? Yang jelas, isi bangunan kuno zaman era VOC dan bangunan kuno era sebelum kehadiran orang Eropa di Indonesia nilainya berbeda. Perbedaan nilai ini karena bersifat sejarah ilmu dan pengetahuan. Nilai benda zaman kuno ada harganya.

Lantas bagaimana sejarah benda-benda peradaban kuno Indonesia? Seperti disebut di atas, pada masa kini hanya tersisa situs bangunan kuno, baik yang sudah dilestarikan seperti candi-candi maupun yang tengah proses eskavasi. Lalu bagaimana dengan isinya? Yang jelas isinya sudah lama hilang, termasuk perlengkapan dan asesoris serta ornamen bangunan seperti arca atau benda-benda lainnya. Dimana semua isi bangunan zaman kuno tersebut? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (162): Eskavasi Kraton Majapahit Zaman Kuno,Cara Belajar Era Zaman Now; Live dan Lebih Informatif

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Kita beruntung pada dunia digital dunia keterbukaan zaman Now karena dimungkinkan untuk melihat sesuatu secara live seperti pertandingan dan perlombaan olah raga PON. Dunia rekaman sudah kuno dan kurang diminati para penonton. Hal serupa itu juga mulai diberlakukan pada dunia ilmiah, dunia dengan semboyan kejujuran, kebenaran dan keadilan (Veritas, Probitas, Iustitia).

Seperti pembangunan situs sirkuit Mandalika di Lombok, kita juga pada masa zaman medsos ini disuguhkan bagaiman proses eskavasi Kota Majapahit dilakukan dari hari ke hari. Kita tidak hanya mendapatkan gambaran bagaimana dikerjakan, juga dimungkinkan kita untuk melakukan penilaian. Para peminat sejarah melalui tontonan dapat berpartisipasi. Artikel ini ditulis terinspirasi dari proses publikasi eskavasi kota Majapahit tersebut. Berbeda dengan proses eskavasi pada tempo doeloe era Hiudia Belanda dan pada era Republik Indonesia sebelum zaman medos. Semuanya sangat tertutup, tidak terpantau. Hanya para pekerja dan peneliti yang mengetahuinya. Tapi, kini semua tampak jelas, transparan dan akuntabel. Kita tidak bisa membayangkan tempo doeloe bagaima proses eskavasi candi Borobudur dan candi Prambanan atau candi-candi lain dilakukan, apakah ada kesalahan atau manipulasi tidak kita ketahui persis. Pada prsoses eskavasi kota Majapahit semuanya jelas. Namun masih tetap diharapkan agar begitu pula prosesnya dilakukan pada saat rekonstruksi..

Lantas bagaimana sejarah eskavasi situs-situs kuno? Seperti disebut di atas, eskavasi situs kota Majapahit dilakukan secara live yang mencermin cara kerja peneliti (arkeolog) pada zaman Now dengan pakem kejujuran, kebenaran dan keadilan. Ini juga yang dilakukan dalam penulisan artikel dalam blog ini semua data dan informasi harus dapat di konfirmasi (surat kabar, majalah dan buku sejaman). Lalu bagaimana sejarah eskavasi situs-situs kuno? Yang jelas pada masa kini: live dan informatif. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 09 Oktober 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (161): Gunung Penanggungan Pantai Timur Jawa; Gunung Welirang, Antara Gunung Arjuna dan Kawi


 ntuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Gunung Penanggungan mungkin kurang mendapat perhatian pada masa kini. Namun boleh jadi pada zaman kuno, gunung Penanggungan begitu penting. Mengapa? Do situs gunung inilah awal peradaban di pantai timur Jawa bermula. Pada masa ini gunung Penanggungan hanya dikenal sebagai penanda batas wilayah semata: yang mana pada zaman kuno di sebelah timur adalah wilayah pantai (kerajaan) Singhasari, di sebelah barat di daerah aliran sungai Kediri wilayah dimana terakhir terbentuknya Kerajaan Majapahit. Puncak gunung Penanggungan memang tidak tinggi, tetapi cukup tinggi dilihat dari laut. Gunung Penanggungan di zaman kuno diduga lebih penting dari gunung Arjuna dan gunung Kawi (antara dua gunung ini terdapat gunung Welirang).

Nama Penanggungan tidak asli (tidak unik).Nama gunung Penanggungan hanya di pantai timur Jawa, nama gunung di pantai barat Jawa di selat Sunda di pulau Krakatau adalah gunung Perboewatan. Lantas apakah ada hubungannya? Tentulah ada, wong kedua nama gunung ini sama-sama mudah dilihat dari pantai (sisi lait). Gunung Penanggungan (disebut nama lamanya gunung Pawitra) di pantai timur Jawa puncaknya 1.653 M dpl. Seperti di pantai barat, gunung Penanggungan di pantai timur Jawa juga adalah gunung berapi (dalam bentuk kerucut). Pada masa ini gunung Penanggungan ini menjadi batas kabupaten Mojokerto (sisi barat) dan kabupaten Pasuruan (sisi timur) dan berjarak kurang lebih 50 Km sebelah selatan kota Surabaya dan sebelah utara kota Malang. Pada zaman kuno, area sekitar gunung Penanggungan terdapat banyak situs-situs kuno. Gunung Penanggungan pada zaman kuno memiliki arti penting seperti gunung Sindoro (Jawa Tengah), gunung Pangrango (Soenda), gunung Pulosari (Banten) dan gunung Malea (Tapanuli Selatan). Nama Penanggungan mirip dengan nama gunung Tanggung di Tulungagung, nama distrik di di Kediri dan Bogor (Naggung). Nama Penanggungan tidak asli (tidak unik).

Lantas bagaimana sejarah gunung Penanggungan di pantai timur Jawa? Seperti disebut di atas nama gunung Penanggungan tidak ada ditemukan di tempat lain. Gunung Penanggungan di pantai timur Jawa pada zaman kuno tepat berada di sisi pantai. Seperti halnya gunung Perboewatan di pantai barat Jawa, gunung Penanggungan di pantai timur Jawa juga mudah dicapai dari laut. Lalu bagaimana sejarah gunung Penanggungan di pantai timur Jawa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.