Sabtu, 09 Oktober 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (161): Gunung Penanggungan Pantai Timur Jawa; Gunung Welirang, Antara Gunung Arjuna dan Kawi


 ntuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Gunung Penanggungan mungkin kurang mendapat perhatian pada masa kini. Namun boleh jadi pada zaman kuno, gunung Penanggungan begitu penting. Mengapa? Do situs gunung inilah awal peradaban di pantai timur Jawa bermula. Pada masa ini gunung Penanggungan hanya dikenal sebagai penanda batas wilayah semata: yang mana pada zaman kuno di sebelah timur adalah wilayah pantai (kerajaan) Singhasari, di sebelah barat di daerah aliran sungai Kediri wilayah dimana terakhir terbentuknya Kerajaan Majapahit. Puncak gunung Penanggungan memang tidak tinggi, tetapi cukup tinggi dilihat dari laut. Gunung Penanggungan di zaman kuno diduga lebih penting dari gunung Arjuna dan gunung Kawi (antara dua gunung ini terdapat gunung Welirang).

Nama Penanggungan tidak asli (tidak unik).Nama gunung Penanggungan hanya di pantai timur Jawa, nama gunung di pantai barat Jawa di selat Sunda di pulau Krakatau adalah gunung Perboewatan. Lantas apakah ada hubungannya? Tentulah ada, wong kedua nama gunung ini sama-sama mudah dilihat dari pantai (sisi lait). Gunung Penanggungan (disebut nama lamanya gunung Pawitra) di pantai timur Jawa puncaknya 1.653 M dpl. Seperti di pantai barat, gunung Penanggungan di pantai timur Jawa juga adalah gunung berapi (dalam bentuk kerucut). Pada masa ini gunung Penanggungan ini menjadi batas kabupaten Mojokerto (sisi barat) dan kabupaten Pasuruan (sisi timur) dan berjarak kurang lebih 50 Km sebelah selatan kota Surabaya dan sebelah utara kota Malang. Pada zaman kuno, area sekitar gunung Penanggungan terdapat banyak situs-situs kuno. Gunung Penanggungan pada zaman kuno memiliki arti penting seperti gunung Sindoro (Jawa Tengah), gunung Pangrango (Soenda), gunung Pulosari (Banten) dan gunung Malea (Tapanuli Selatan). Nama Penanggungan mirip dengan nama gunung Tanggung di Tulungagung, nama distrik di di Kediri dan Bogor (Naggung). Nama Penanggungan tidak asli (tidak unik).

Lantas bagaimana sejarah gunung Penanggungan di pantai timur Jawa? Seperti disebut di atas nama gunung Penanggungan tidak ada ditemukan di tempat lain. Gunung Penanggungan di pantai timur Jawa pada zaman kuno tepat berada di sisi pantai. Seperti halnya gunung Perboewatan di pantai barat Jawa, gunung Penanggungan di pantai timur Jawa juga mudah dicapai dari laut. Lalu bagaimana sejarah gunung Penanggungan di pantai timur Jawa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Gunung Penanggungan di Pantai Timur Jawa

Nama gunung Penanggungan tidak pernah mendapat perhatian. Tidak ada orang yang mengenalnya. Seperti halnya nama gunung Perboewatan baru mendapat perhatian ketika terjadi letusan gunung Krakatau pada tahun 1883, gunung Perboewatan di pantai barat Jawa di pulau Krakatau adalah salah satu dari rantai gunung di pulau tersebut. Nama gunung Penanggungan baru muncul pada tahun 1935 ketika puncak gunungnya terbakar. Orang mulai menghubungkan puncak gunung Penanggungan dengan gunung Mahameru di India (lihat De locomotief, 19-04-1937).

Penampilan gunung dan nama gunung ini tentu saja sudah dikenal sejak zaman kuno karena kedekatannya dengan pantai. Namun puncaknya yang hanya 1.653 M dpl mungkin dianggap tidak penting, orang hanya lebih tertarik dengan gunung-gunung yang tinggi seperti gunung Arjuna (3.339 M), gunung Welirang (3.156 M), gunung Kawi (2.551 M), gunung Raung (3.344 M) atau gunung-gunung berapi seperti gunung Kelud (1.731 M) dan gunung Argopura (2.032 M).

Gunung Penanggungan tidak tinggi dan juga tidak berapi, karena itu kurang dikenal. Hanya faktor kebakaran di bagian puncak yang menyebabkan nama gunung ini mulai dikenal dan menyimpan banyak kisah-kisah lama. Gunung yang tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu rendah serta tidak berapi menjadi suatu ukuran di zaman kuno untuk dipilih sebagai suatu tempat yang penting yang dikaitkan dengan religi.

Di Sumatra Utara terdapat beberapa gunung tinggi dan gunung berapi. Namun ada dua gunung di wilayah Tapanuli Selatan tidak terlalu tinggi tetapi juga tidak berapi yakni gunung Loeboe Raja di Angkola (1.862 M) dan gunung Malea di Padang Lawas (2.199 M). Dari namanya adalah nama kuno Loeboe Raja (kini Lubuk Raya) dan Melea (kini tetap Melea yang diduga merujuk pada nama gunung Himalaya). Diantara dua gunung ini terdapat candi zaman kuno, yang lebih tua dari candi Borobudur yang kini disebut candi Simangambat. Seperti halnya gunung Penanggungan di pantai timur Jawa, dua gunung di Tapanoeli ini yang dekat dengan candi juga diduga memiliki sisa peninggalan zaman kuno.  Dua gunung dengan nama yang sama juga ditemukan di Simalungun (gunung Raya dan gunung Maleak). dan di Semenanjung Malaya (gunung Raja dan gunung Malaya).   

Sebagai gunung yang paling dekat ke pantai (laut) didug a kuat menjadi sangat penting di zaman kuno sebagai pusat religi, bahkan jauh sebelum terbentuknya kerajaan Singhasari. Seperti telah dideskripsikan pada artikel sebelumnya bahwa ibu kota kerajaan Majapahit (suksesi kerajaan Singhasari) berada di suatu teluk yang kini dikenal sebagai situs Trowulan (Mojokerto), maka garis pantai dari arah utara melalui wilayah Mojokerto terus ke selatan di sisi terluar gunung Penanggungan terus ke arah belakang pantai Pasuruan (district Bangil) dimana kini terdapat situs kuno candi gunung Gangsir (candi terdekat ke pantai).

Bukti-bukti lainnya bahwa wilayah pantai zaman kuno telah bergeser ke arah laut di timur gunung Penanggungan dapat diperhatikan dengan penemuan sunurr minyak di district Bangil yang ditemukan pada tahun 1899 (lihat De Telegraaf, 30-09-1899). Minyak sebagai bahan fosil yang berasal dari sampah tumbuhan di zaman kuno telah tertimbun di dasar laut yang kemudian di atasnya terbentuk sedimentasi jangka panjang hingga terbentuknya daratan. Dalam hal ini garis pantai timur Jawa yang sekarag tempo doeloe jauh berada di pedalaman. Bukti-bukti ini juga kurang lebih sama dengan garis pantai utara di daerah aliran sungai Bengawan Solo yang awalnya di hilir Ngawi (Tjepoe/Blora) kemudian bergeser secara berahap sehubungan dengan proses sedimentasi jangka panjang hingga ke Bojonegoro, Lamongan dan kini Gresik.Tentulah hal serupa garis pantai yang mengikuti daerah aliran sungai Kediri/Brantas muaranya telah bergeser dari Mojokerto hingga Sidoarjo dan Soerabaja.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Gunung Welirang: Antara Gunung Arjuna dan Gunung Kawi

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar