*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Suku
Ilocanos (Ilocano: Tattao nga Iloko / Ilokano), Ilokanos, atau suku Iloko
adalah kelompok etnolinguistik Filipina terbesar ketiga. Mereka sebagian besar
tinggal di Wilayah Ilocos, di pesisir barat laut Luzon, Filipina. Bahasa asli
masyarakat Ilocano adalah bahasa Ilocano (atau Ilokano). Secara historis,
masyarakat Ilocano memiliki jaringan kepercayaan dan praktik sosial yang rumit.
Wilayah Ilocos adalah salah satu wilayah terpadat di Filipina.
Bahasa Iloko dituturkan di Luzon utara, Kepulauan Babuyan, Wilayah Administratif Cordillera, Lembah Cagayan, bagian utara dari Luzon Tengah, Mindoro, dan beberapa daerah di Mindanao (wilayah Soccsksargen). Bahasa ini juga dituturkan oleh perantau Filipina di Amerika Serikat di Hawaii dan California. Pada September 2012, Provinsi La Union mengeluarkan peraturan yang mengakui bahasa Iloko sebagai bahasa resmi provinsi, selain Filipino dan Inggris. Provinsi tersebut menjadi yang pertama di Filipina yang mengeluarkan peraturan melindungi bahasa pribumi. Orang-orang Ilokano adalah keturunan penutur bahasa Austronesia dari selatan Cina melalui Taiwan. Berberapa keluarga dan puak tiba dengan menggunakan viray atau bilog yang berarti perahu Istilah Iloko berasal dari i-, yang berarti "dari", dan luk, yang berarti "teluk", jadi Iloko berarti "orang dari teluk". Orang Iloko juga menyebut diri mereka Samtoy, pemendekan dari frasa bahasa Iloko saö mi ditoy, yang berarti "bahasa kita disini". (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah bahasa Iloko, bahasa Ilokano, bahasa Ilocanos di pantai barat laut pulau Luzon Filipina? Seperti disebut di atas bahasa Iloko dituturkan oleh orang Ilokano. Luzon hingga Hawaii. Llu bagaimana sejarah bahasa Iloko, bahasa Ilokano, bahasa Ilocanos di pantai barat laut pulau Luzon Filipina? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Bahasa Iloko Bahasa Ilokano Bahasa Ilocanos di Pantai Barat Laut Pulau Luzon Filipina; Luzon hingga Hawaii
Seperti bahasa-bahasa kelompok populasi di Filipina, Bisayak, Tagalog dan lainnya, bahasa Iloko di pulau Luzon di Filipina juga memiliki sejumlah kosa kata elementer yang mirip dengan kota kata bahasa Batak di Sumatra. Bagaimana bisa?
Sejumlah kosa kata bahasa Iloko yang mirip kosa kata bahasa Batak antara lain: 1 Maysa, 2 Dua, 3 Tallo, 4 Uppat, 5 Lima, 6 Innem, 7 Pito, 8 Walo, 9 Siam, 10 Sangapulo, 11 sangapulo ket maysa; apong = kakek; apong baket = nenek; apong lakay = kakek; ina/inang/nanang = ibu; ama = ayah; mangan = makan; ulo = kepala; tao = orang / manusia; balay = rumah; bato = batu; • bulong = daun; buok = rambut; dalan = jalan; dila = lidah.
Kosa kata elementer adalah kosa kata terpenting
menghubungkan satu bahasa/dialek dengan bahasa/dialek lainnya. Kosa kata
elementer bersifat etnolinguistik, suatu kosa kata yang menjadi sehari-hari di
lingkungan keluarga. Dua kosa kata elementer terpenting adalah ayah dan ibu.
Bahasa Batak ayah ada ibu adalah ama dan ina/ng, yang sama dengan bahasa Iloko.
Apakah itu kebetulan? Yang jelas kosa kata elementer berikutnya adalah kakek
yang dalam bahasa Batak opung sementara dalam bahasa Iloko adalah apong.
Bagaimana dengan bahasa-bahasa lain di Eropa? Konon bahasa Sanskerta juga
menyebar ke barat hingga Eropa. Misalnya kosa kata elementer ibu dalam bahasa
Sanskerta adalah matar yang dalam bahasa Yunani adalah meter, dalam bahasa
Latin adalah mater yang kemudian menjadi mother dalam bahasa Inggris. Idem dito
pitar-pater-pater-father; bhratar-bhreter-frater-brother; svasar-eor-sosor-sister;
sunu-huius-filius-son; duhitar-thugater-filia-daughter.
Lantas apakah bahasa Batak menyebar ke bahasa Iloko? Atau sebaliknya dari bahasa Iloko ke bahasa Batak? Pertanyaan menentukan arah ini kurang lebih apakah bahasa Sanskerta ke bahasa Inggris atau sebeliknya dari bahasa Inggris ke bahasa Sanskerta. Tentu saja unsur bahasa (linguistic) tidak cukup menjelaskannya. Unsur linguistic terdekat adalah unsur aksara yang digunakan dalam penulisan perkataan lisan.
Dalam sejarah aksara di Sumatra ada dua aksara yang dikenal yakni aksara Pallawa dan aksara Batak. Aksara Pallawa ini menurun ke aksara-akasara di Jawa; sementara aksara Batak menurun di Sumatra, Filipina dan Sulawesi. Dalam teori aksara yang diterima pada masa ini, akar aksara-aksara di dunia adalah aksara Fenisia (Laut Mediterania di Lebanon dan Palestin). Aksara Funisia ini diurutkan menurunkan aksara Latin di satu sisi dan aksara Brahmi di sisi lain. Lantas mengapa aksara Batak mirip dengan aksara Funisia (lihat A Phoenician Alphabet on Sumatra by EEW Gs Schröder ini Journal of the American Oriental Society, Vol. 47, 1927). Lalu apakah dalam hal ini aksara Batak adalah aksara yang berasal dari zaman kuno? Bagaimana dengan bahasa Sanskerta dengan bahasa Latin/Inggris? Pertanyaan ini dapat diperluas: jika bahasa Sanskerta menyebar ke barat (Eropa), apakah aksara Batak juga menyebar ke barat (Laut Mediterania)? Apakah dalam hal ini bahasa Batak telah menurunkan bahasa Sanskerta yang kemudian bahasa Sanskerta bertransformasi menjadi bahasa Melayu/Indonesia?
Tunggu deskripsi lengkapnya
Luzon hingga Hawaii: Sebaran Populasi Iloko
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar