Rabu, 20 Oktober 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (182): Menanam Mangrove dan Ekosistem Dunia; Sejak Era Zaman Kuno Sedimentasi Bentuk Daratan

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Apa itu mangrove? Dalam tahun-tahun terakhir ini upaya penanaman mangrove (hutan bakau) menjadi sangat penting sebagai upaya pemulihan ekosistem global. Lantas apa hubungannya dengan sejarah dunia sejak zaman kuno? Yang jelas mangrove adalah terminologi masa kini, sedangkan terminologi zaman kuno adalah (proses) sedimentasi di perairan pantai (laut) terbentuknya daratan, Lalu apa persamaan proses sedimentasi dan upaya penanaman mangrove?

Hutan mangrove atau hutan bakau adalah vegetasi transisi daratan dan lautan. Hutan mangrove tersebar luas dan umumnya berada di sekitar garis khatulistiwa yang beriklim tropis. Itu berarti termasuk Indonesia. Luas hutan mangrove Indonesia diperkirakan sekiatar 2-5 Juta Ha yang dapat dikatakan sebagai terluas di dunia. Boleh jadi hal itu karena wilayah Indonesia memiliki garis pantai yang panjang sebab banyak pulau-pulau. Kawasan hutan mangrove yang luas juga ditemukian di Brazil (1,3 Juta Ha), Nigeria (1,1 Juta Ha dan Australia (1.0 Juta Ha). Dalam hal ini secara keseluruhan ada yang menyebut Indonesia berkontribusi hutan mangrove dunia sebesar 25 persen. Dalam hal inilah posisi penting Indonesia dalam pemulihan ekosistem dunia. Dunia internasional mengharapkan lebih luas lagi melalui proses penanaman mangrove.

Dalam artikel ini tidak berbicara tentang upaya dan proses penanaman mangorove masa kini, tetapi melihat dari perspektif sejarah sejak zaman kuno tentang proses sedimentasi jangka panjang yang mirip dengan proses penanaman hutan mangrove yang dapat menjadi katalisator terbentuknya daratan baru.  Dalam hal ini upaya penanaman mangrove adalah upaya jangka panjang memperluas wilayah daratan negara (Indonesia) sebagaimana sejak zaman doeloe proses sedimentasi telah memperluas daratan nusantara. Bagaimana bisa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 19 Oktober 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (181): Sejarah Blok Cepu, Sumber Minyak; Sedimentasi Sejak Zaman Kuno Muara Bengawan Solo

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Blok Cepu adalah sumber minyak yang pertama dikuasai oleh Pemerintah Republik Indonesia. Blok pertambangan ini awalnya dikelola oleh Pemerintah Hindia Belanda lalu diambilalih Pemerintah Pendudukan Militer Jepang baru kemudian oleh Pemerintah Republik Indonesia di bawah pimpinan Dr. Ibnoe Soetowo.

Blok Cepu adalah wilayah kontrak minyak dan gas bumi yang meliputi wilayah kabupaten Bojonegoro dan kabupaten Tuban provinsi Jawa Timur dan kabupaten Blora provinsi Jawa Tengah. Mengapa disebut Blok Cepu? Yang jelas pada era Hindia Belanda pengeboran minyak dimulai di wilayah Cepu (kini kecamatan Cepu, kabupaten Blora. Untuk sekadar diketahui wilayah Cepu itu dilewayi oleh sungai Bengawan Solo, sungai sangat terkenal sejak masa lampau. Muara sungai Bengawan Solo pada zaman kuno (era Hindoe Boedha) jauh di pedalaman, sehingga muara sungai tidak terlalu jauh dari pusat peradaban di pedalaman di mana berada Kraton Soeracarta. Besar dugaan di zaman kuno mulai dari wilayah Blora (Cepu) muara sungai Bengawan Solo telah begerser ke wilayah Bonegoro, kemudian wilayah Lamongan dan wilayah Gresik. Wilayah tangkapan air sungai Bengawa Solo menjadi daratan yang membentuk wilayah Tuban. Dengan kata lain daerah aliran sungai Bengawan Solo ini berawal dari peraiaran (laut) dimana sungai besar, sungai Bengawan Solo bermuara.

Lantas bagaimana sejarah Blok Cepu sebagai kawasan sumber minyak? Seperti disebut di atas, Blok Cepu ini pengelolaannya oleh pemerintah sejak lama. Namun kita tidak berbicara tentang bisnis minyak masa kini, tetapi tentang sejarah awal kawasan Blok Cepu. Yang jelas kini Blok Cepu ini berada di pantai utara Jawa bagian timur, tetapi di masa lampau posisi GPSnya berada di muara sungai Bengawan Solo. Bagaimana bisa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.