Kamis, 07 Oktober 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (157):Kota Kuno Majapahit, Mengapa Bisa Hilang, Tsunami? Arkeolog Temukan dan Sejarawan Jelaskan

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Kota Majapahit ditemukan. Itu berarti Kota Majapahit pernah hilang. Lantas mengapa Kota Majapahit hilang dan bagaimana Kota Majapahit hilang? Pertanyaan-pertanyaan ini jika berhasil dijawab akan memandu kita untuk menemukan kota-kota kuno lainnya di nusantara. Sudah barang tentu sebelum kota Majapahit hilang, paling tidak sudah lebih dahulu kota Singhasari hilang.

Banyak kota-kota kuno di nusantara. Hampir semua kota-kota kuno di nusantara belum ditemukan. Semakin besar suatu kota di masa lampau, semakin mudah ditemukan. Hal ini karena kota-kota besar meninggalkan sisa-sisa yang dapat dilacak dan ditelusuri. Pada masa ini penemuan  kota Majapahit akan memicu para ahli terutama arkeolog untuk menemukan kota-kota kuno lainnya. Salah satu kota kuno yang perlu mendapat perhatian adalah kota Aru (di Padang Lawas). Kota ini diduga lebih tua dari kota Majapahit dan masih hidup sejaman dengan era Singhasari dan era Majapahit.

Lantas bagaimana sejarah kota Majapahit? Seperti disebut di atas, kota Majapahit sudah ditemukan dan sedang dilakukan eskavasi. Penemuan situs Majapahit sudah sejak era Inggris namun baru satu abad kemudian mendapat perhatian serius untuk memulai eskavasi. Orang-orang Belanda mulai menyadari arti sejarah zaman kuno di nusantara. Seorang pemerhati peradaban Belanda waktu itu pernah mengatakan: ‘kita orang Belanda hanya Eropa sentris yang hanya melihat kejayaan Venesia, padahal di depan mata kita disini (Hindia Belanda) ada peradaban yang sejajar dengan Venesia’. Yang menjadi tetap pertanyaan adalah mengapa kota Majapahit pernah hilang dan bagaimana kota Majapahit hilang? Lalu apa pentingnya mengetahui sebab-sebab hilangnya kota Majapahit? Pertanyaan ini lebih penting bahkan jika dibandingkan pertanyaan bagaimana kota Majapahit ditemukan. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (156): Navigasi Pelayaran Nusantara Majapahit; Pelabuhan Majapahit di Pantai Muara Sungai Brantas

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Kerajaan Majapahit tidak hanya sekadar kerajaan besar. Kerajaan Majapahit juga memiliki kemampuan navigasi pelayaran yang luas. Ruang navigasi pelayaran Majapahit paling tidak dapat dibaca pada teks Negarakertagama (1365). Pendahulu kerajaan Majapahit sendiri dalam bidang navigasi pelayaran adalah kerajaan Singhasari (tetangganya). Namun navigasi pelayaran Singhasari hanya sampai sejauh ke pantai timur Sumatra. Navigasi pelayaran Majapahit lebih jauh dan lebih luas lagi.

 

Sebelum berkembang navigasi pelayaran di Jawa (Singhasari dan Majapahit) sudah lebih awal berkembang navigasi pelayaran di Sumatra. Navigasi pelayaran nusantara pada awalnya berkembang di pantai barat Sumatra di Baroes (Kerajaan Aru). Sejak ibu kota kerajaan Aru relokasi ke pantai timur Sumatra (Binanga) navigasi pelayaran Aru sangat berkembang, bahkan hingga mencapai Tiongkok. Selanjutnya navigasi pelayaran di selat Karimata (berpusat di pulau Bangka) berkembang yakni Kerajaan Sriwijaya. Navigasi pelayaran Sriwijaya diperkuat oleh Kerajaan Aru (lihat prasasti Kedukan Bukit 682 M).

Lantas bagaimana sejarah navigasi pelayaran Majapahit di Nusantara? Seperti disebut di atas, navigasi pelayaran Majapahit didahului oleh perkembangan navigasi pelayaran di Singhasari. Dalam hal ini apakah Kerajaan Kediri (pendahulu kerajaan Singhasari) memiliki tradisi navigasi pelayaran? Yang jelas kerajaan Mataram kuno yang berada di pedalaman (pulau Jawa bagian tengah) yang fokus pada bidang pertanian, namun sangat tergantung pada perdagangan luar di kota-kota pantai. Lalu bagaimana sejarah pelabuhan Majapahit di pantai timur Jawa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 06 Oktober 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (155): Trowulan dan Geografi;Perlu Dipertemukan Para Ahli Sejarawan, Arkeolog, Geolog dan Ekonom

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Gambaran zaman kuno spasial ibu kota Majapahit di Jawa Timur, kurang lebih sama dengan gambaran zaman kuno spasial di ibu kota (Kerajaan) Aru di pantai timur Sumatra (Tapanuli). Mempelajari sejarah situs Majapahit sama dengan mempelajari sejarah situs Aru. Pada masa ini, situs Aru ini dapat dikatakan situs zaman kuno yang terluas dimana kini ditemukan banyak candi (percandian Padang Lawas). Saya telah menyimpulkan bahwa situs Aru merupakan ibu kota zaman kuno, yang posisi GPSnya berada di pantai pada muara sungai B-aru-mun dan sungai Pane. Lantas bagaimana dengan situs Trowulan?

 

Trowulan adalah sebuah kecamatan di kabupaten Mojokerto, provinsi Jawa Timur. Kecamatan Trowulan terletak di bagian barat kabupaten Mojokerto, berbatasan dengan wilayah kabupaten Jombang. Trowulan terletak di jalan nasional yang menghubungkan Surabaya-Solo-Yogyakarta. Di kecamatan ini terdapat puluhan situs seluas hampir 100 kilometer persegi berupa bangunan, temuan arca, gerabah, dan pemakaman peninggalan Kerajaan Majapahit. Diduga kuat, pusat kerajaan berada di wilayah ini yang ditulis oleh Mpu Prapanca dalam kitab Nagarakretagama dan dalam sebuah sumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat Girindrawardhana berhasil mengalahkan Kertabumi, sejak saat itu ibu kota Majapahit berpindah ke Daha (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Trowulan? Seperti disebut di atas, Trowulan diduga kuat pada zaman kuno sebagai ibu kota (kerajaan) Majapahit. Lalu apakah ada hubungannya situs Trowulan dengan situs Binanga (Padang Lawas) yang diduga sebagai ibu kota (kerajaan) Aru? Jika ada, apakah secara geografis area situs Trowulan memiliki kemiripan dengan situs Binanga? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.