Rabu, 19 Juli 2023

Sejarah Tata Kota Indonesia (38): Tata Kota Merauke Fakfak Sorong Pantai Barat Papua; VOC hingga Pemerintah Hindia Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Tata Kota di Indonesia di blog ini Klik Disini

Sejumlah provinsi baru dibentuk di wilayah Papua. Papua Selatan dengan ibu kota Merauke (UU No 14/2022) dan Papua Barat Daya beribu kota di Sorong (UU No 29/2022). Sebelumnya sudah terbentuk provinsi Papua Barat dengan ibu kota Monokwari (UU No 45/1999). Salah satu kabupaten di Papua Barat adalah Fakfak yang menjadi ibu kota. Kota Merauke, Fakfak dan Sorong secara geografis berada di pantai barat wilayah Papua (Kota Manokwari sendiri berada di pantai utara).


Harmonisasikan Ranperbup Kabupaten Merauke, Kanwil Kemenkumham Papua Bantu Sempurnakan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Merauke. Jayapura, Senin 17 Juli 2023. Bupati Kabupaten Merauke dalam hal ini diwakili Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Pembangunan beserta jajaran melakukan kunjungan ke Kanwil Kemenkumham Papua, dalam rangka Harmonisasi Rancangan Peraturan Bupati Merauke tentang Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Merauke. Proses pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan rancangan peraturan perundang-undangan merupakan salah satu dari rangkaian proses pembentukan peraturan perundang-undangan yang harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan Pasal 58 ayal (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2022 bahwa "Pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi Rancangan Peraturan Daerah Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh instansi vertikal Kementerian atau Lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan". (https://papua.kemenkumham.go.id/)

Lantas bagaimana sejarah tata kota di Merauke, Fakfak, Sorong Pantai Barat Papua? Seperti disebut di atas ada tiga kota utama di pantai barat Papua yakni Merauke, Fakfak dan Sorong yang mana Merauke dan Sorong masing-masing telah ditetapkan sebagai ibu koyta provinsi baru. Lalu bagaimana sejarah tata kota di Merauke, Fakfak, Sorong Pantai Barat Papua? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Tata Kota Indonesia (37): Tata Kota Dili di Pulau Timor; Sejak Era Portugis dan VOC hingga Pemerintah Hindia Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Tata Kota di Indonesia di blog ini Klik Disini

Pada tahun 2021 Pemerintah Timor Leste mulai merencanakan penataan ulang tata kota Dilli (lihat Jose Reis: Perencanaan Tata Kota Dilli Sangat Pentinghttps://id.tatoli.tl/). Salah satu pemicu gagasan itu terjadinya banjir bandang pada tanggal 4 Juli 2021. Menteri Jose Reis menjelaskan pada tahun 2030 populasi di Dili akan menjadi 500.000 orang sehingga sangat sulit mengelola kota kecil seperti Dili dengan populasi begitu besar.


Timor Lester sudah beberapa decade menjadi negara yang berdiri sendiri. Sebelumnya wilayah (negara) Timor Leste dengan nama Timor Timur adalah salah satu provinsi di Indonesia. Sebelum Timor Timur berintegrasi denganh wilayah Republik Indonesia, adalah wilayah yang terpisah dengan Indonesia dimana pengaruh Portugis masih ada. Gerakan politik yang terjadi (faksi-faksi yang ingin, memisahkan diri dari pengaruh Portugis, merdeka sepenuhnya dan diintegrasikan dengan, dengan Indonesia menyebabkan terjadi perang saudara yang pada akhirnya wilayah Timor Timur menjadi bagian dari wilayah Indonesia sebagai satu provinsi (bertetangga dengan provinsi Nus Tenggara Timur). Gerakan politik yang terus berlanjut untuk perjuangan kemerdekaan Timor Timur sepenuhnya menyebabkan wilayah Timor Timur dilepaskan kembali di wilayah Indonesia yang kemudian menjadi negara Timor Leste. Dalam konteks ini nama Dilli menjadi penting karena menjadi ibu kota selama ini. Dalam konteks Timor Leste yang telah merdeka sepenuhnya, pada tahun 2021 mulai merencanakan kembali tata kota Dilli.

Lantas bagaimana sejarah tata kota di Dilli pulau Timor? Seperti disebut di atas, kota Dilli menjadi ibu kota dari masa ke masa hingga hari ini. Dalam hal ini bagaimana kota Dilli terbentuk dan tumbuh berkembang sejak era Portugis dan VOC hingga semasa era Pemerintah Hindia Belanda dan era Republik Indonesia. Lalu bagaimana sejarah tata kota di Dilli pulau Timor? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 18 Juli 2023

Sejarah Tata Kota Indonesia (36): Tata Kota di Mataram, Lombok dan Bima; Sejak Era VOC hingga Pemerintah Hindia Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Tata Kota di Indonesia di blog ini Klik Disini

Narasi sejarah Lombok khususnya kota Mataram sangat minim karena data yang tersedia sangat minim hingga rintisan ke narasi yang lebih lengkap di mulai dalam blog ini pada Juni 2020. Salah satu aspek sejarah Lombok yang dinarasikan adalah kota Mataram. Dalam konteks inilah narasi tata kota Maram menjadi bagian dari narasi tata kota di Indonesia. Kota Mataram sendiri adalah kota baru, kota-kota lama sejak era VOC umumnya di pantai seperti Lombok di pantai timur Lombok dan Bima di pulau Sumbawa.


Nama Jalan hingga Tata Kota Jadi Saksi Sejarah Mataram Tempo Dulu. Ahmada Efendi. 12 Januari 2022. Klikmataram. Pohon-pohon kenari berjejer di kanan kiri Jalan Langko dan Jalan Pejanggik di Kota Mataram peninggalan pemerintahan kolonial Belanda. Ruas Jalan Pejanggik dan Jalan Langko sudah terbentang sebelum Kolonial Belanda bercokol di Lombok. Tulisan dalam The Journal of Indian Archipelago and Eastern Asia volume V, June 1851. Ahli botani dari Swiss Heinrich Zollinger menjelaskan tentang Mataram sebagai ibukota kerajaan. Berjarak 3 mil dari pantai Pelabuhan Ampenan. Satu mil berupa jalan berkelok dan dua mil sisanya adalah jalan lurus menuju Mataram. Zollinger menyebut jalan lurus itu sangat indah. Lebarnya sekitar 20 M dan di kanan kirinya tumbuh Pohon Ara yang berjajar menaungi sepanjang jalan itu. Menurut Zollinger, belum pernah dia temukan avenue atau jalan-jalan seindah itu di manapun. Tampaknya pemimpin Kerajaan Mataram Karangasem memang mempunyai keahlian tata kota yang mampu memberi jawaban untuk sebuah generasi zaman yang panjang. Hingga hari ini Jalan Langko dan Pejanggik tidak pernah tergantikan, melainkan hanya direnovasi dan dihiasi seiring waktu. Belanda sebagai pemenang mulai menata kota itu kembali. (https://mataram.pikiran-rakyat.com/)

Lantas bagaimana sejarah tata kota di Mataram, Lombok dan Bima? Seperti disebut di atas, kota Mataram memiliki sejarah sendiri. Namun sebelum nama Mataram dikenal, sejak era VOC sidah dikenal nama kota Lombok dan kota Bima. Pada era Pemerintah Hindia Belanda kota Mataram di pantai barat telah menggantikan kota Lombok di pantai timur. Lalu bagaimana sejarah tata kota di Mataram, Lombok dan Bima? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Tata Kota Indonesia (35): Tata Kota Serang, Anyer, Banten; Sejak Era Portugis, VOC hingga Pemerintah Hindia Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Tata Kota di Indonesia di blog ini Klik Disini

Sejak kapan terbentuk kota Serang? Pertanyaan yang lebih penting adalah sejak kapan kota Banten terbentuk? Dalam hal ini kesinambungan antara Banten dengan Serang, yang mana kota Serang adalah suksesi kota Banten. Untuk memahami sejarah kota Serang khususnya tata kota, haruslah memahami sejarah tata kota Banten, suatu kota tua yang sudah dikenal sejak era Portugis dan era VOC. Pada era Pemerintah Hindia Belanda muncul nama Serang.


Sejarah Di Balik Bangunan Kolonial Kota Serang. Bpcbbanten. 1 Agustus 2019. Tahun 1596 merupakan awal kedatangan armada Belanda di Banten. Adanya persaingan dagang dengan Spanyol dan Portugis, tahun 1603 mendirikan kantor dagang di Banten. Sultan Banten memaksa kantor tersebut dipindahkan ke Jayakarta tahun 1611. Tanggal 5 Januari 1808, Deandels, Gubernur Jenderal Hindia Belanda mengeluarkan surat keputusan bahwa Jayakarta menjadi pusat pemerintahan. Daendels melakukan birokratisasi di kalangan pemerintahan tradisional dengan menjadikan para sultan dan bupati sebagai pegawai pemerintahan. Sultan Banten pada saat itu, tidak mengakui kekuasaan Daendels. Sultan Banten ditangkap kemudian benteng serta Keraton Surosowan dihancurkan dan dibakar. Pada saat Raffles pusat pemerintahan berada di Keraton Kaibon. Berakhir eksistensi Kesultanan Banten. Pada 1828, pusat pemerintahan di Banten dipindahkan dari Kaibon ke daerah di sebelah selatannya, dengan membangun kota Serang. Dimulainya Serang sebagai kota ditandai didirikannya bangunan bergaya Eropa. Sebagai ibukota Keresidenan Banten, Serang satu-satunya tempat paling ramai di Banten. Bangunan tinggalan masa kolonial saat ini masih berdiri di Kota Serang antara lain Pendopo Gubernur, Kantor Bupati, Gedung Joeang 45, Gedung Dinas Pendapatan, Mapolres Serang, Korem, Stasiun Kereta Api Serang. (https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/)

Lantas bagaimana sejarah tata kota di Serang, Anyer dan Banten? Seperti disebut di atas, wilayah Banten sudah dikenal luas sejak era Portugis. Kehadiran Belanda telah mengubah situasi dan kondisi di Banten. Dimana kota bermula di (pelabuhan) Banten dan berakhir di Serang (pedalaman). Proses ini berlansung sejak era Portugis, VOC hingga Pemerintah Hindia Belanda. Lalu bagaimana sejarah tata kota di Serang, Anyer dan Banten? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 17 Juli 2023

Sejarah Tata Kota Indonesia (34): Tata Kota Bandar Lampung,Tanjung Karang dan Teluk Betung; Orang Banten dan Penduduk Asli


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Tata Kota di Indonesia di blog ini Klik Disini

Kisah Kota Bandar Lampung bermula di selat Sunda diantara Banten pantai barat Jawa dan Lampung pantai selatan Sumatra. Satu nama tempat sejak awal (sejak era Portugus) di teluk Lampung diidentifikasi nama Dampin. Nama Teluk Betong muncul dan semakin popular pasca letusan gunung Krakatau tahun 1883. Teluk Betong kemudian menjadi Pelabuhan utama di ujung selatan Sumatra. Bagaimana dengan Tanjung Karang?


Kota Bandar Lampung ibu kota provinsi dan kota terbesar di provinsi Lampung. Secara geografis, Kota ini merupakan gerbang utama Pulau Sumatra. Suku Lampung diyakini sebagai penyebab penggunaan bahasa Lampung. Suku-suku Lampung secara geografis menempati wilayah mulai dari Kepaksian Paksi Pak Sakala Brak di Lampung Barat Lampung Timur hingga ke bagian wilayah Sumatra Selatan dan Bengkulu, bahkan di pantai barat Banten. Wilayah yang menjadi Kota Bandar Lampung era Pemerintah Hindia Belanda masuk wilayah Onder Afdeling Telokbetong (Stbls 1912 No 462) terdiri ibu kota Telokbetong dan wilayah sekitarnya. Sebelum tahun 1912, Ibu kota Telokbetong ini meliputi juga Tanjungkarang, 5 km di sebelah utara Kota Telokbetong. Ibu kota Onder Afdeling Telokbetong adalah Tanjungkarang, sementara Kota Telokbetong sebagai ibu kota Residentie Lampung. Semasa Jepang, kota Tanjungkarang-Telokbetong dijadikan shi (Kota). Lalu sejak era RI, Kota Tanjungkarang dan Kota Telokbetong menjadi bagian dari Kabupaten Lampung Selatan hingga diterbitkannnya UU No 22 tahun 1948 yang memisahkan kedua kota dari Kabupaten Lampung Selatan dan dibentuk Kota Tanjungkarang-Telukbetung. PP No 24 tahun 1983, nama Kotamadya Tanjungkarang-Telukbetung diubah menjadi Kotamadya Bandar Lampung (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah tata kota di Bandar Lampung, Tanjung Karang dan Teluk Betung? Seperti disebut di atas nama Bandar Lampung adalah nama baru, tetapi Teluk Betung dan Tanjung Karang sudah lebih awal eksis sebagai kota-kota. Bagaimana perkembangan Kawasan teluk Lampung diantara orang Banten dan penduduk asli Lampung? Lalu bagaimana sejarah tata kota di Bandar Lampung, Tanjung Karang dan Teluk Betung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Tata Kota Indonesia (33): Tata Kota Padang Sidempuan dan Sibolga di Tapanuli; Orang Cina di Angkola dan Charles Miller


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Tata Kota di Indonesia di blog ini Klik Disini

Ada pepatah lama: ‘ketika Medan masih sebuah kampong, Padang Sidempoean sudah menjadi kota’. Implikasinya, ketika kampong Medan mulai tumbuh menjadi kota, orang Padang Sidempoean banyak migrasi ke Medan. Yang menjadi kepala kampong pertama di kampong Kesawan adalah orang Padang Sidempoean. Kampong Kesawan dalam perkembangan kota, menjadi pusat kota Medan. Pada tahun 1880 Padang Sidempoean adalah kota terbesar kedua di Sumatra (setelah Padang—ibu kota provinsi). Padang Sidempoean menjadi ibu kota Residentie Tapanoeli (province Sumatra’s Wesykust) tahun 1885 tetapi direlokasi kembali ke Sibolga tahun 1905 (seiring pemisahan Residentie Tapanoeli dari province Sumatra’s Westkust).


Padang Sidempuan sebuah kota di provinsi Sumatra Utara, kota terbesar di wilayah Tapanuli, dikenal sebagai Kota Salak (lembah di lereng gunung Lubukraya, kawasan perkebunan salak. Nama kota berasal dari "Padang na dimpu", dalam Bahasa Batak Angkola; padang artinya hamparan atau kawasan luas, na artinya yang, dan dimpu artinya tinggi. Pada zaman dahulu daerah ini merupakan tempat persinggahan para pedagang dari berbagai wilayah, pedagang ikan dan garam dari Sibolga–Padangsidimpuan–Panyabungan, Padang Bolak. Seiring perkembangan zaman, tempat persinggahan ini semakin ramai dan kemudian menjadi kota. Kota ini dibangun pertama kali sebagai benteng pada tahun 1821 oleh pasukan Paderi yang dipimpin oleh Tuanku Lelo. Benteng ini membentang dari Batang Ayumi sampai Aek Sibontar. Sisa-sisa benteng peninggalan Perang Paderi saat ini masih ditemukan, walau sudah tidak terawat dengan baik. Salah satu pengaruh pasukan Paderi ini pada kota bentukan mereka ialah agama yang dianut oleh mayoritas penduduk kota ini, yaitu agama Islam. Pada zaman penjajahan Belanda, kota Padangsidimpuan dijadikan pusat pemerintahan oleh penjajah Belanda di daerah Tapanuli. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah tata kota di Padang Sidempuan dan Sibolga di Tapanuli? Seperti disebut di atas, kota Padang Sidempoean berada di pedalaman di Tapanuli pernah menjadi kota terbesar kedua di Sumatra yang mana saat itu menggantikan Sibolga sebagai ibu kota residentie Tapanoeli. Namun sebelum itu di masa lampau ada kisah Orang Cina di Angkola dan ekepedisi Charles Miller ke Angkola. Lalu bagaimana sejarah tata kota di Padang Sidempuan dan Sibolga di Tapanuli? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.