Senin, 07 Desember 2020

Sejarah Singapura (19): Sejarah Muar dan Kerajaan Aru; Orang Moor di Pantai Barat Semenanjung Malaya dan Pulau Moro, Riau

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Singapura dalam blog ini Klik Disini

Nama Muar pada masa ini di Malaysia tidaklah penting. Namun nama Muar pada masa lampau di Semenanjung Malaya sungguh begitu penting. Mengapa? Besar dugaan Muar adalah kota kedua di pantai barat Semenanjung Malaya (setelah Malaka). Kota Malaka banyak dihuni oleh orang-orang India, sedangkan Muar dihuni oleh orang-orang Moor. Oleh karena itu nama tempat, nama sungai dan nama gunung disebut Moor. Namun lambat laun nama Moor bergeser menjadi Moar, Moear dan Muar. Catatan: orang Moor adalah pelaut-pedagang beragama Islam yang berasal dari Afrika Utara di laut Mediterania (kini Tunisia dan Morocco). Orang Moor adalah pendahulu (predecessor) orang Portugis.

Muar adalah sebuah kota yang terletak di Distrik Muar, Johor, Malaysia. Kota ini juga merupakan ibu kota distrik Muar. Daerah Muar terletak di tenggara Malaka dan di barat laut Johor. Daerah Muar terdiri daripada bandar dan kini lebih dikenali dengan nama Bandar Maharani, Dipercayai sejarah Muar telah bermula lebih awal daripada Malaka. Pada tahun 1361, terdapat catatan yang menyatakan Muar adalah sebahagian daripada wilayah Majapahit. Catatan lain pula ada menyebut bahawa Parameswara, pengasas Malaka, pernah menubuhkan penempatan di Pagoh, Ulu Muar selepas melepaskan diri dari Temasik bergabung dengan Malaka. Muar juga adalah tempat terletaknya satu-satunya makam kesultanan Melaka, Sultan Alauddin Riayat Shah (1477-1488). Muar turut memainkan peranan penting buat Sultan Malaka dalam menahan serangan tentera Portugis pada tahun 1511. Pada era Portugis di Muar juga dibangun benteng Fortaleza de Muar dalam usaha untuk mempertahankan koloni Portugis dari serangan Belanda (VOC) dan Aceh. Pada era kekuasaan Inggris di Muar terbentuk kerajaan yang diperintah oleh Sultan Ali Iskandar Shah dalam masa yang singkat (1855–1877). Dalam perkembangannya Muar selama bertahun-tahun adalah bandar yang kedua terbesar di Johor tetapi kedudukan tersebut telah diambil alih oleh Batu Pahat (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah kehadiran orang-orang Moor di Muar? Setelah orang-orang Portugis menaklukkan Malaka, orang Moor terpecah ke segala penjuru (Hindia Timur) termasuk merapat ke Kerajaan Aroe di daerah aliran sungai Baroemoen (Padang Lawas). Kerajaan Aroe pernah menyerang kerajaan Malaka sebelum ditaklukkan Portugis. Bagaimana bisa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah internasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Nama Muar: Moor, Moar, Moear, Muar

Tunggu deskripsi lengkapnya

Nama Moro: Pulau Moro, Pulau Morotai dan Bangsa Moro

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar