*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Singapura dalam blog ini Klik Disini
Nama
Changi kini begitu populer bahkan sepopuler nama Singapoera. Hal itu karena di
district Changi sejak era Inggris telah dibangun lapangan terbang untuk militer.
Kini, lapangan terbang tersebut telah bertransformasi menjadi bandara
internasional yang canggih. Oleh karena itu menjadi penting bagaimana sejarah
asal-usul Changi dan mengapa dipilih menjadi area dimana lapangan terbang
dibangun.
Lapangan terbang Changi awalnya dibangun untuk
kebutuhan terbatas bagi militer Inggris di Semenanjung Malaya. Pada tahun 1924
lapangan terbang ini digunakan untuk salah satu pendaratan transit pesawat
Foker F-VII dalam rangka penerbangan pertama jarak jauh dari Amsterdam ke
Batavia. Jalur yang digunakan dari Ranggoen ke Medan dan dari Medan ke
Singapoera, lalu ke Batavia (Tjililitan tiba 1 Oktober) via Muntok (Bangka).
Penerbangan inilah penerbangan pertama yang paling jauh dengan menempuh 15.899
Km dalam 20 hari terbang, termasuk hari untuk istirahat dan perbaikan). Panitia
Penerbangan Hindia Belanda langsung mengirim telegram ke Ratu Wilhelmina dan
sang Ratu langsung mengirim ucapan selamat. Ucapan selamat juga disampaikan
kepada tiga penerbang dan langsung mendapat bintang (lihat De
Zuid-Willemsvaart, 25-11-1924). Disebutkan para penerbang itu adalah Commandant
van der Hoop, Luitenant van Woerden Poelman dan mekanik van den Broek. Hanya
dua penerbang yang tiba di Hindia, Luitenant van Woerden Poelman ditinggal di
India (Inggris) untuk diganttikan oleh penerbang Hindia Belanda yang lebih
memahami wilayah Hindia Belanda. Pada hari Sabtu pesawat F-VII berangkat ke
Singapura dan keesokan harinya ke Muntok (Bangka) dan hari Senin dilanjutkan
menuju Batavia.
Lantas
bagaimana sejarah awal Changi di pulau Singapura? Bagaimana sejarah awal pembangunan lapangan terbang
Changi? Yang jelas di teluk Changi pernah didirikan pos
militer oleh Inggris. Lalu mengapa nama Changi menjadi penting saat itu? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah internasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika
sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam
penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut
di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja*.
Nama Changi di Pulau
Singapoera
Tunggu
deskripsi lengkapnya
Lapangan Terbang Changi
Tunggu deskripsi
lengkapnya
*Akhir
Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok
sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan
Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti
di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi
berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau.
Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu
senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah),
tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis
Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang
dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar