*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Pada masa ini, listrik adalah sumber energi yang menjadi kebutuhan pokok di era teknologi komunikasi. Negara hadir dalam kebutuhan pokok ini melalui PT PLN. Namun produksi listrik kuasa negara belum pernah tercukupi, lebih-lebih di wilayah pedesaan yang jauh dari jangkauan jaringan listrik nasional. Dalam hal ini peran swasta masih ada. Namun itu belum sepenuhnya mencukupi dan mampu melayani semua penduduk. Salah satu tokoh nasional Tri Mumpuni peduli pada kebutuhan listrik di wiklayah-wilayah remote area. Kebetulan Tri Mumpuni adalah teman sekelas sewaktu kuliah. Akhirnya Akhir bertemu kembali Puni di dalam artikel ini: Minal aidin wal faizin.
Lantas bagaimana sejarah listrik di Indonesia? Seperti disebut di atas, pengadaan listrik di Indonesia dimulai sejak era Hindia Belanda. Meski demikian, hinga era Republik Indonesia belum sepenuhnya tercukupi bahkan hingga kehadiran tokoh listrik nasional Tri Mumpuni. Lalu bagaimana sejarah listrik di Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Pahlawan Indonesia dan Sejarah Listrik di Indonesia: Swasta Belanda hingga Listrik Negara
Penggunaan tenaga leistrik sudah lama ada, bahkan penggunaan jaringan kabel listrik ke rumah-rumah sudah ada. Lalu bagaimana dengan di Hindia. Pada tahun 1890an sudah ada yang menawarkan produk mesin listrik dengan menggunakan minyak bumi (BBM). Ibarat masa kini, mesin mobil yang menghasilkan listrik lalu dialirkan ke bohlam mobil. Juga sudah lama ada mesin-mesin listrik seperti dinamo sepeda yang listriknya dialirkan ke bohlam sepeda. Namun untuk kebutuhan listrik dalam penerangan rumah, gedung atau hotel dengan jaringan listrik (kabel listrik) belum ada. Untuk pembanguna trem listrik sudah dimungkinkan. Untuk menghasilkan jumlah listrik yang besar diperlukan turbin.
Pada tahun 1896 Pemerintah Hindia Belanda mulai memberikan konsesi untuk pengoperasian listrik di Hindia. Konsesi yang diberikan adalah perusahaan listrik pemerintah Nederlandsch-Indische Electriciteit Maatschappij (NIEM). Perusaan ini akan mengoperasikan bisninya di Batavia.
Segera setelah mendapat izin konsesi listrik perusahaan NIEM segera mengumumkan kepada masyarakat. Ini mengindikasikan bahwa warga Batavia akan mendapat layanan listrik untuk yang pertama.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Sejarah Listrik di Era Republik Indonesia: PLN hingga Gagasan Tri Mumpuni
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar