Kamis, 02 Maret 2023

Sejarah Malang (17): Kopi Malang, Sentra Produksi Dimana?Era Hindia Belanda Harga Tertinggi Kopi Angkola - Kopi Mandailing


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Ada kopi Lampung, kopi Prenager, kopi Semarang dan sebagainya, tetapi dimana itu diproduksi? Akan tetapi itu tidak ada yang bertanya. Demikian juga dengan kopi Malang. Salah satu sentra kopi di (wilayah) Malang berada di Dampit. Sementara itu tempo doeloe, kopi Angkola dan kopi Mandailing (di residentie Tapanoeli) cukup dikenal, tidak hanya di Hindia Belanda (baca: Indonesia) juga di Eropa dan Amerika. Harga kopi Angkola dan kopi Mandailing tertinggi di Hindia Belanda. Bagaimana dengan kopi Malang?


Kopi Dampit Malang, Kopi Unggulan Indonesia Dikenal hingga Internasional. Tugumalang.id. 14 Feb 2022.  Kopi Dampit mungkin sudah tidak asing lagi. Kopi robusta unggulan ini, bahkan sudah dikenal hingga dunia internasional. Kopi Dampit dibudidayakan di kabupaten Malang, khususnya kecamatan Dampit yang menjadi salah satu daerah penghasil kopi robusta terbaik. Sejak masa penjajahan Belanda, Malang khususnya Dampit sudah dikenal sebagai penghasil biji kopi. Tidak diketahui secara pasti tahun berapa mulai penanaman tersebut. Namun dilihat dari bekas bangunan yang tersisa, kopi di Malang sudah ada sekitar tahun 1800-an. Kopi Dampit dibudidayakan di lahan baik serta ketinggian lebih dari 900 M dpl. Kondisi geografis Malang, khususnya Kabupaten Malang yang dikelilingi gunung, 20 hingga 26 C wilayah yang cocok perkebunan kopi. Kopi Dampit diakui sebagai salah satu kopi kualitas terbaik oleh dunia. Hampir 90 persen kopi diproduksi di Dampit diekspor. Di luar negeri, terutama di kawasan Eropa, Kopi Dampit sangat terkenal. Terutama jenis kopi robusta yang dianggap punya special taste. Dijelaskan dari Kopikocang.com bahwa aroma yang sangat khas setelah biji kopi disangrai. Wangi yang keluar wangi caramel dan juga manis roti yang baru matang. Ketika diminum, kopi akan terasa kekentalan yang ditambah acidity yang rendah dengan sensasi akhir rasa caramel dan juga sedikit aroma earthy yang terasa, serta tercium cukup lama. Inilah yang menjadi ciri khas tersendiri dari Kopi Dampit yang menjadi daya tarik bagi para pecinta kopi. (https://tugumalang.id/)

Lantas bagaimana sejarah kopi Malang, sentra produksi dimana? Seperti disebut di atas, salah satu Sentara kopi di wilayah Malang pada masa ini berada di (wilayah) Dampit. Bagaimana dengan masa lampau? Lalu bagaimana sejarah kopi Malang, sentra produksi dimana? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Kopi Malang, Sentra Produksi Dimana? Era Hindia Belanda Harga Tertinggi Kopi Angkola dan Kopi Mandailing

Sejak kapan (tanaman) kopi diintroduksi di wilayah Malang? Yang jelas kopi di wilayah Indonesia dintroduksi oleh orang-orang Eropa/Belanda sejak era VOC hingga era Pemerintah Hindia Belanda. Lalu kapan penanaman kopi dimulai di wilayah Malang? Yang jelas introduksi kopi di wilayah Semarang sudah dimulai pada tahun 1724.


Kehadiran orang Eropa/Belanda di wilayah Malang dalam kaitan perdagangan dimulai pada decade-dekade terakhir era VOC.  Situasi dan kondisi ini terus berlangsung hingga permulaan Pemerintah Hindia Belanda (sejak 1800). Kehadiran orang Eropa/Inggris di Malang terjadi dalam periode singkat pada masa pendudukan Inggris (1811-1816). Meski cukup singkat, Raffles telah memperluas tanah-tanah partikelir di wilayah pantai timur Jawa (wilayah tapal kuda seperti Pasoeroean dan Bezoeki). Pada tahun 1818 Pemerintah Hindia Belanda membentuk cabang pemerintah di wilayah Malang (Residentie Pasoeroean) dengan menempatkan pejabat setingkat Asisten Residen di Malang. Hingga sejauh ini keberadaan pengusahaan kopi di wilayah Malang belum terinformasikan. Sebagai perbandingan, di wilayah Bagelan, introduksi kopi baru dimulai pasca Perang Jawa (1825-1830). Sementara itu, di wilayah Buitenzorg dan Preanger sudah diintroduksi kopi sejak 1713 dan pada tahun 1839 semasa GG van den Bosch mulai diterapkan koffistelsen yang kemudian diperluas ke wilayah Semarang dan wilayah Pantai Barat Sumatra. Lalu apakah pada fase koffiestelsen ini kopi diintroduksi di wilayah Malang?

Dalam maklumat pemerintah (kantor residen Pasoeroean) yang dimuat dalam surat kabar Javasche courant, 08-01-1840 menginformasikan kepada public pada hari Rabu tanggal 29 Januari 1840 untuk pengambilan kopi hasil panen tahun 1840, diantarkan dari afdeeling Malang dan Bangil ke gudang-gudang pemerintah di Pasoeeroean. Bagi yang berminat mengajukan proposal untuk dilakukan tender (seleksi pemenang).


Lokasi gudang-gudang kopi pemerintah yang ditenderkan tersebut terdapat di empat tempat yakni: (1) Persil dari pakhuis di Sissir (Bato), jarak 47 pal diperkirakan sebanyak 25.000 pikol. (2) Persil dari pakhuis di Malang, jarak 35 pal diperkirakan mencapai 30.000 pikol. (3) Persil pakhuis di Singo Sarie (Glandang), berjarak 28 pal diperkirakan 20.000 pikol. (4) Persil dari pakhuis di Bangil, berjarak 10 paal diperkirakan mencapai 7.000 pikol. Pasoersoean tanggal 28 Desember 1939 tertanda Direktur Keungan Residentie Pasoeroean.

Keterangan pemerintah tersebut mengindikasikan bahwa area penanaman kopi sudah begitu luas di wilayah (afdeeling) Malang. Saat tender dilakukan pertanaman kopi di Malang sudah menunjukkan produksi yang massif, artinya sudah banyak pohon-pohon kopi yang telah menghasilkan.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Era Hindia Belanda Harga Tertinggi Kopi Angkola dan Kopi Mandailing: Bagaimana Sejarah Kopi Dampit di Malang?

Wilayah Malang (Singosari, Malang dan Batoe) di masa awal menjadi sentra produksi kopi terpenting di wilayah Residentie Pasoeroean, mungkin terluas di wilayah Oost Java. Wilayah yang telah berproduksi pada tahun 1840 masih terbatas di wilayah dekat, belum mencapai wilayah-wilayah yang jauh seperti di selatan Malang (Kepandjen). Seperti di wilayah lain di Hindia Belanda, perkebunan kopi telah membentuk ekonomi kopi yang mempercepat pertumbuhan ekonomi wilayah yang juga pada gilirannya memicu munculnya bisnis-bisnis yang lain. Kopi sendiri adalah komoditi ekspor. Dalam perkembangannya telah terbentuk system ekonomi bisnis kopi di wilayah Malang.


Pada tahun 1867 di wilayah Malang sudah terbentuk pabrik kopi (lihat Tijdschrift voor Neerland's Indie, 1868). Disebutkan di distrik Batoe, dua ribu delapan ratus kaki di atas laut, ada pabrik penggilingan kopi, yang penulis katakan sebagai berikut: ‘Saya pergi melihat pabrik kopi milik pedagang-pedagang Eropa; rodanya besar, hampir sebesar pabrik gula, dan juga digerakkan oleh air. Buah yang akan dikupas adalah milik para petani dan merupakan kopi Pemerintah. Populasi penduduk yang memetik kopi di kebun, langsung membawanya ke penggilingan, selagi masih basah dan masih ada kulitnya; petugas penggilingan menerimanya dan mengupasnya. Setelah kulitnya terlepas, kopi dikembalikan kepada pemiliknya, agar penduduk tidak kesulitan mengupasnya. Apabila juru tulis telah menerima dua pikol “basah dan terkupas”, ia mengembalikan satu pikol bersih, dan kelebihannya menjadi keuntungan juru tulis. Bagian pedagang dari kopi, seperti halnya bagian penduduk, dijual kepada Pemerintah; setiap tahun distrik Batoe memasok enam puluh ribuan pikol kopi’.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar