Kamis, 03 Agustus 2023

Sejarah Sepak Bola Indonesia (23): Jepang dan Era Perang Kemerdekaan di Indonesia; Sepak Bola di Barak Militer Hindia Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Aceh dalam blog ini Klik Disini

Kita tidak sedang berbicara sepak bola pada masa kini, membandingkan antara sepak bola Indonesia dan sepak bola Jepang. Kita sedang membicarakan sepak bola di Indonesia semasa pendudukan militer Jepang (1942-1945) dan era perang kemerdekaan Indonesia (1945-1949). Apakah serdadu Jepang bermain sepak bola? Apakah orang Belanda masih bermain sepak bola di kamp interniran? Bagaimana dengan pemain sepak bola Indonesia?


Memori Sejarah: Timnas Indonesia Pernah Bantai Jepang Tanpa Ampun. Galih Priatmojo. Selasa, 21 Juni 2022. SuaraJogja.id. Dalam sejarahnya, Timnas Indonesia mampu kalahkan tim Jepang. Beberapa kali tim Merah-Putih pesta gol. Timnas Indonesia pernah menduduki ranking ke-97 tahun 1997. Namun kenyataan saat ini berbeda jauh dengan apa yang terjadi pada kejayaan masa silam. Dulunya, Jepang yang kerap dipecundangi oleh Timnas kini berada jauh di bawah level Jepang. Dari 15 kali pertemuan, Timnas Indonesia hanya mampu 5 kali meraih kemenangan dan 3 kali hasil imbang. Pertama kali bertemu pada 1 Mei 1954 di turnamen Asian Games. Indonesia menang dengan skor 5-3. Pertemuan kedua di Turnamen Merdeka 11 Agustus 1968. Skuad Garuda berhasil membantai tim Samurai Biru dengan skor telak 7-0. Terakhir terjadi pada laga persahabatan 24 Februari 1981 skor 2-0. Pertemuan terakhir skuad Garuda dengan tim Samurai Biru terjadi di ajang Kualifikasi Piala Dunia tahun 1990 (takluk dengan skor besar 0-5). Melihat pencapaian Timnas Indonesia dari zaman dulu hingga saat ini yang menunjukkan garfik menurun. (https://jogja.suara.com/)

Lantas bagaimana sejarah pendudukan Jepang dan era perang kemerdekaan Indonesia? Seperti disebut di atas, dunia sepak bola di Indonesia semasa pendudukan Jepang dan perang kemerdekaan Indonesia adalah fase yang tidak normal. Dalam hubungan ini bagaimana sepak bola di barak militer Hindia Belanda dan barak militer pendudukan Jepang. Lalu bagaimana sejarah pendudukan Jepang dan era perang kemerdekaan Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Pendudukan Jepang dan Era Perang Kemerdekaan Indonesia; Sepak Bola di Barak Militer Hindia Belanda

Soal sepak bola melekat pada diri Radjamin Nasoetion. Memulai karir sepak bola di klub STOVIA (1907-1909). Pada tahun 1923 Radjamin Nasoetion, pejabat bea dan cukai di Medan mendirikan perserikatan (bond) sepak bola pribumi dengan nama DVB (Deli Voetbalbond) (lihat De Sumatra Post terbitan 13-02-1923). Singkat perjalanan: Radjamin Nasoetion bulan September 1929, dari Medan dipindahkan kembali ke Soerabaja. Di luar pekerjaan utama (bea dan cukai), awal November, Radjiman dan kawan-kawan mendirikan Sarikat Pekerja Bea dan Cukai. Radjamin Nasoetion menjadi pengurus Persatoean Bangsa Indonesia (PBI) di Soerabaja (dipimpin oleh Dr Soetomo, rekannya dulu semasih studi di STOVIA). Pada tahun 1931 Radjamin terpilih sebagai anggota dewan kota (gemeenteraad) Soerabaja (lihat Soerabaijasch handelsblad, 11-03-1931). Dr Soetomo sumringah, sebab Radjamin Nasoetioan adalah kader partai PBI (Partai Bangsa Indonesia). Meski sangat sibuk, Radjamin tahun 1933 diketahui sebagai kapten bermain kesebelasan PBI.


Radjamin Nasoetion bersedih. Sobatnya Dr Soetomo meninggal dunia di Soerabaja, 30 Mei 1938 (lihat De Maasbode, 30-05-1938). Radjamin Nasoetion menjadi sangat sibuk. Radjamin adalah anggota dewan senior (wethouder) di Soerabaja (tokoh paling berpengaruh). Radjamin salah satu petinggi (sekretaris) Parindra kota Soerabaja (lihat Soerabaijasch Handelsblad tanggal 20-07-1938). Bataviaasch Nieuwsblad, 22-08-1938, Radjamin salah satu yang berhasil dari delapan orang mewakili Oost Java untuk Volksraad dari Parindra. Menurut koran De Indische Courant, 24-09-1938, Radjamin adalah salah satu dari empat anggota gemeneteraad Soerabaia ke Volksraad. Radjamin Nasoetion yang sudah menyandang nama ‘arek soerabaia’ masih sering bolak-balik dari Batavia ke Soerabaia. Bulan April 1940, Radjamin turba kembali ke Surabaya. Dia berkeliling kota, blusukan ke tempat-tempat tertentu: pasar, pinggir jalan (proyek pembangunan jalan), stasion, terminal dan perkampungan. Radjamin tidak segan-segan mengkritik pegawai kota yang berbangsa Belanda yang tidak becus melaksanakan tupoksinya. Radjamin blusukan minta langsung didampingi oleh burgemeester Fuchter. Walikota bangsa Belanda ini mau tak mau haru ‘nurut’ karena anggota Volksraad meski pribumi. Radjamin kepada bangsa Belanda, sangat galak, tetapi sangat mencintai rakyatnya dan sangat hormat kepada teman-teman.

Pada tahun 1942 di Soerabaja, Radjamin tiba-tiba mendapat surat dari anak perempuannya, yang bersuamikan dokter berdinas di Tarempa, Tandjong Pinang, Riouw. Surat ini ditujukan kepada khalayak dan cepat beredar, karena termasuk berita penting. Surat kabar Soeara Oemoem yang terbit di Surabaya mempublikasikan isi surat keluarga (anak kepada ayahnya) tersebut menjadi milik publik sebagaimana dikutip oleh koran De Indische Courant tanggal 08-01-1942. Berikut isi surat tersebut.


Tandjong Pinang, 22-12-194l.

 

Dear all. Sama seperti Anda telah mendengar di radio Tarempa dibom. Kami masih hidup dan untuk ini kita harus berterima kasih kepada Tuhan. Anda tidak menyadari apa yang telah kami alami. Ini mengerikan, enam hari kami tinggal di dalam lubang. Kami tidak lagi tinggal di Tarempa tapi di gunung. Dan apa yang harus kami makan kadang-kadang hanya ubi. Tewas dan terluka tidak terhitung. Rumah kami dibom dua kali dan rusak parah. Apa yang bisa kami amankan, telah kami bawa ke gunung. Ini hanya beberapa pakaian. Apa yang telah kami menabung berjuang dalam waktu empat tahun, dalam waktu setengah jam hilang. Tapi aku tidak berduka, ketika kami menyadari masih hidup.

 

Hari Kamis, tempat kami dievakuasi….cepat-cepat aku mengepak koper dengan beberapa pakaian. Kami tidak diperbolehkan untuk mengambil banyak. Perjalanan menyusuri harus dilakukan dengan cepat. Kami hanya diberi waktu lima menit, takut Jepang datang kembali. Mereka datang setiap hari. Pukul 4 sore kami berlari ke pit controller, karena pesawat Jepang bisa kembali setiap saat. Aku tidak melihat, tapi terus berlari. Saya hanya bisa melihat bahwa tidak ada yang tersisa di Tarempa.

 

Kami mendengar dentuman. Jika pesawat datang, kami merangkak. Semuanya harus dilakukan dengan cepat. Kami meninggalkan tempat kejadian dengan menggunakan sampan. Butuh waktu satu jam. Aku sama sekali tidak mabuk laut….. Di Tanjong Pinang akibatnya saya menjadi sangat gugup, apalagi saya punya anak kecil. Dia tidak cukup susu dari saya...Saya mendapat telegram Kamis 14 Desember supaya menuju Tapanoeli...Saya memiliki Kakek dan bibi di sana…Sejauh ini, saya berharap kita bisa bertemu….Selamat bertemu. Ini mengerikan di sini. Semoga saya bisa melihat Anda lagi segera.

Invasi Jepang telah terjadi, penyerangan oleh Jepang dimulai dengan pengeboman di Filipina dan Malaya/Singapura. Pemboman oleh Jepang di Tarempa merupakan bagian dari pengeboman yang dilakukan di wilayah Singapura. Tarempa sangat dekat dari Singapura. Orang-orang sangat panik.


Tanggal 3 Februari 1942 perang benar-benar meletus di Kota Surabaya. Pasukan Jepang selama satu bulan beberapa kali mengebom Kota Surabaya. Koran Soerabaijasch Handelsblad yang menjadi salah satu sumber utama artikel tentang Radjamin ini, lama tidak terbit. Baru terbit kembali pada tanggal 26-02-1942. Dalam terbitan tersebut, dilaporkan terjadi perubahan di Dewan Kota Soerabaja, Radjamin diangkat sebagai wakil ketua. Syarat itu dipenuhi (sebagai wethouder) tetapi mengapa harus tiba-tiba. Apakah orang Belanda membujuk pribumi karena sudah memasuki perang? Foto: Pasukan Jepang memasuki kota Soerabaja

Pada tanggal 8 Maret 1942 pemerintahan Belanda di Indonesia benar-benar takluk tanpa syarat kepada pasukan Jepang. Pada hari itu juga kekuasaan Gemeente (Pemerintahan Kota) Surabaya berpindah tangan kepada militer (pasukan tentara) Jepang. Lantas Dewan Kota dibubarkan. Namun demikian, pada fase konsolidasi ini, pihak Jepang masih memberi toleransi dua kepemimpinan di dalam kota. Walikota Fuchter masih dianggap berfungsi untuk kepentingan komunitas orang-orang Eropa saja. Sementara walikota di kubu Indonesia dibawah perlindungan militer Jepang ditunjuk dan diangkat Radjamin Nasoetion--Wethouder.


Jepang memilih Radjamin dibandingkan yang lain karena Radjamin satu-satunya tokoh pribumi di Surabaya yang memiliki portfolio paling tinggi. Radjamin selain dikenal sebagai Wethouder (tokoh anggota dewan kota) yang pro rakyat. Radjamin juga diketahui secara luas sangat dekat dengan rakyat dan didukung tokoh-tokoh ‘adat’ di Surabaya. Radjamin juga berpengalaman dalam pemerintahan era Hindia Belanda sebagai pejabat tinggi (eselon-1) di Bea dan Cukai.

Koran Soerabaijasch Handelsblad  yang beberapa minggu terakhir berhenti terbit, terbit kembali tanggal 27-04-1942. Disebutkan bahwa Radjamin telah membentuk panitia peringatan ulang tahun Tenno Haika. Panitia terdiri dari, ketua: Ruslan Wongsokoesoemo, dan sekretaris: Dr Angka Nitisastro. Kegiatan menghormati Raja Jepang itu meliputi berbagai kegiatan, seperti karnaval, hiburan rakyat, dan pertandingan sepak bola. Untuk pertandingan sepak bola dilaksanakan tiga hari 28-30 April 1942 yang diikuti empat klub, yakni: Persibaja (Persatuan Sepakbola Indonesia, Soerabaja), HBS, Tiong Hwa dan Excelsior.


Hal-hal lainnya dalam pemerintahan walikota Radjamin adalah tentang registrasi warga sipil (pasukan Belanda sendiri sudah ditahan oleh pasukan Jepang). Dalam koran Soerabaijasch handelsblad, 28-04-1942 terdapat sebuah maklumat dari Walikota Radjamin, bahwa akan diadakan sensus untuk orang-orang Eropa antara tanggal 1 Mei hingga 10 Mei 1942. Sedangkan warga-warga asing lainnya dilakukan setelah tanggal 10 Mei. Disamping itu, juga dilakukan penyelesaian masalah-masalah perdata terkait dengan warga asing. Masa transisi ini akan berlangsung hingga tanggal 31 Agustus 1942.

Koran Soerabaijasch Handelsblad  tanggal 30 April 1942 mengabarkan telah berlangsung karnaval kemarin. Setiap grup dalam karnaval memberi penghormatan kepada tribun undangan. Dalam tribun ini tampak Gubernur (bangsa Jepang); wakil gubernur Soewarso Tirtowiogjo dan Walikota Surabaya, Radjamin Nasoetion.


Koran Soerabaijasch Handelsblad  tanggal 1 Mei 1942 memberitakan bahwa Radjamin hadir di stadion dalam partai final sepak bola tanggal 30 April 1942. Radjamin memberikan hadiah kepada tim juara dan pemain terbaik. Radjamin jelas berbunga-bunga di tengah rakyat ‘gibol’, sebab Radjamin sendiri adalah juga seorang pemain sepakbola di STOVIA, pendiri Deli Voetbal Bond di Medan, pembina PSSI di Surabaya (saat itu NIVU yang diakui FIFA), dan kapten tim klub sepak bola PBI Soerabaja.

Soerabaijasch handelsblad, 30-05-1942 memuat maklumat Radjamin bahwa pendaftaran orang asing akan ditutup dan selesai hari Rabu tanggal 10 Juni 1942. Untuk sementara seperti diberitakan Soerabaijasch handelsblad 21-05-1942 bahwa orang asing yang sudah terdata hingga 1 Mei baru sebanyak 9.875 orang, yang terdiri dari Eropa. 2.401 laki-laki dan 4.426 perempuan, Cina, 1.566 laki-laki dan 932 perempuan, dan Timu asing lainnya. 383 laki-laki dan 160 perempuan.


Pendaftaran ini dimaksudkan untuk menghitung seberapa banyak orang asing yang masih dianggap loyal. Militer Jepang memandang khususnya orang Cina adalah bagian dari Asia, sehingga diperlakukan dengan baik dan damai. Mereka orang asing Cina dianggap bisa memainkan peran dalam bisnis sebagaimana sebelumnya. Disarankan kepada orang Cina yang kaya dapat membantu orang Cina yang miskin untuk mendaftar, agar mereka tetap di Surabaya dan tidak terbawa arus dalam proses deportasi bagi orang asing yang tidak menerima kehadiran Jepang di Surabaya.

Sesuai kebijakan Pemerintah Jepang di Indonesia, pada bulan September 1942 Jepang menurunkan posisi walikota Radjamin menjadi Wakil Walikota, sementara Walikota diisi dan diangkat dari bangsa Jepang sendiri. Walikota yang diangkat adalah Takahashi Ichiro. Dalam hal ini, penurunan posisi Radjamin bukanlah karena kualitasnya, tetapi semata-mata karena berubahnya misi dan kepentingan politik Jepang di Indonesia. Lantas bagaimana dengan kegiatan sepak bola di Soerabaja dan kota-kota lainnya di Indonesia?

Tunggu deskripsi lengkapnya

Sepak Bola di Barak Militer Hindia Belanda: Bagaimana Orang Belanda di Kamp Interniran?

Pada bulan Desember, menyambut Natal, di Bandoeng akan dilakukan pertandingan dalam satu tunanmien mini dengan tim tuan rumah klub UNI Bandoeng yang diberi nama UNI Kers Tournooi (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 04-12-1941). Pertandingan di Bandoeng ini terbilang penting. Disebutkan akan datang ke Bandoeng, dua tim Cina klub Tiong Hoa dari Soerabaja dan klub UMS dari Batavia. Sebelum UNI vs Tiong Hoa dilakukan lebih dulu UMS vs klub Sidolig Bandoeng, UMS vs Tiong Hoa, Tiong Hoa vs tim perserikatan VBBO dan Tiong Hoa vs UNI. Jadwal pertandingan akan diadakan tiga hari. Hari Kamis, 25 Desember antara UMS Batavia dan Sidolig (Bandoeng). Hari Jumat, 26 Desember klub Tiong Hoa vs UMS. Sabtu, 27 Desember klub Tiog Hoa vs VBBO. Minggu 28 Desember klub Tiong Hoa vs UNI.


Di Soerabaja juga akan diadakan sejumlah pertandingan antar satu klub di Soerabaja dengan klub lainnya yang ada di Soerabaj (lihat Soerabaijasch handelsblad, 06-12-1941). Pertandingan-pertandingan dilakukan setelah hampir satu bulan kompetisi di bond SVB. Pertandingan antara lain antara HBS vs Excelsior pada Minggu di stadlon HBS di Tambaksari; RKS vs Ajax; Annasher vs Thor. Sementara itu di Batavia kompetisi VBO (divisi utama diikuti delapan klub) masih berlangsung mendekati berakhir paruh musim. Klub UMS dan klub VVM sudah menyelesaikan pertandingannya yang ketujuh. Klub BVC adalah klub pribumi orang Batak (Bataksche Voetbalclub) didirikan tahun 1933. Di Medan sedang jeda kompetisi OSVB. Satu pertandingan pada bulan Desember adalah tim Handelssport dari Sibolga bertandingan ke Medan (lihat De Sumatra post, 05-12-1941). Di Semarang kompetisi sudah lama jeda. Pertandingan sepak bola di Semarang terakhir pada bulan Oktober klub VIOS dari Batavia melakukan sejumlah pertandingan di Semarang.

Satu yang terpenting menjelang detik-detik invasi Jepang ke Indonesia adalah pengunduran diri federasi nasional sepak bola Hindia Belanda (NIVU) dari keanggotaan FIFA yang dikirimpak tangga 30 September (lihat Soerabaijasch handelsblad, 13-01-1942). Keputusan itu dibuat pada rapar terakhir NIVU di Bandoeng. Pimpinan NIVU telah menyampaikan kepada Hoen, (orang Belanda) yang merupakan perwakilan Asia Timur di FIFA (Hindia Belanda masuk zona Asia Timur), FIFA sendiri merespon bahwa mereka a-politis (tetapi tergantung dari anggota FIFA sendiri).


Apa yang menjadi alasan NIVU mengundurkan diri dari FIFA disebutkan karena invasi Jepang telah dimulai. Namun apa dibalik alasan itu, tidak diketahui secara pasti, Bisa diduga, alasan NIVU keluar dari FIFA karena selama ini yang diakui FIFA dari Hindia Belanda adalah NIVU, sementara federasi nasional lainnya ada seperti PSSI. Hubungan antara NIVU dan PSSI selama ini sangat dingin. Apakah pengunduran diri NIVU ini terkait dengan semakin menguartnya pribumi seiring dengan invasi Jepang (sementara orang-orang Belanda akan menjadi target militer Jepang).

Pengunduran NIVU dari FIFA yang diputuskan bulan Desember 1941 di Bandoeng diduga yang menjadi sebab mengapa tidak ada kompetisi sejak September di berbagai kota, kecuali di Batavia (VBO) masih melangsungkannya hingga pertengahan Desember untuk separuh musim. Apakah masih aktifnya kompetisi VBO ada kaitannya dengan beberapa tahun yang lalu dimana VBO mengundurkan diri dari NIVB (yang menjadi sebab dibentuknya NIVU). Boleh jadi alasannya berhenti kompetisi karena klub di berbagai kota chaos karena para pemaian ada yang dimobilisasi oleh pemerintah untuk pertahanan (menghadapi kemungkinan invasi Jepang).


Di Bandoeng dengan berhentinya kompetisi NIVU (keluarnya NIVU dari FIFA) muncul kegalauan yang sangat. Lalu untuk mengatasinya, agar klub tetap dapat aktif bermain, sebuat komiter (VBBO) dibentuk untuk menyelenggarakan kompetisi darurat atau Nood-competitie (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 29-01-1942). Disebutkan bahwa hari ini oleh komite telah mengirim surat ke VBO (Batavia) untuk bekerjasama mengirim satu tim divisi utama untuk berpartisipasi. Tim dari Batavia itu dapat bekerjasama dengan klub-klub yang ada di Bandoeng dan Tjimahi. Komite juga akan mengajak salah satu tim dari Bandoengsche Kantoor Voetbalbond. Juga disebutkan (perserikatan) VBBO sepenuhnya menyadari bahwa dalam keadaan saat ini tentu tidak mudah untuk membuat tim berdiri sendiri, serta untuk menemukan cadangan yang diperlukan, yang dapat dianggap dapat bermain secara teratur. Namun jika asosiasi dan organisasi yang terlibat menyadari perlunya relaksasi tetap dibutuhkan, apalagi saat ini, maka tidak bisa lain, sepak bola akan segera menggelinding lagi di Bandoeng. Sementara itu sebelumnya di Soerabaja juga ada rencana untuk membuat kompetisi darurat (lihat Soerabaijasch handelsblad, 05-01-1942). Disebutkan selama dua minggu terakhir, persiapan telah dilakukan untuk dimulainya kembali kompetisin setidaknya dua divisi, dimana handicap tertentu akan diterapkan. Ada terdaftar asosiasi berikut: HBS dengan 2 tim, Tlong Hwa dengan 2 tim, Gie Hoo dengan 1 tim, RKS dengan 2 tim, Zeemacht dengan 1 tim, MKG dengan 2 tim, PSHW dengan 2 tim, SELO dengan 2 tim, Happy dengan 1 tim, HCTNH dengan 1 tim dan SS dengan 1 tim,' sedangkan THOR hampir pasti juga akan mendaftar dengan 1 tim. Dengan kompetisi darurat ini, dimulai akan dilakukan Sabtu dan Minggu depan. Pertandingan akan dimulai pada waktu yang biasa (16.30), tetapi durasinya akan sedikit lebih pendek, yaitu. 2 X setengah jam, dengan istirahat 5 menit, agar semua orang bisa pulang dengan baik sebelum gelap tiba.

Namun bagaimana semua rencana kompetisi darurat itu dapat direalisasikan tidak diketahui ujungnya. Surat kabar di berbagai kota tutup. Seperti disebut diatas, tanggal 3 Februari 1942 perang benar-benar meletus di kota Surabaya. Pesawat Jepang telah menjatuhkan bom di pelabuhan dan lapangan terbang. Lalu pada tanggal 8 Maret 1942 Pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia menyatakan takluk tanpa syarat kepada pasukan Jepang. Tamat sepak bola NIVU, tamat sepak bola orang-orang Belanda. Lalu bagaimana sepak bola orang pribumi dan orang Cina (yang bukan target militer Jepang)? Satu yang pasti surat kabar orang Belanda di Soerabaja dipaksa terbit (sempat berhenti antara 28-02 hingga 10-03).


Soerabaijasch Handelsblad, 27-04-1942: ‘Radjamin Nasoetion, wali kota Soerabaja telah membentuk panitia peringatan ulang tahun Tenno Haika. Panitia terdiri dari, ketua: Ruslan Wongsokoesoemo, dan sekretaris: Dr Angka Nitisastro. Kegiatan menghormati Raja Jepang itu meliputi berbagai kegiatan, seperti karnaval, hiburan rakyat, dan pertandingan sepak bola. Untuk pertandingan sepak bola dilaksanakan tiga hari 28-30 April 1942 yang diikuti empat klub, yakni: Persibaja (Persatuan Sepakbola Indonesia, Soerabaja), HBS, Tiong Hwa dan Excelsior’. Catatan: HBS adalah sekolah menengah. Excelsior? Hasil pertandingan yang diadakan di lapangan HBS di Tambaksari adalah: Excelsior dan Tiong Hwa 7-2; HBS dan Persibaja 2-1 (lihat Soerabaijasch handelsblad, 30-04-1942). Disebutkan pertandingan yang dihadiri ribuan penonton turut dihadiri beberapa otoritas Nippon. Sekitar lapangan dijaga tantara Nippon. Sementara itu dari Malang dilaporkan bahwa diadakan pertandingan tiga hari dalam suatu turnamen diikuti tiga klub Ardjoeno (pribumi), HCTNH (Cina) dan Albad’r (Arab) (lihat Soerabaijasch handelsblad, 01-05-1942). Disebutkan pemenangnya adalah HCTNH. Tidak ada tim/klub orang Belanda, tetapi banyak juga orang Belanda yang menonton. Namun dalam perkembangannya di Malam tim Belanda Corinthias melawan HCTNH dengan skor 1-0 (lihat Soerabaijasch handelsblad, 13-05-1942); melawan Ardjoeno (lihat Soerabaijasch handelsblad, 22-05-1942); dan melawan Albad’r dengan skor 1-0 (lihat Soerabaijasch handelsblad, 27-05-1942).

Di Batavia sepak bola tidak teronformasikan. Boleh jadi karena surat kabar Bataviaasch nieuwsblad terakhir terbit 04-03-1942. Seperti disebut di atas pada tanggal 8 Maret 1942 Pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia menyatakan takluk tanpa syarat kepada pasukan Jepang. Batavia adalah ibu kota Hindia Belanda. Surat kabar De Indische courant di Soerabaja terakhir terbit 27-02-1942; De Sumatra post di Medan 07-02-1942; Empat surat kabar tersebut adalah surat kabar (berbahasa) Belanda yang belakang tutup, secara khusus Soerabaijasch handelsblad, dipaksa terbit sebelum akhirnya tutup sama sekali pada edisi terakhir tanggal 06-06-1942. Surat kabar berusia 90 ini tutup usia.

Tunggu deskripsi lengkapnya


 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar