*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Bahasa-bahasa
nusantara dari Sabang hingga Merauke, dari Miangas hingga Rote. Kita akan
bicarakan bahasa Rote bahasa yang dituturkan orang Rote. Suku Rote adalah salah
satu penduduk asli Pulau Rote. Ada ahli yang berpendapat bahwa orang Rote
sebelumnya bermigrasi dari Pulau Seram di Maluku. Sistim kekerabatan suku ini
adalah kekerabatan keluarga inti atau keluarga luas, dan bersifat patrilineal
dan menjaga adat pernikahan eksogami klan.[2] Gabungan beberapa keluarga luas
membentuk klan kecil (nggi leo), gabungan klan-klan kecil membentuk klan besar
(leo). Pemimpin klan dinamakan manek atau mane leo.
Bahasa Rote atau Nalī Rote adalah sebuah bahasa Austronesia yang berasal dari Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. Penelitian tentang Bahasa Rote sudah banyak dilakukan sejak abad ke-19 (Fanggidaej: 1892-1894, dan Heijmering: 1842-1844). Pada awal abad ke-20, Jonker (1905-1915) menulis kumpulan cerita dengan terjemahannya dalam bahasa Belanda (1905), kemudian menulis kamus Rote Belanda dengan jumlah 800 halaman Iebih (1908). Kamus itu kemudian ditambahkan dengan teks bahasa Rote beserta terjemabannya dalam bahasa Belanda (1911) dan sekumpulan teks bahasa Rote dalam berbagai dialek yang juga beserta terjemahan dalam bahasa Belanda (1913). Jonker juga menulis Tata Bahasa Rote (700 halaman). Orang Rote dalam mengidentifikasi dirinya, tidak memperkenalkan dirinya sebagai orang Rote, tetapi sebagai orang nusak (misalnya, Termanu ana, Dengka ana, dan Oenale ana). Fanatisme kesukuan ini menyebabkan terjadinya delapan belas dialek bahasa Rote sesuai dengan jumlah nusak yang ada di pulau itu. Dalam beberapa penelitian lain, bahasa Rote dibagi ke dalam enam dialek, yaitu dialek Rote Timur, Rote Pantai Baru, Rote Tengah, Rote Lobalain, Rote Barat Daya, dan Rote Barat Laut. Dialek Rote tengah merupakan dialek standar bagi pemakai bahasa Rote. (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah bahasa Rote di pulau Rote di barat daya Pulau Timor? Seperti disebut di atas bahasa Rote dituturkan orang Rote di pulau Rote. Nama Rote tempo doeloe ditulis Rotti, Rothi, Rothe, Rotte, Noussa da Heene dan Roeshe Dahena. Lalu bagaimana sejarah bahasa Rote di pulau Rote di barat daya Pulau Timor? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Bahasa Rote di Pulau Rote di Barat Daya Pulau Timor; Rotti, Rothi, Rothe, Rotte, Noussa da Heene dan Roeshe Dahena
Dalam peta-peta lama (era VOC) nama Pulau Rote diidentifikasi dengan nama Rotti, Rothi, Rothe dan Rotte. Dalam salah satu peta, pulau Rote juga disebut Noussa da Heene dan pada peta lainnya disebut Roeshe dahena. Namun secara keseluruhan nama yang selalu disebut adalah Rothe.
Identifikasi nama pulau Rote diduga sudah ada pada era Portugis (merujuk
pada nama India pada era Hindoe). Namun
identifikasi nama pulau baru benar-benar eksis setelah kehadiran Belanda di
Coepang (1613). Asal-usul nama Rothe (Rote) tidak diketahui secara pasti. Yang
jelas nama Rothe pada masa itu adalah marga orang Belanda. Lantas apakah nama
pulau yang dicatat sebelumnya
Noussa da Heene atau Roeshe dahena (era Portugis) telah digantikan dengan nama
Rothe? Sangat mungkin. Meski di dalam peta yang berbeda-beda seperti Rotti,
Rothi dan Rotte namun tampaknya itu merujuk pada
nama Rothe. Catatan: Pada tahun 1612
orang-orang Belanda mengusir orang-orang Portugis dari Coepang. Noussa adalah
nusa atau pulau (seperti Nousa Cambangan, Jawa; Nousa Panida, Bali; Nousa Laoet,
Maluku). Apa nama [Noesa] Dahena sebelum era Portugis tidak diketahui secara
pasti.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Rotti, Rothi, Rothe, Rotte, Noussa da Heene dan Roeshe Dahena: Terbentuknya Bahasa Rote
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar