*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Laut Seram adalah salah satu dari beberapa
laut kecil di kepulauan Indonesia. Laut ini merupakan bagian dari Samudra
Pasifik terletak di antara Buru, Seram, Obi, Misool dan Papua (kepala butung). Laut
Seram juga merupakan habitat untuk beberapa jenis goby tropis dan ikan lain.
Seperti banyak laut kecil yang lain di Indonesia, laut ini berbatu dan memiliki
aktivitas tektonik yang sangat aktif.
Bahasa Matlow dituturkan di |kampung Waigama, distrik Misool Utara, kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. |Kampung Waigama terletak di pantai dengan topografi tanah berupa dataran. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa Matlow berbatasan dengan bahasa Matbat di sebelah timur oleh masyarakat kampung Salafen; bahasa Matbat di sebelah barat yang dituturkan oleh masyarakat |kampung Aduwey; bahasa Beser di sebelah utara, yang dituturkan oleh masyarakat |kampung Kopiaw; bahasa Maya di sebelah selatan yang dituturkan oleh masyarakat |kampung Dabatan. Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Matlow merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 99% jika dibandingkan dengan bhasa Yaben, 98% jika dibandingkan dengan bahasa Salafen Matbat, dan 94% jika dibandingkan dengan bahasa Matbat. (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah bahasa Matlow di pulau Misool di Kepulauan Raja Ampat? Seperti disebut di atas nahasa Matlow dituturkan di pulau Misool.Pulau Obi, pulau Seram dan Waigama di barat pulau Misool. Lalu bagaimana sejarah bahasa Matlow di pulau Misool di Kepulauan Raja Ampat? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Bahasa Matlow di Pulau Misool di Kepulauan Raja Ampat; Pulau Obi, Pulau Seram dan Waigama di Barat Misool
Sebelum mendeskripsikan bahasa Matlow lebih lanjut ada baiknya memahami wilayah pulau Misool. Nama pulau Misool sudah lama dikenal. Nama Waigama paling tidak sudah terinformasikan pada tahun 1874. Disebutkan dalam pemetaan laut yang telah dilakukan nama Waigama sudah diidentifikasi di pulau Misool (lihat Regerings-almanak voor Nederlandsch-Indie, 1874).
Waigama adalah suatu kerajaan di pulau Misool (lihat
Natuurkundig tijdschrift voor Nederlandsch-Indie, 1877). Disebutkan kota utama
Wai-gama yang sebenarnya sudah tidak ada lagi, tetapi telah dipindahkan ke negri
Kassiem, dimana Raja Wai-gama sekarang berada. Rumahnya, sebagaimana telah
disebutkan di atas, berada di atas gundukan pasir berbentuk bujur sangkar yang
agak tinggi, yang panjangnya 100 langkah dan lebarnya 25 langkah, di mana tidak
ada rumput liar, tetapi lingkungan sekitarnya adalah rawa dan hutan belantara. Yang
disebut negri, terletak di sepanjang pantai, terdiri dari 8 gubuk panggung, sedangkan yang lebih jauh ke
belakang pantai jumlahnya akan berjumlah kurang lebih 20 rumah, termasuk masjid
dan rumah imam. Mereka tidak mempunyai nama untuk keseluruhan pulau, yang telah
kami beri label dengan nama Misole, namun yang dimaksud dengan Misole adalah
pantai selatan dimana Rajah juga ditempatkan, sedangkan Wai-gama meliputi
pantai utara. Negri Kassiem, dengan kano melintasi laut, memasuki sungai;
tepiannya pada awalnya sangat rendah dan seluruhnya terdiri dari vegetasi rawa nipa.
Lambat laun, bebatuan karang kolosal muncul di sepanjang tepian sungai, yang
akhirnya berubah total menjadi dinding curam pegunungan kapur, yang darinya
dapat disimpulkan bahwa sungai telah menerobos pegunungan tersebut hingga ke
dasar laut, Penduduknya kaum Alfur dan kaum Muslim. Radja Wahaai (di pantai
utara Seram) berteman dengan Radja Waigama. Pelayaran dari Waigama pukul 5 sore
dan tiba di Wahai pagi pukul 9.
Di pulau Misool ada dua kerajaan, salah satu adalah kerajaan Waigama dan lainnya kerajaan Misool. Dimasa lalu wilayah pulau Misool berada di bawah kerajaan Tidore (lihat Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde van Nederlandsch-Indie, 1883). Disebutkan pada paruh terakhir abad ke-17, pedagang-pedagang Belanda di Banda memelihara hubungan reguler dengan pulau di pantai barat Papua di sekitar Semenanjung Onin. Pada awal abad ke-18 VOC berulang kali mengirimkan misi eksplorasi ke Kepulauan Bapu dan pantai utara Papua hingga ke Teluk Geelvink. Sebagai penguasa tertinggi Sultan Tidore, VOC mempunyai hak penuh untuk menjalankan kekuasaan tertingginya atas sebagian besar Papua yang berada di bawah kekuasaan para pangeran dan pengikut mereka.
Raja Ampat yang terdiri dari Salawatti, Waigeoe, Waigama dan Misool.
Wilayah Tidore di Papua tidak selalu memiliki luas yang sama selama tiga abad,
sementara otoritas para sultan Maluku ini, berdasarkan kasusnya, tidak selalu
dirasakan dengan kekuatan yang sama di wilayah-wilayah terpencil tersebut,
menurut catatan VOC menunjukkan dengan jelas bahwa seluruh garis pantai Papua dari
sudut timur Teluk Geelvink hingga Semenanjung Onin, pada tingkat yang lebih
besar atau lebih kecil, berada di bawah kendali para Sultan ini dan pangeran
bawahan mereka di kepulauan Papua. Dalam perjanjian tanggal 27 Oktober 1814, Perjanjian antar pemerintah Inggris
dengan Sultan Tidore, kekuasaannya atas kepulauan Papua dan sebagian Papua diakui
dan dijelaskan, Setelah pemulihan Pemerintah Hindia Belanda dengan keputusan
tanggal 24 Agustus 1828, ditambah lagi dengan tanggal 30 Juli 1848, diumumkan
secara terbuka bagian mana dari Papua yang menjadi milik Belanda (batas antara wilayah
Papua dan wilayah Papua Nugini yang sekarang). Port du Bus selama tahun 1828
hingga 1836 diringgalkan, tidak ada pemukiman di Teluk Tritons. Sejak tahun
1850 kapal perang telah berangkat ke Papua Belanda hampir setiap tahun. Para
misionaris Utrechtsche mendirikan stasion sejak tahun 1855 di Dorei dan di
tempat-tempat sekitarnya di Teluk Geelvink. Pelayaran kapal uap di dirintis di pesisir
Onin, sejak tahun 1877, dan kini dikunjungi empat kali setahun oleh maskapai
kapal uap perusahaan Hindia Belanda.
Wilayah pulau Misool pada saat timbul ketegangan antara kerajaan Tidore dan VOC, dilakukan perjanjian dengan kontrak tertanggal 14 September 1771, dimana Raja Salawatti, Misool, Waigama dan Waigeoe mengakui kekuasaan tertinggi Sultan Tidor dan mengikat diri, Dalam perjanjian ini disebutkan bahwa bagian timur Papua, yaitu pantai utara Papua berada di bawah kekuasaan Raja Salawatti dan Waigeoe, sedangkan negeri-negert Papua di selatan atau pantai barat Papua berada di bawah kekuasaan raja Misool dan Waigama. Atas dasar inilah Pemerintah Hindia Belanda kemudian mengadopsi wilayah yang menjadi bagian Pemerintah Hindia Belanda (selebihnya wilayah bagian timur (wilayah Papua Nugini yang sekarang), yang kurang dikenal masih diperebutkan antara Australia/Inggris dan Jerman. Dalam hal ini wilayah Waigama di pulau Misool antara Papua dan Tidore.
Kerajaan Waigama adalah kerajaan lama di pulau Misool (sebagaimana
kerajaan Misool). Hubungan kerajaan Waigama di masa lalu berorientasi ke Tidore,
Pada masa Pemerintah Hindia Belanda kerajaan Waigama, karena letak geografis
yang lebih dekat ke Seram/Ambon maka hubungan sehari-hari lebih intens natara
Waigama di pulau Misool dan Wahai di pulau Seram.
Nama Waigama diduga merujuk pada nama Wai dan Gama. Wai adalah sungai. Letak geografis Waigama berada di daerah aliran sungai di pulau Misool. Yang mana lebih tua antara (kerajaan) Waigama dan Misool tidak diketahui secara pasti. Yang jelas nama kampong yang menjadi kerajaan Misool yang terabadikan menjadi nama pulau (mengikuti identifikasi pedagang Belanda dan ahli kartografi Belanda).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Pulau Obi, Pulau Seram dan Waigama di Barat Misool: Navigasi Pelayaran Perdagangan Sejak Tempo Doeloe
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar