Tampilkan postingan dengan label Sejarah BANYUMAS. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejarah BANYUMAS. Tampilkan semua postingan

Kamis, 13 April 2023

Sejarah Banyumas (40): Gempa Banyumas dan Catatan Gempa Masa ke Masa; Sebaran Gempa Vulkanik - Gempa Tektonik di Jawa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Gempa dapat diakibatkan peristiwa vulknik dan juga akibat peristiwa tektonik. Dampak dari gempa tektonik cenderung lebih besar. Wilayah Banyumas selain jalur gempa, kejadian gempa juga kerap terjadi bahkan hingga masa ini. Namun bagaimana catatan gempa di wilayah Banyumas kurang terinformasikan.

Puluhan Rumah di Banyumas Rusak Akibat Gempa Bumi. Sabtu, 16 Desember 2017. Suara.com. Puluhan rumah di Kabupaten Banyumas mengalami kerusakan akibat gempa. Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyumas Prasetyo Budi Widodo: "Berdasarkan laporan sementara yang kami terima, jumlah rumah yang mengalami kerusakan sekitar 30 unit, sebagian diantaranya roboh. Kami masih terus mendata jumlah rumah dan bangunan yang rusak akibat gempa," Ia mengatakan puluhan rumah yang mengalami kerusakan tersebar di 10 kecamatan terdampak gempa, yakni Pekuncen, Ajibarang, Kedungbanteng, Jatilawang, Banyumas, Sumpiuh, Sokaraja, Purwokerto Timur, Cilongok, dan Kalibagor. Selain merusak rumah warga, kata dia, gempa berkekuatan 6,9 SR yang terjadi pada Jumat (15/12), pukul 23.47 juga mengakibatkan dinding RSUD Banyumas dan RS Siaga Medika Banyumas retak-retak. Prasetyo mengatakan banyak warga dari sejumlah desa di Kecamatan Nusawungu, Kabupaten Cilacap, yang sempat mengungsi ke Sumpiuh, Banyumas, pascagempa. Menurut dia, warga yang berasal dari daerah pesisir selatan Kabupaten Cilacap itu khawatir tsunami benar-benar terjadi. "Namun setelah kami berikan penjelasan, mereka memahami dan kembali ke rumah masing-masing ketika peringatan dini tsunami dicabut oleh BMKG (https://www.suara.com/)

Lantas bagaimana sejarah gempa di Banyumas dan catatan gempa masa ke masa? Seperti disebut di atas, wilayah Banyumas juga terbilang rawan gempa, namun bagaimana sejarahnya kurang terinformasikan. Dalam hal ini bagaimana gempa vulkanik dan gempa tektonik. Lalu bagaimana sejarah gempa di Banyumas dan catatan gempa masa ke masa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Banyumas (39): Gunung Meletus dan Catatan Vulkanik Gunung Slamet;Mitos di Banyumas Pulau Jawa Dapat Belah Dua


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Hingga kini gunung Slamet dikategorikan sebagai gunung yang masih aktif. Namun sejak kapan terakhir meletus tidak terinformasikan. Hanya saja di tengah masyarakat ada mitos bahwa jangan sampai gunung Slamet Meletus, jika itu terjadi maka pulau Jawa dapat membelah dua. Okelah itu satu hal. Hal yang diperhatikan dalam hal ini adalah bagaimana catatan vulkanik gunung Slamet sendiri.


Tertinggi di Jateng, Apakah Gunung Slamet Masih Aktif? Ini Faktanya. Jateng 31 May 2022. Solopos.com. Gunung Slamet terletak diantara lima kabupaten yakni Brebes, Banyumas, Purbalingga, Tegal, dan Pemalang, tergolong gunung berapi kerucut Tipe A. Sebagai gunung berapi, Gunung Slamet memang jarang melakukan aktivitas vulkanik. Lantas apakah Gunung Slamet masih aktif? Dikutip dari laman magma.vsi.edsm.go.id, Gunung Slamet satu dari lima gunung berapi di Jateng masih aktif. Selain Gunung Slamet, gunung berapi yang masih aktif di Jateng itu adalah Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Sindoro, dan Gunung Sumbing. Dengan kata lain, karena masih aktif, lima gunung di Jawa Tengah ini bisa meletus sewaktu-waktu. Di antara kelima gunung berapi itu, Gunung Slamet tidak pernah mengeluarkan letusan besar. Ada mitos dipercaya masyarakat menamai Gunung Slamet dari kata selamat, bahwa Gunung Slamet tidak akan meletus besar dan memberikan rasa aman bagi warga sekitar, Bila Gunung Slamet sampai meletus besar, Pulau Jawa akan terbelah dua bagian. Catanan erupsi Gunung Slamet diketahui sejak abad ke-19. Gunung ini aktif dan sering mengalami erupsi skala kecil. Pada bulan Mei hingga Juni 2009, Gunung Slamet terus mengeluarkan lava pijar. Gunung Slamet saat ini berstatus normal. Tidak ada aktivitas erupsi yang cukup menonjol dari gunung tertinggi di Jawa Tengah, dengan ketinggian mencapai 3.432 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu (https://www.solopos.com/)

Lantas bagaimana sejarah gunung meletus dan catatan vulkanik? Seperti disebut di atasgunung tertinggi di Banyumas, gunung Slamet terbilang masih aktif, namun bagaimana catatan vulknaiknya terbilang minim. Ada mitos gunung Slamet di Banyumas jika Meletus pulau Jawa dapat membelah dua. Lalu bagaimana sejarah gunung meletus dan catatan vulkanik? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 12 April 2023

Sejarah Banyumas (38): Tasikmalaya Danau Malaya Sejak Soekapoera? Galunggung dan Wilayah Pegunungan di Pantai Selatan Jawa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Nama Tasikmalaya adan nama Sukapura adalah nama unik di Priangan (timur). Duan ama ini diduga berasal dari zaman kuno era Hindoe Boedha. Letak geografis yang dekat ke pantai selatan Jawa mengindikasikan wilayah ini berkembang pada masa awal navigasi pelayaran perdagangan di pantai selatan Jawa. Pintu masuk ke wilayah pegunungan ini dari muara sungai Citanduy yang diduga dulunya tepat berada di Banjar yang sekarang. Jika Sukapura sebagai kota awal, apakah wilayah Tasikmalaya sebagai danau besar? Danau tasik di gunung besar Malaya (Galunggung)?


Tasikmalaya nama kabupaten dan kota di Jawa Barat. Kabupaten ibu kota di Singaparna. Kabupaten ini berbatasan Majalengka di utara, Samudra Hindia di selatan, Ciamis dan Pangandaran di timur, dan Garut di barat. Sebelum Tasikmalaya adalah Sukapura yang dulunya bernama Tawang atau Galunggung. Penyebutan Tasikmalaya muncul setelah gunung Galunggung meletus sehingga wilayah Sukapura berubah jadi tasik (danau, laut). Sebagian besar wilayah daerah perbukitan, khususnya di daerah timur. Pada abad ke-7, diketahui adanya bentuk Pemerintahan Kebataraan pusat di sekitar Galunggung, dengan kekuasaan mengabisheka raja-raja (dari Kerajaan Galuh) persetujuan Batara yang bertakhta di Galunggung. Batara atau sesepuh memerintah masa terakhir Batari Hyang yang masa pemerintahannya mengalami perubahan bentuk dari kebataraan jadi kerajaan. Kerajaan bernama Kerajaan Galunggung berdiri 21 Agustus 1111 penguasa pertamanya Batari Hyang. Periode pemerintahan di Sukapura didahului masa pergolakan di wilayah Priangan awal abad ke-17: Mataram, Banten, dan VOC. Wirawangsa penguasa Sukakerta diangkat Bupati daerah Sukapura, dengan gelar Wiradadaha I, hadiah dari Sultan Agung Mataram atas jasa-jasanya membasmi pemberontakan Dipati Ukur. Pada masa pemerintahan Surialaga (1813-1814) ibu kota dipindahkan ke Tasikmalaya. Nama kabupaten Sukapura 1913 diganti menjadi Tasikmalaya (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Tasikmalaya danau Malaya sejak era Sukapura? Seperti disebut di atas, adakalanya nama menunjukkan sejarahnya sendiri tentang Tasikmalaya. Suatu wilayah subur di kaki gunung Galunggung. Apakah wilayah kota Tasikmalaya sekitar yang sekarang dulunya danau besar? Yang jelas gunung tertinggi adalah Galunggung di wilayah pegunungan pantai selatan Jawa. Lalu bagaimana sejarah Tasikmalaya danau Malaya sejak era Sukapura? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Banyumas (37): Dayeuh Luhur Kota Tua Berbahasa Berbudaya Sunda; Wilayah Cilacap Menjorok Masuk Wilayah Ciamis


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Lain dulu, lain kini. Sejatinya Dayeuh Luhur adalah kota tua, kota yang sudah lama diketahui keberadaannya. Awalnya daerah Dayeuh Luhur masuk wilayah Ciamis, tetapi kini menjadi bagian dari wilayah Cilacap. Hal itulah mengapa di Dayeuh Luhur penduduk umumnya berbahasa dan berbudaya Sunda. Dayeuh Luhur sendiri adalah wilayah terjauh dari (kota) Cilacap, tetapi sebaliknya, wilayah Dayeuh Luhur terbilang sangat dekat dengan kota Banjar (berbatasan langsung). Secara geoigrafis, Dayeuh Luhur menjadi semacam area enclave Cilacap di wilayah Ciamis. Tentu saja hal serupa ini juga ditemukan di wilayah lainnya di Indonesia.

 

Dayeuhluhur adalah sebuah kecamatan di kabupaten Cilacap. Pada zaman dahulu wilayah Dayeuhluhur dan sekitarnya adalah sebuah Kadipaten. Namun, pada saat perang antara Hindia Belanda melawan Pangeran Diponegoro Kadipaten Dayeuhluhur dibubarkan, karena dianggap menjadi sarang perlawanan terhadap Hindia Belanda. Setelah pembubaran, seluruh wilayah Kadipaten Dayeuhluhur menjadi bagian dari Afdeeling Purwokerto, Residentie Banyumas. Penduduk asli kecamatan Dayeuhluhur adalah Suku Sunda yang mengamalkan budaya Sunda. Kuatnya tradisi Sunda di kecamatan Dayeuluhur ditandai dengan bahasa daerah yang digunakan sehari-hari yatu bahasa Sunda dan karena seringnya interakasi dengan warga yang ada di Jawa Barat. Untuk masalah interaksi dengan daerah di luar Dayeuhluhur, warga kebanyakan berinteraksi dengan warga Jawa Barat, hal ini dikarenakan masalah ekonomi. Warga Dayeuhluhur memiliki ketergantungan terhadap Kota Banjar dalam masalah pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat. Sebagai contoh, apabila warga menjual hasil bumi seperti padi, kelapa, pisang, buah-buahan, dll. 95% akan dijual ke Jawa Barat. Hal ini dipermudah dengan dekatnya akses dari Dayeuhluhur ke Kota Banjar yang cukup ditempuh 15 menit dibandingkan jarak Dayeuhluhur ke Majenang yang bisa memakan waktu sekitar 1 jam. Desa-desa di Dayeuh Luhur antara lain Bingkeng, Bolang, Cilumping, Ciwalen, Datar, Dayeuhluhur, Hanum, Kutaagung, Matenggeng, Panulisan, Sumpinghayu. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Dayeuh Luhur kota tua berbahasa berbudaya Sunda? Seperti disebut di atas, wilayah Dayeuh Luhur secara geografis berada di wilayah Ciamis tetapi secara administrative masuk kebupaten Cilacap. Itu adalah hal biasa. Tapi menjadi tidak biasa penduduk Daeyeuh Luhur berbahasa dan berbudaya Sunda yang berbeda dengan wilayah lainnya di kabupaten Cilacap. Bagaimana wilayah Cilacap menjorok masuk ke wilayah Sunda di Ciamis? Lalu bagaimana sejarah Dayeuh Luhur kota tua berbahasa berbudaya Sunda?  Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 11 April 2023

Sejarah Banyumas (36): Ciamis, Kerajaan Galuh Tempo Doeloe; Diantara Tasikmalaya dan Banjar - Daerah Aliran Sungai Citanduy


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Sejarah Ciamis adalah sejarah lama. Wilayah Ciamis dikaitkan dengan keberadaan Kerajaan Galuh di masa lampau (ibu kota di Kawali). Wilayah Ciamis sendiri berada di daerah aliran sungai Citanduy, dimana Banjar di daerah hilir dan Tasikmalaya di daerah hulu. Nama Banjar dan nama Tasikmalaya unik diantara nama tempat di wilayah Sunda. Di wilayah semasa Kerajaan Galuh tempo doeloe, diduga Banjar adalah pelabuhan laut.  


Kabupaten Ciamis dikenal Galuh adalah sebuah kabupaten di Jawa Barat, ibu kota di kecamatan Ciamis. Kabupaten ini berada di bagian tenggara Jawa Barat, berbatasan dengan Majalengka dan Kuningan di utara, Cilacap dan Kota Banjar di timur, Pangandaran di selatan, serta kota dan kabupaten Tasikmalaya di barat. Kecamatan Banjar ditingkatkan statusnya menjadi kota 2002. Pada tahun 2012 dilakukan pemekaran dengan membentuk kabupaten Pangandaran. Menurut sejarawan W.J Van der Meulen, Pusat Kerajaan Galuh, dKawali. Dalam Bahasa Sanskerta, kata "galuh" menunjukkan sejenis batu permata. Kabupaten Galuh Imbanagara berlokasi di Barunay beribukota di Imbanagara dan sejak 1812 Kabupaten Galuh berlokasi di Cibatu, beribukota di Ciamis. Dalam Prasasti Berangka tahun 910, Raja Dyah Balitung disebut sebagai "Rakai Galuh". Dalam Prasasti Siman berangka tahun 943 M, disebutkan bahwa "kadatwan rahyangta mdang bhumi mataram ingwatu galuh" menunjuk sebuah tempat di Watugaluh. Kemudian dalam sebuah Piagam Calcutta disebutkan bahwa para musuh penyerang Airlangga lari ke Galuh dan Barat, mereka dimusnahkan pada tahun 1031 M. Pada Carita Parahyangan, disebutkan bahwa Prabu Maharaja Linggabuanawisésa (1350-1357) berkedudukan di Kawali sebagai penguasa Kerajaan Sunda Galuh. Singkatnya: Pada tahun 1595, Kerajaan Galuh jatuh ke tangan Senapati dari Mataram. Invasi Mataram ke Galuh semakin diperkuat pada masa Sultan Agung. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Ciamis dan Kerajaan Galuh tempo doeloe? Seperti disebut di atas Ciamis masa lampau dikenal sebagai (kerajaan) Galuh. Tentu saja antar waktu dalam sejarah bersifat kesinambungan. Wilayah Ciamis berada diantara Tasikmalaya dan Banjar di daerah aliran sungai Citanduy. Lalu bagaimana sejarah Ciamis dan Kerajaan Galuh tempo doeloe? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Banyumas (35): Kota Banjar, Suatu Pelabuhan Laut Masa Kuno? Geomorfologi Wilayah di Daerah Aliran Sungai Citanduy


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Kota Banjar dari masa ke masa dapat dikatakan kota terpenting di perbatasan wilayah Jawa dan wilayah Sunda. Pada masa ini batas wilayah tepat di batas timur Kota Banjar (daerah aliran sungai Citandui). Di masa lalu, batas wilayah Banyumas disebut hanya di daerah aliran sungai Cibeureum. Mengapa berubah, itu satu hal. Mengapa yang dipilih kemudian batas sungai Citandui hal lain lagi. Namun yang menjadi pertanyaan dalam hal ini adalah apakah Kota Banjar di masa lampau adalah suatu pelabuhan laut?


Banjar sebuah kota di Jawa Barat, di berbatasan dengan Jawa Tengah sehingga disebut sebagai "gerbangnya Jawa Barat". Kota Banjar memiliki landscape beragam. Di bagian utara, selatan dan barat kota merupakan wilayah berbukit-bukit. Kota ini dibelah oleh Sungai Citanduy di bagian tengah. Kota Banjar terbagi 4 kecamatan, yaitu: Banjar, Langensari, Pataruman, dan Purwaharja. Di era kolonial Hindia-Belanda, wilayah Banjar bersama dengan Kawasen, Pamotan, Pangandaran, dan Cijulang masuk wilayah Galuh Imbadanegara dengan Bupati Galuh Imbadanegara Raden Aria Panji Jayanagara dengan pusat pemerintahan di Imbadanegara Ciamis. Tahun 1815, saat Jawa dikuasai Inggris, Banjar masuk wilayah Sukapura (kini Tasikmalaya) bersama wilayah di Ciamis bagian selatan. Pada tahun 1936, Banjar masuk kembali wilayah Ciamis. Selama masa penjajahan, Banjar tumbuh menjadi pusat kegiatan masyarakat. Letaknya yang strategis menjadikan kota ini sebagai daerah transit antara wilayah Jawa Tengah dengan Ciamis bagian selatan. Hingga pada tahun 1941 Pemerintah Hindia Belanda menjadikan Banjar sebagai wilayah kewedanan yang meliputi Banjar, Cisaga, Rancah, dan Cimaragas. Tahun 1991 status Banjar dijadikan Kota Administratif dan pada tahun 2003 menjadi daerah otonom baru pemekaran dari kabupaten Ciamis. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Kota Banjar, apakah pelabuhan laut di masa lampau? Seperti disebut di atas, Kota Banjar berada jauh di pedalaman di daerah hulu sungai Citandui. Permukaan air sungai di Banjar tempo doeloe cukup tenang dan ketinggiannya kini tidak berbeda jauh dengan wilayah dataran di pesisir, apakah ini mengindikasikan bahwa tempo doeloe Banjar adalah pelabuhan laut? Bagaimana dengan geomorfologi wilayah di daerah aliran sungai Citandui? Lalu bagaimana sejarah Kota Banjar, apakah pelabuhan laut di masa lampau?  Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 10 April 2023

Sejarah Banyumas (34): Pangandaran, Suatu Pulau Zaman Kuno? Pantai Berpasir dan Geomorfologis Wilayah Pantai Selatan Jawa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Pangandaran menjadi kabupaten tahun 2012 pemekaran dari kabupaten Ciamis. Masih muda memang. Pusat pemerintahan kabupaten di kecamatan Parigi (sebelah timur kecamatan Cijulang). Kita tidak membicarakan masa kini, tetapi bagaimana sejarah masa lampau wilayah Pangandaran, terutama di wilayah kecamatan Pangandaran. Kecamatan Pangandaran sendiri populasi berbahasa Sunda (55%) dan berbahsa Jawa Banyumasan (45%). Nama-nama desa di kecamatan Pangandaran adalah Babakan, Pagergunung, Pananjung, Pangandaran, Purbahayu, Sidomulyo, Sukahurip dan Wonoharjo. Secara khusus adalah desa Pananjung dan desa Pangandaran. Wilayah tanjung adalah bagian dari desa Pangandaran.


Pangandaran kabupaten di provinsi Jawa Barat, ibu kota di kecamatan Parigi. Kabupaten berbatasan dengan kabupaten Ciamis di utara, kabupaten Cilacap di timur, Samudra Hindia di selatan, kabupaten Tasikmalaya di barat. Nama "Pangandaran" memiliki tiga makna, yaitu kata andar, andar-andar, dan pangan + daharan. Andar-andar dalam bahasa Sunda, berarti "pelancong" atau "pendatang". Hal ini dahulu merupakan tempat dibuka nelayan suku Sunda. Selain pangan + daharan bermakna "tempat mencari nafkah,". Dalam folklor masyarakat Pangandaran, Pangandaran dibentuk saat desa Pananjung mulai dibuka oleh nelayan suku Sunda. Para nelayan Sunda meyakini bahwa mereka akan mudah mendapatkan ikan mengingat gelombang lautnya yang terasa tenang. Alasan yang cukup masuk akal adalah adanya sebuah daratan yang menjorok ke laut yang akan meredam gelombang ganas Samudra Hindia sampai ke kawasan pantai. Nelayan-nelayan tersebut menggunakan andar sebagai tempat untuk menyimpan perahu. Mereka pun akhirnya tinggal menetap dan jadilah perkampungan diberi nama "Pangandaran". Sesepuh menyebut daerah tersebut sebagai "Pananjung". Pananjung salah satu pusat kerajaan sezaman dengan Kerajaan Galuh Pangauban yang berpusat di Putrapinggan sekitar abad ke-14 M (setelah munculnya Kerajaan Pajajaran di Pakuan). Diperintah oleh Prabu Anggalarang, Kerajaan Pananjung hancur diserang oleh para perompak (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Pangandaran pulau zaman kuno? Seperti disebut di atas, ada dua desa paling selayan di wilayah kecamatan Pangandaran, kabupaten Pangandaran yakni desa Pananjung dan desa Pangandaran yang memiliki pantai berpasir. Tanjung sendiri berada di desa Pangandaran. Menarik diperhatikan bagaimana geomorfologi pantai selatan Jawa di wilayah Pangandaran. Apakah tanjung di desa Pangandaran pulau zaman kuno? Lalu bagaimana sejarah Pangandaran zaman kuno, pantai berpasir? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Banyumas (33): Wilayah Ayah dan Buayan, Adakah Suatu Pulau Zaman Kuno? Geomorfologi Kebumen Pantai Selatan Jawa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Nama kecamatan disebut Ayah dan Buayah/Buayan tentu saja biasa-biasa saja. Yang jelas ada ayah dan ibu-ayah. Dua kecamatan ini berada di wilayah kabupaten Kebumen yang berbatasan dengan kabupaten Cilacap di wilayah pesisir. Dua kecamatan ini memiliki ketinggian tertentu relative dengan kecamatan lain di wilayah pesisir kabupaten Kebumen dan kabupaten Cilacap. Pertanyaannya adalah apakah wilayah dua kecamatan ini di masa lampau sebagai suatu pulau atau tanjung? Lalu, jika itu adalah suatu pulau/tanjung, bagaimana sejarah awal wilayah Kebumen?


Ayah adalah sebuah kecamatan di kabupaten Kebumen, Pusat pemerintan kecamatan di desa Ayah. Nama desa lainnya Argopeni, Argosari, Banjararjo, Bulurejo, Candirenggo, Demangsari, Jatijajar, Jintung, Kalibangkang, Kalipoh, Karangduwur, Kedungweru, Mangunweni, Pasir, Srati, Tlogosari dan Watukeli. Batas-batas wilayah sebelah barat: kabupaten Cilacap, sebelah timur: kecamatan Buayan, sebelah utara: kecamatan Rowokele, sebelah selatan samudra Hindia. Kecamatan Ayah memiliki kondisi geografi berupa rangkaian perbukitan karst yang merupakan bagian dari Kawasan Karst Gombong Selatan. Ketinggian rata-rata kecamatan Ayah adalah 335 M dpl. Puncak tertingginya adalah Bukit Duwur yang memiliki ketinggian 452 M berada di perbatasan Desa Watukelir dengan kecamatan Buayan. Sungai terbesar di wilayah ini yakni Sungai Ijo, sungai Pecaron, sungai Watugemulung, sungai Tlogo, sungai Jemenar, sungai Nutusatutub, sungai Kaligalang, sungai Dempel, sungai Kaliputri, sungai Kemusuk, sungai Tuk, sungai Kalipoh dan sungai Suwuk. Penggunaan lahan di kecamatan Ayah umumnya digunakan sebagai lahan persawahan di dataran rendah atau disepanjang alur sungai. Hutan kayu tahunan berada di lahan berkontur perbukitan. Sebagian lahan sawah berada dibagian barat wilayah ini atau ditimur sungai Ijo. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah wilayah Ayah dan Buayah/Buayan, suatu pulau di zaman kuno? Seperri disebut di atas, dua wilayah kecamatan ini memiliki ketinggian tertentu relative dengan yang lain di kabupaten Kebukmen dan kabupaten Cilacap. Dalam hal ini bagaimana geomorfologis pantai selatan Jawa di wilayah Kebumen? Lalu bagaimana sejarah wilayah Ayah dan Buayah/Buayan, suatu pulau di zaman kuno? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Minggu, 09 April 2023

Sejarah Banyumas (32): Kebumen Wilayah Bagelen; Riwayat Wilayah Karanganyar dan Tokoh Boedi Oetomo RAA Tirtokoesoemo


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Ada beberapa district penting di masa lampau di pantai selatan Jawa yang disatukan dengan residentie Bagelen, diantaranya Keboemen, Ambal dan Karanganjar. Seperti halnya kota Poerworedjo, kota Kebumen memiliki kesempatan terus berkembang karena posisinya sebagai pusat pemerintahan pada tingkat afdeeling. Dalam hal inilah Karanganjar memiliki riwayat tersendiri, apalagi dikaitkan dengan yokoh terkenal bupati Karanganjar.

Kebumen sebuah wilayah kabupaten berbatasan dengan kabupaten Banjarnegara di utara, kabupaten Wonosobo dan kabupaten Purworejo di timur, Samudra Hindia di selatan, serta kabupaten Cilacap dan kabupaten Banyumas di sebelah barat. Wilayah Kebumen dulunya hasil penggabungan dua kabupaten (regenshap), yaitu Karanganyar (Roma) di bagian barat dengan Kebumen (Pandjer) di bagian timur pada 1 Januari 1936. Secara geografis, bagian selatan Kebumen dataran rendah, sedangkan pada bagian utara berupa pegunungan dan perbukitan yang merupakan bagian dari rangkaian Pegunungan Serayu Selatan. Sementara itu di barat wilayah Gombong, terdapat Kawasan Karst Gombong Selatan sebuah rangkaian pegunungan kapur yang membujur hingga pantai selatan berarah utara-selatan. Daerah ini memiliki lebih dari seratus gua berstalaktit dan stalagmit. Sementara itu panjang pantai sekira 53 Km yang sebagian besar merupakan pantai dengan fenomena gumuk pasir. Sungai terbesar di Kabupaten Kebumen adalah sungai Luk Ulo, sungai Jatinegara, sungai Karanganyar, sungai Kretek, sungai Kedungbener, sungai Kemit, sungai Gombong, sungai Ijo, sungai Kejawang, dan kali Medono. Nama Kebumen konon berasal dari kabumian yang berarti sebagai tempat tinggal Kyai Bumi setelah dijadikan daerah pelarian Pangeran Bumidirja atau Pangeran Mangkubumi dari Mataram pada 26 Juni 1677, saat berkuasanya Sunan Amangkurat I. Saat itu Kebumen masih bernama Panjer. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Kebumen di wilayah Bagelen? Seperti disebut di atas wilayah Kebumen dan wilayah Karanganyar memiliki permulaan yang sama sebagai cabang pemerintahan di pantai selatan Jawa (residentie Bagelen). Namun kemudian dua wilayah digabungkan dengan nama tunggal Kebumen. Tentu saja dalam hal ini riwayat wilayah Karanganyar menjadi penting karena ada tokoh terkenal pernah menjadi bupati di Karanganyar RAA Tirtokoesoemo. Lalu bagaimana sejarah Kebumen di wilayah Bagelen? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Banyumas (31): Wonosobo di Hulu Sungai Serayu; Wilayah Gunung Diantara Dataran Tinggi Dieng dan Candi Borobudur


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Wonosobo atau Wanasaba. Tempo doeloe disebut district Ledok. Satu dari tiga district yang akan dijadikan satu residentie (Residentie Bagelen, Ledok dan Banjoemas). Akan tetapi tidak lama kemudian dijadikan dua residentie: Residentie Begelen dan Ledok; Residentie Banjoemas. Sekali lagi nama residentie hanya disebut Residentie Bagelen (saja). Tamat nama Ledok, tetapi nama Wonosobo menjadi popular di residentie Bagelen. Mengapa?

 

Wonosobo, sebuah wilayah kabupaten. Kabupaten berbatasan kabupaten Temanggung dan kabupaten Magelang di timur, kabupaten Purworejo di selatan, Kabupaten Kebumen dan kabupaten Banjarnegara di barat, serta kabupaten Batang dan kabupaten Kendal di utara. Wonosobo berasal Wanasaba, berarti "tempat berkumpul di hutan", diduga dari bahasa Sanskerta: vanasabhā. Kedua kata ini juga dikenal sebagai dua buku dari Mahabharata: "Sabhaparwa" dan "Wanaparwa". Kabupaten Wonosobo berdiri 24 Juli 1825 sebagai kabupaten di bawah Kesultanan Yogyakarta seusai pertempuran dalam Perang Diponegoro. Kyai Moh. Ngampah, yang membantu Diponegoro, diangkat sebagai bupati pertama dengan gelar Kanjeng Raden Tumenggung Setjonegoro di Ledok. Disebutkan pula bahwa Setjonegoro adalah bupati yang memindahkan pusat kekuasaan dari Selomerto ke daerah Kota Wonosobo saat ini. Sebagian besar area Kabupaten Wonosobo adalah daerah pegunungan. Bagian timur (perbatasan dengan Kabupaten Temanggung) terdapat dua gunung berapi: Gunung Sindoro (3.136 M) dan Gunung Sumbing (3.371 M). Daerah utara merupakan bagian dari Dataran Tinggi Dieng, dengan puncaknya Gunung Prahu (2.565 M), Telaga Menjer, dan Danau Cebong. Di sebelah selatan wilayah dataran rendah Wonosobo, terdapat Waduk Wadaslintang. Ibu kota Kabupaten Wonosobo berada di tengah-tengah daerah kabupaten, yang merupakan daerah hulu Kali Serayu. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Wonosobo di hulu sungai Serayu? Seperti disebut di atas, sejarah Wonosobo kurang terinformasikan. Wonosobo sendiri dapat dikatakan berad di tengah pulau Jawa. Wilayah Wonosobo diduga wilayah yang penting di masa lampau karena wilayah berada diantara Dataran Tinggi Dieng dan Candi Borobudur. Lalu bagaimana sejarah Wonosobo di hulu sungai Serayu? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 08 April 2023

Sejarah Banyumas (30): Karangkobar dan Dataran Tinggi Dieng di Banjarnegara; Peta Budaya, Peta Geografi, Peta Zaman Kuno


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Dimana itu Karangkobar? Jangan tanya dulu. Dimana itu Batur? Juga jangan tanya dulu. Tahukah dimana Dataran Tinggi Dieng? Jika sudah mengetahui Dieng, kita sedang membicarakan Batur dan Karangkobar. Lepas dari pengetahuan kita tentang Dieng, bagaimana sejarah Karangkobar dan Batur? Siapa peduli? Nah, masalahnya utu. Dalam konteks inilah narasi sejarah Karangkobar dan Batur ditulis. Untuk mengingat kembali di wilayah Batur selain Kawasan eksotik air terjun (Curug Mrawu; Tieng Batur), air panas, sumur dan kawah seperti Candradimuka, Sinila, Timbang, Sileri, Sikidang) dan telaga Dringo, Merdada dan Sewiwi, juga ada candi Dwarawati, Arjuna, Bima dan Gatotkaca.

 

Karangkobar sebuah kecamatan di kabupaten Banjarnegara, 26 Km dari kota Banjarnegara. Batas di utara/timur kecamatan Kalibening dan kecamatan Wanayasa; di selatankecamatan Banjarmangu; di barat kecamatan Kalibening. Desa di Karangkobar adalah Ambal, Binangun, Gumelar, Jlegong, Karanggondang, Karangkobar, Leksana, Pagerpelah, Pasuruhan, Paweden, Purwodadi, Sampang dan Slatri. Sementara itu, Batur juga adalah kecamatan di kabupaten Banjarnegara di sebelah utara, 42 Km melalui Karangkobar. Pusat pemerintahan kecamatan Batur di desa Batur. Desa di kecamatan Batur adalah Bakal, Batur, Dieng Kulon, Karangtengah, Kepakisan, Pasurenan, Pekasiran, Sumberejo, Batas-batas wilayah di utara kabupaten Batang; di timur kabupaten Wonosobo; di selatan kecamatan Pejawaran dan Kabupaten Wonosobo; di barat kecamatan Wanayasa. Kecamatan Batur di ketinggian 1.600-2.100 M dpl dengan suhu 14-20 °C siang, 9-12 °C malam (musim kemarau Juli dan Agustus suhu udara dapat mencapai 0 °C di pagi hari dengan embun beku ‘bun upas’ (embun racun menyebabkan kerusakan tanaman). Bentuk topografi seluruh kecamatan Batur dataran tinggi termasuk kawasan Dataran Tinggi Dieng dimana sungai mengalir antara lain Mrawu, Gondang, Dolok, Jawan dan Sigugor. Tenmpo doeloe perkebunan teh dan tembakau, kini kentang, kubis, wortel, cabai. Hutan cemara di lereng-lereng gunung. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Karangkobar dan Dataran Tinggi Dieng di Banjarnegara? Seperti disebut di atas, ibarat daerah Puncak milik Bandung bagi orang Jakarta (jauh di mata dekat di hati), demikian juga daerah Karangkobar dan Dataran Tinggi Dieng milik Banjarnegara bagi orang Semarang. Satu yang penting tentang Karangkobar dan Dataran Tinggi Dieng di Banjarnegara kita sedang membicarakan peta budaya, peta geografi dan peta zaman kuno. Lalu bagaimana sejarah Karangkobar dan Dataran Tinggi Dieng di Banjarnegara? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Banyumas (29): Baturaden, Wisata Masa Kini, Batoer Tempo Doeloe di Selatan Gunung Slamat; Taman Nasional Sejak 1905


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Pada masa ini Barturaden dikenal sebagai daerah wisata pegunungan. Di wilayah Baturaden juga terdapat taman raya. Lokasi kebun raya Baturraden berada di kaki gunung Slamet sebelah selatan, berjarak 17 Km dari kota Purwokerto (2 Km setelah pintu gerbang Wana Wisata Baturraden). Batur Raden sendiri sudah dikenal sejak era Hindia Belanda, tetapi bagaimana di masa lampau, masih kurang terinformasikan. Baturaden diduga sudah dikenal di zaman kuno. Dalam hal ini ‘Batoer’ adalah kata lain untuk ‘Tjandi’.


Baturaden adalah sebuah kecamatan di kabupaten Banyumas. Kecamatan ini berjarak sekitar 7,5 Km dari Kota Purwokerto ke arah utara. Pusat pemerintahannya berada di Desa Rempoah. Kecamatan ini terletak di lereng selatan Gunung Slamet dan merupakan kawasan wisata. Kecamatan Baturaden dikenal sebagai daerah yang sejuk karena berada di ketinggian 300 hingga 3428 m dpl (titik tertinggi di Puncak Gunung Slamet). Istilah Baturraden sendiri berasal dari dongeng yang berkembang di masyarakat. Dahulu kala, ada seorang putra raja ("raden") yang mencintai seorang pembantu ("batur"). Namun oleh kedua orang tuanya tidak disetujui, dan mengakhiri hidupnya di tempat yang kini bernama "Baturraden". Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut: di utara gunung Slamet (Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pemalang); di timur kecamatan Sumbang; di selatan Kota Purwokerto; di barat kecamatan Kedungbanteng. Adapun beberapa desa di Baturraden antara lain: Karangmangu, Karangsalam, Karangtengah, Kebumen, Kemutug Kidul, Kemutug Lor, Ketenger, Kutasari, Pamijen, Pandak, Purwosari dan Rempoah. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Baturaden, destinasi wisata masa kini, batoer tempo doeloe di selatan Slamat? Seperti disebut di atas, wilayah Baturaden sudah dikenal sejak lama, bahkan diduga sudah sedari doeloe dimana terdapat batur. Wilayah Baturaden sejak 1905 dijadikan sebagai taman nasional. Lalu bagaimana sejarah Baturaden, destinasi wisata masa kini, batoer tempo doeloe di selatan Slamat? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 07 April 2023

Sejarah Banyumas (28): Ajibarang, di Jalur Pegunungan Antara Pantai Utara dan Pantai Selatan; Ajibarang di Residentie Banjoemas


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Ajibarang konon merupakan sebuah kadipaten (kabupaten) yang didirikan oleh seorang pendatang dari wilayah kerajaan Galuh Pakuan yang bernama Jaka Mruyung. Negeri Galuh Pakuan merupakan sebuah negeri yang masuk dalam wilayah Kerajaan Pajajaran. Kisah bermula Adipati Galuh Pakuan bernama Munding Wilisberangkat memiliki putra bernama Jaka Maruyung yang dikabarkan hilang. Munding mencari lalu bertemu seorang bernama Ki Maranggi. Sementara itu dalam perjalanan mencari orangtua Maruyung tiba di suatu tempat kawasan pakis aji. Maruyung akhirnya menjadi raja di kadipaten Kutanegara. Lalu ibu kota kadipaten dipindahkan ke hutan pakis aji yang pernah disinggahinya. Hutan pakis aji itu diberi nama Ajibarang. Jaka Mruyung adalah adipati Ajibarang yang pertama (lihat https://www.mikirbae.com/2022).


Ajibarang adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Banyumas. Kecamatan Ajibarang terletak di bagian barat Kabupaten Banyumas, sekitar 18 km dari pusat kabupaten yaitu kota Purwokerto. Jumlah penduduk Kecamatan Ajibarang pada 2014 adalah 93.415 jiwa. Luas wilayah Kecamatan Ajibarang mencapai 66,50 km² yang terdiri dari 15 desa. Pusat pemerintahan dan ekonominya berada di wilayah desa Ajibarang Wetan dan Ajibarang Kulon atau biasa kenal dengan nama Kota Ajibarang. Nama-nama desa di kevamatan Ajibarang: Ajibarang Kulon, Ajibarang Wetan, Banjarsari, Ciberung, Darmakradenan, Jingkang, Kalibenda, Karangbawang, Kracak, Lesmana, Pancasan, Pancurendang, Pandansari, Sawangan, Tipar Kidul, Parakan. Batas wilayah di utara kabupaten Brebes dan kabupaten Tegal; di timur kecamatan Cilongok; di barat kecamatan Pekuncen dan kecamatan Gumelar; di selatan kecamatan Wangon. Kota Ajibarang dilintasi persimpangan jalan nasional tengah pulau Jawa. Jalan Nasional menghubungkan Tegal di utara dengan Cilacap. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Ajibarang, jalur pegunungan antara pantai utara dan pantai selatan? Seperti disebut di atas, wilayah Ajibarang adalah wilayah strategis yang menghubungkan ke tiga kota: Cirebob, Purwokerto dan Cilacap. Pada awal era Pemerintah Hindia Belanda Ajibarang menjadi salah satu afdeeling di Residentie Banjoemas. Lalu bagaimana sejarah Ajibarang, jalur pegunungan antara Cirebon dan Purwokerto? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Banyumas (27): Majenang, Wilayah Cilacap; Riwayat Wilayah Dayeuhluhur dan Budaya Sunda Masuk Residentie Banjoemas


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Nama Majenang mirip nama Magelang. Tempo doeloe disebut Madjinang. Mengapa? Yang jelas dalam perkembangannya nama Madjinang menghilang dan yang lestarri kemudian adalah Madjenang. Bagaimana dengan sejarahnya? Mungkin ada yang ingin menulisnya, tetapi sangat terbatas data yang ada. Namun sejarah Majenang tetaplah penting karena disebut wilayah transisi budaya Jawa dan budaya Sunda. Mari kita lacak.

 

Majenang adalah kecamatan di Kabupaten Cilacap. Majenang dahulunya bagian dari kadipaten Dayeuhluhur, dibubarkan masa perlawanan Pangeran Diponegoro. Seluruh wilayah Kadipaten Dayeuhluhur, termasuk Majenang menjadi bagian dari Kabupaten Banyumas, kemudian digabungkan ke wilayah Kabupaten Cilacap pada tahun 1960. Kecamatan ini merupakan jalan utama lintas provinsi antara Jawa Tengah dan Jawa Barat menghubungkan Cilacap dengan Kota Banjar. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Brebes, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Cimanggu, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Cipari, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Wanareja. Sebagian besar wilayah Majenang adalah pegunungan dan selebihnya dataran, mulai dari ketinggian sekitar 100-1200 M dpl. Hampir semua tanahnya subur, baik yang berupa pegunungan maupun dataran. Ada 3 sungai yang cukup deras yaitu: Sungai Cijalu, Sungai Cilopadang, dan Sungai Cileumeuh. Hutannya sangat lebat belantara dengan pohon hutan asli. Bukit-bukitnya sebagian besar terjal dengan kemiringan 25 derajat sampai 75 derajat. Ditemuklan tambang emas di desa Sadahayu (belum di eksplor). Majenang merupakan daerah "peralihan" Sunda-Jawa. Artinya, di wilayah ini bahasa ibu yang dipakai terdiri dari Bahasa Sunda dan Bahasa Jawa. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Majenang di wilayah Cilacap? Seperti disebut di atas, sejarah Majenang kurang terinformasikan. Namun wilayah Majenang menjadi penting karena terbilang batas budaya Sunda dan budaya Jawa. Dalam hubungan ini penting untuk memahami riwayat wilayah Dayeuhluhur dan budaya Sunda di Residentie Banjoemas. Lalu bagaimana sejarah Majenang di wilayah Cilacap? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 06 April 2023

Sejarah Banyumas (26): Sidareja, Wilayah Rawan Banjir; Sungai Citandui di Sebelah Barat dan Teluk Segara di Sebelah Selatan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Dimana Sidareja adalah satu hal. Bagaimana sejarah Sidareja adalah hal lain lagi. Sidareja tempo doeloe berbatas di sebelah barat sungai Citandui dan di sebelah selatan teluk Segara Anakan. Apakah ada sejarah Sidareja? Tampaknya tidak ada yang peduli. Okelah, Untuk itu mari kita pelajari dan sejarahnya dinarasikan. Sidareja sejatinya terbilang kota lama, sejarah yang terhapus karena narasi sejarah yang lain.


Kecamatan Sidareja Ternyata Punya Cerita Sejarah Asal Usul Misterius, Warga Kabupaten Cilacap Wajib Tau Nih. CilacapUpdate.com 7 Februari 2023. Sidareja sebuah kecamatan di kabupaten Cilacap. Salah satu kota distrik (induk) di wilayah pembangunan bagian barat meliputi Gandrungmangu, Bantarsari, Karangpucung, Cipari, Kedungreja, dan Patimuan. Kecamatan Sidareja sendiri terdiri dari 10 desa antara lain Sidareja, Gunungreja, Tinggarjaya, Kunci, Penyarang, Karanggedang dan Sudagaran. Sidareja paling pinggir sebelah barat kabupaten Cilacap berbatasan Jawa Barat (sungai Citanduy). Berdirinya Sidareja diyakini desa Panda sudah tua, diperkirakan sudah ada masa Kerajaan Galuh abad ke-6, masuk wilayah Kerajaan Galuh berbudaya Sunda. Berdasarkan penelitian tahun 1989 disimpulkan bahasa Sunda pernah menjadi bahasa tutur masyarakat Panda. Nama-nama tempat dan sungai, seperti, Cireang, Cukangawi, Cipancur, Citunggul, Cipeundeuy, Cibrewek, dan lain sebagainya menunjukkan adanya pengaruh bahasa Sunda di Desa Panda. Beberapa kosa kata bahasa Sunda di Desa Panda tidak ditemukan di wilayah Bandung, tetapi memiliki banyak kesamaan dengan bahasa Sunda di wilayah Banten. Sebelum dihuni manusia, wilayah desa Panda hutan belantara. Mbah Damarwulan, Mbah Panusupan, dan Mbah Jayasengara dianggap sebagai para leluhur mendirikan desa Panda. Warga Desa Panda juga memiliki leluhur dikenal Mbah Darmokusumo. Sebelum masuk ke dalam wilayah kabupaten Banyumas, pada awalnya menjadi bagian dari wilayah kabupaten Cilacap. (https://cilacap.pikiran-rakyat.com/)

Lantas bagaimana sejarah Sidareja, wilayah rawan banjir? Seperti disebut di atas sejarah Sidareja kurang terinformasikan. Mengapa? Karena tidak ada yang perduli, sehingga narasi sejarahnya terlupakan begitu saja. Secara geofrafis, wilayah Sidareja tempo doeloe di sebelah barat sungai Citandui dan di sebelah selatan teluk Segara Anakan. Lalu bagaimana sejarah Sidareja, wilayah rawan banjir? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Banyumas (25): Kroya, Kampong Halaman Junaidi Rusmono; Tempat Dimana Soedirman Pernah Mengajar dan Berjuang


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Junaidi Rusmono adalah tokoh penting bagi saya. Saya awalnya mengenal Kroya dari beliau (1984-1988). Okelah, itu satu hal. Dalam hal ini bagaimana sejarah Kroya sudah pernah ada yang menulis. Namun karena saya ingin melanjutkan pemahaman tentang Kroya, menjadi penting untuk menulis kembali narasi sejarah Kroya. Karena itulah muncul kembali sahabat lama Junaidi Rusmono.


Kroya sebuah kecamatan di wilayah (kabupaten) Cilacap. Kroya dikenal jalur pertemuan KA dari arah Bandung-Tasikmalaya dengan jalur KA dari Cirebon (Kejaksan)-Purwokerto menuju Yogyakarta atau sebaliknya. Stasiun Kroya memiliki tingkat lalu lintas terpadat di Daerah Operasi 5 Purwokerto. Kroya berbatasan kabupaten Banyumas di utara dan timur laut; kecamatan Nusawungu di timur, kecamatan Adipala dan Maos, di barat; kecamatan Binangun di selatan. Berdirinya (kecamatan) Kroya dari sejarah terbentuknya Karesidenan Banyumas. Kroya sendiri awalya desa kecil masa kadipaten Wirasaba. Selanjutnya, pasca perang Diponegoro seluruh daerah Banyumas (Mancanegara Kulon) bereada di bawah Pemerintah Hindia Belanda, termasuk wilayah Kroya. Dalam laporan Hallewijn 20 September 1830 kepada Komisaris Jenderal de Kock yang berada di Sokaraja wilayah yang akan dibentuk Residentie Banjoemas meliputi, antara lain Kebumen, Banjar, Panjer (Kebumen), Ayah, Prabalingga, Banyumas, Kroya, Sumpiuh, Adireja, Karanganyar, Patikraja, Purwakerta dan Ajibarang. Tahun 1843 mulai dibangun akses jalan dari Banyumas ke selatan menerobos gunung Karangrau hingga ke Buntu dan disambung ke selatan lagi sampai Kroya. Mulanya wilayah Kroya setingkat kawedanan (onderdistrict) di district Adireja dan kemudian ditingkatkan menjadi distrik. Pada masa ini jumlah penduduk kecamatan sebanyak 140 ribu jiwa. Mayoritas penduduk suku Jawa Banyumasan menggunakan bahasa Ngapak/Banyumasan. Ada banyak suku pendatang seperti dari Sunda, Madura, Minang, Batak dan Manado. Kroya sendiri memiliki catatan sejarah penting dimana Jenderal Soedirman pernah tinggal, mengajar dan berjuang di wilayah ini sebelum berjuang secara gerilya di wilayah Purwokerto, Purworejo dan Jogjakarta. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Kroya, kampong halaman Junaidi Rusmono? Seperti disebut di atas, kota Kroya adalah salah satu tempat penting di wilayah residentie Banjoemas khususnya di wilayah afdeeling Tjilatjap. Kroya juga adalah kota tempat dimana Jenderal Soedirman pernah mengajar yang juga menjadi kampong halaman sahabat saya. Lalu bagaimana sejarah Kroya, kampong halaman Junaidi Rusmono? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 05 April 2023

Sejarah Banyumas (24): Cilacap di Muara Sungai Donan; Geomorfologi Area Cilacap Tempo Doeloe Zaman Kuno dan Masa Kini


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Sejarah (wilayah) kabupaten Cilacap pada akhir era Kerajaan Majapahit (1294-1478) disebut terbagi dalam wilayah-wilayah Kerajaan Majapahit: Adipati Pasir Luhur dan Kerajaan Pakuan Pajajaran, yang wilayahnya membentang dari timur ke arah barat: (1) Wilayah Ki Gede Ayah dan wilayah Ki Ageng Donan dibawah kekuasaan Kerajaan Majapahit; (2) Wilayah Kerajaan Nusakambangan dan wilayah Adipati Pasir Luhur; (3) Wilayah Kerajaan Pakuan Pajajaran. Nama Donan dalam hal ini menjadi penting adalah terbentuknya kota Cilacap yang kemudian Cilacap menjadi nama wilayah (kabupaten).  


Menurut Husein Djayadiningrat, Kerajaan Hindu Pakuan Pajajaran setelah diserang oleh kerajaan Islam Banten dan Cirebon dan jatuh pada tahun 1579, maka bagian timur Kerajaan Pakuan Pajajaran diserahkan kepada Kerajaan Cirebon (termasuk wilayah dimana kemudian terbentuk kabupaten Cilacap). Setelah Kerajaan Pajang menjadi Kerajaan Mataram Islam (1587-1755). Pada tahun 1595 Kerajaan Mataram ekspansi ke Kabupaten Galuh (Kerajaan Cirebon). Pada era Pemerintah Hindia Belanda dibentuk Onder Afdeling Cilacap (besluit 17 Juli 1839). Sementara itu dengan beslit 27 Juni 1841 wilayah Dayeuhluhur dipisahkan dari Banyumas yang kemudian disatukan menjadi afdeling Cilacap dengan ibu kota di Cilacap, yang menjadi tempat kedudukan Asisten Residen. Pada masa Residen Banyumas van de Moore mengajukan usul pada tanggal 3 Oktober 1855 pembentukan Kabupaten Cilacap. Besluit Gubernur Jenderal tanggal 21 Maret 1856 menetapkan Onder Regentschap Cilacap ditingkatkan menjadi Regentschap (Kabupaten Cilacap). Bupati Cilacap yang pertama diangkat adalah R Tumenggung Tjakra Werdana II (1858-1873). (https://cilacapkab.go.id/)

Lantas bagaimana sejarah Cilacap di muara sungai Donan? Seperti disebut di atas, nama Cilacap adalah nama baru di wilayah muara sungai Donan. Namun dalam perkembangannya nama kota Cilacap menjadi nama wilayah. Apakah dalam hal ini ada perbedaan wlayah geomorfologi Cilacap zaman kuno, tempo doeloe dengan masa kini? Lalu bagaimana sejarah Cilacap di muara sungai Donan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Banyumas (23): Banjarnegara di Hulu Daerah Aliran Sungai Serayu; Banjar, Pegunungan Dieng dan Pantai Selatan Jawa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Kabupaten Banjarnegara ditetapkan hari jadinya menjadi 26 Februari 1571. Sementara kabupaten Banyumas pad tanggal 22 Februari 1571. Itu didasarkan ditetapkannya pembagian 4 wilayah Kadipaten Wirasaba diantaranya Kadipaten Banjar Petambakan dan Kadipaten Banyumas. Bagaimana dengan kabupaten Purbalingga? Tetap memilih 18 Desember 1830, sementara kabupaen Cilacap menetapkan hari jadi tanggal 21 Maret 1856. Mengapa bisa berbeda-beda? Itu satu hal. Hal yang penting dalam hal ini bagaimana narasi sejarahnya.


Banjarnegara, suatu kabupaten ibu kota di Banjarnegara Kota. Wilayah kabupaten berbatasan Pekalongan dan Batang di utara, Wonosobo di timur, Kebumen di selatan, dan Banyumas dan Purbalingga di barat. Zona Utara, adalah kawasan pegunungan dari Dataran Tinggi Dieng, yang curam dan bergelombang; Zona Tengah merupakan Depresi Serayu yang subur. Zona Selatan merupakan bagian dari Pegunungan Serayu Selatan, relief curam. Elevasi 0-100 M dpl seluas 9,82 %. Disebutkan dalam perang Diponegoro, R. Tumenggung Dipoyudo IV berjasa kepada pemerintah Mataram, sehingga Sri Susuhunan Pakubuwono VII menetapkan bupati Banjar berdasarkan Resolutie Governeur Generaal Buitenzorg tanggal 22 Agustus 1831 di Banjarmangu (dikenal Banjarwatulembu). Daerah Banjar menjadi pilihan untuk ditetapkan sebagai ibu kota baru. Di daerah persawahan (Banjar) didirikan ibu kota kabupaten (Negara) sehingga nama daerah menjadi Banjarnegara (Banjar: Sawah, Negara: Kota). Sejarah lama bermula setelah diangkat menjadi Adipati (era Pajang 26 Februari 1571), Joko Kaiman (Wargo Hutomo II) membagi Kadipaten Wirasaba menjadi 4 (empat) kadipaten, yaitu: Wirasaba, Merden, Banjar Petambakan dan Banyumas di Kejawar. Kyai Adipati Wargo Hutomo II mendapat julukan Adipati Mrapat. Sejak 2019 Hari Jadi Kabupaten Banjarnegara diubah dari tanggal 22 Agustus 1831 menjadi 26 Februari 1571 (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Banjarnegara di hulu daerah aliran sungai Serayu? Seperti disebut di atas, hari jadi (kabupaten) Banjarnegara merujuk tahun 1571, tetapi bagaimana wilayah kabupaten Banjarnegara secara geografi berada diantara Pegunungan Dieng dan Pantai Selatan Jawa. Apa yang menarik? Ada Banjar di timur (kota Bandjarnegara, Jawa Tengah) dan ada Banjar di barat (Kota Banjar, Jawa Barat). Lalu bagaimana sejarah Banjarnegara di hulu daerah aliran sungai Serayu? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.