*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini
Nama
Tasikmalaya adan nama Sukapura adalah nama unik di Priangan (timur). Duan ama ini
diduga berasal dari zaman kuno era Hindoe Boedha. Letak geografis yang dekat ke
pantai selatan Jawa mengindikasikan wilayah ini berkembang pada masa awal
navigasi pelayaran perdagangan di pantai selatan Jawa. Pintu masuk ke wilayah
pegunungan ini dari muara sungai Citanduy yang diduga dulunya tepat berada di
Banjar yang sekarang. Jika Sukapura sebagai kota awal, apakah wilayah Tasikmalaya
sebagai danau besar? Danau tasik di gunung besar Malaya (Galunggung)?
Tasikmalaya nama kabupaten dan kota di Jawa Barat. Kabupaten ibu kota di Singaparna. Kabupaten ini berbatasan Majalengka di utara, Samudra Hindia di selatan, Ciamis dan Pangandaran di timur, dan Garut di barat. Sebelum Tasikmalaya adalah Sukapura yang dulunya bernama Tawang atau Galunggung. Penyebutan Tasikmalaya muncul setelah gunung Galunggung meletus sehingga wilayah Sukapura berubah jadi tasik (danau, laut). Sebagian besar wilayah daerah perbukitan, khususnya di daerah timur. Pada abad ke-7, diketahui adanya bentuk Pemerintahan Kebataraan pusat di sekitar Galunggung, dengan kekuasaan mengabisheka raja-raja (dari Kerajaan Galuh) persetujuan Batara yang bertakhta di Galunggung. Batara atau sesepuh memerintah masa terakhir Batari Hyang yang masa pemerintahannya mengalami perubahan bentuk dari kebataraan jadi kerajaan. Kerajaan bernama Kerajaan Galunggung berdiri 21 Agustus 1111 penguasa pertamanya Batari Hyang. Periode pemerintahan di Sukapura didahului masa pergolakan di wilayah Priangan awal abad ke-17: Mataram, Banten, dan VOC. Wirawangsa penguasa Sukakerta diangkat Bupati daerah Sukapura, dengan gelar Wiradadaha I, hadiah dari Sultan Agung Mataram atas jasa-jasanya membasmi pemberontakan Dipati Ukur. Pada masa pemerintahan Surialaga (1813-1814) ibu kota dipindahkan ke Tasikmalaya. Nama kabupaten Sukapura 1913 diganti menjadi Tasikmalaya (Wikipedia).
Lantas bagaimana sejarah Tasikmalaya danau Malaya sejak era Sukapura? Seperti disebut di atas, adakalanya nama menunjukkan sejarahnya sendiri tentang Tasikmalaya. Suatu wilayah subur di kaki gunung Galunggung. Apakah wilayah kota Tasikmalaya sekitar yang sekarang dulunya danau besar? Yang jelas gunung tertinggi adalah Galunggung di wilayah pegunungan pantai selatan Jawa. Lalu bagaimana sejarah Tasikmalaya danau Malaya sejak era Sukapura? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Tasikmalaya Danau Malaya Sejak Era Sukapura? Galunggung dan Wilayah Pegunungan di Pantai Selatan Jawa
Ada sungai di Tasikmalaya yang tidak bermuara ke sungai Citanduy. Sungai tersebut adalah sungai Ciwulan yang berhulu di gunung Cikuray dan bermuara di pantai selatan Jawa. Sungai ini diduga kuat merupakan salah satu pananda awal navigasi jalan dari pantai di kampong Ciwulan ke kepadalaman di Tasikmalaya. Pantai selatan pada awal navigasi perlayaran perdagangan termasuk lalu lintas yang ramai ke teluk Sagara (Anakan).
Sungai di Tasikmalaya yang bermuara ke sungai Citanduy adalah sungai
Ciloseh. Sungai ini berhulu di gunung Galunggung dan bermuara di sungai Citanduy
tepat di hilir Kota Tasikmalaya. Sungai Citanduy ini di awak navigasi pelayaran
perdagangan bermuara di laut di Kota Bandjar yang sekarang. Oleh karena itu di
jalur navigasi pelayaran perdagangan awal, wilayah Tasikmalaya dapat didekati
dari pantai selatan dan dari timur di pantai teluk Sagara di kota Banjar yang
sekarang.
Nama terawal di wilayah Tasikmalaya adalah Sukapura. Nama ini sudah dicatat pada abad ke-17 era VOC sebagai suatu district. Nama Sukapura sendiri diduga kuat nama lama yang berasal dari zaman kuno era Hindoe Boedha. Pada Peta 1724 wilayah (lansckap) Sukapura ini adalah dari wilayah kota Tasikmalaya yang sekarang hingga ke pantai. Sementara di sisi timur lanskap Sukapura ini diidentifikasi sebagai lanskap Imbanagara (Sukapura dan Imbanagara sebagai nama wilayah; tidak terindentifikasi nama kampong). Dalam hal ini di daerah aliran sungai Citanduy, lanskap Sukapura berada di hulu, lanskap Imbanagra di hilir sungai. Bagi penduduk di lanskap Sukapura sungai Ciwulan menjadi penting, karena menjadi satu-satunya penghubung antara bagian pedalaman dan bagian pesisir pantai.
Secara teoritis, pada awal perkembangan peradaban di pulau-pulau
nusantara, biasaya bermula di pedalaman. Hal itu dimana ditemukan lahan-lahan
subur dan ketersediaan hasil-hasil huta. Produk-produk yang dihasilkan di pedalaman
ini dipertukarkan di pantai dengan para pedagangan-pedagang manca negara. Di Kawasan
pertukaran di pantai inilah kemudian berkembang pelabuhan-pelabuhan seperti Banjar
di muara sungai Citanduy. Pada fase ini diduga pelabuhan Banjar ini masih
berada di pantai di suatu teluk besar (teluk yang diduga teluk Sagara). Dalam
perkembangan peradaban lebih lanjut dua pusat peradaban berkembang, tidak hanya
di pedalaman tetapi juga di pantai. Wilayah antara dua tipologi kota inilah
berkembang kawasan yang lebih luas yang gilirannya membentuk jaringan perdagangan
di wilayah belakang pantai hingga jauh ke pedalaman. Dalam konteks inilah
wilayah Tasikmalaya. Ciamis dan Banjar berkembang secara Bersama-sama menjadi
satu kawasan ekonomi di wilayah pantai selatan Jawa.
Pada Peta 1724 di sebelah barat lanskap Sukapura adalah lanskap Kandang Wessi (kini masuk wilayah Garut). Sedangkan dua lanskap di utara lanskap Sukapura adalah lanskap Priangan dan lanskap Sumedang. Lanskap Sukapura tampaknya lanskap yang paling luas diantara lanskap-lanskap yang ada (jika garis pantai masa ini antara batas Garut hingga semenanjung Pangandaran). Beberapa decade sebelumnya, penguasa Sukapura terbilang juga cukup berpengaruh dimana Toemenggoeng Soekapoera melakukan perjanjian dengan VOC.
Setelah Soesoehoenan menyerahkan Jawa bagian barat
di bawah otoritas Pemerintah VOC, pada masa komandan Jacob Couper (dari
Chirebon) telah melakukan perjanjian di Chirebon dengan Pangeran Soemedang (yang
sejak 1677 menempatkan diri di bawah VOC); Demang Timbanganten (sebalah barat Sukapura/Kandang
Wesi/sekitar Leles) yang diangkat menjadi bupati Bandoeng tahun 1681 oleh komisaris
van Dijk; Toemenggoeng Soekapoera dan Toemenggoeng Galoenggoeng dan Parakan
Moentjang; Kijai Imbanagara. Apakah sudah ada ekspedisi VOC (Couper) ke wilayah
Priangan (Preanger) tidak terinformasikan. Yang jelas pada tahun 1686 adalah
tahun terakhir Mataram di wilayah Galoeh (Imbanagara). Untuk sekadar menambahkan
wilayah hulu sungai Tjiliwong dilakukan ekspedisi pata tahun 1687.
Pada Peta 1817 nama Sukapura diidentifikasi sebagai kampong di hulu sungai Ciwulan. Posisi GPS kampong Sukapura ini berada di sisi barat sungai Ciwulan sebelum sungai berbelok ke barat ke arah gunung Chikuray. Jika membandingkan pada peta masa kini, letak kampong Sukapura ini berada di batas paling selatan Kota Tasikmalaya (sekitar Sukaraja). Dalam peta tersebut nama Tasikmalaya belum/tidak teridentifikasi.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Galunggung di Wilayah Pegunungan Pantai Selatan Jawa: Sejak Era Navigasi Pelayaran Perdagangan Awal
Pada awal permulaan Pemerintahan Hindia Belanda, pada tahun 1822 terjadi letusan gunung Galunggung (lihat Bataviasche courant, 09-11-1822). Disebutkan terjadi letusan pada akhir bulan lalu yang mana letusan kedua terjadi mulai pukul tujuh malam hingga tengah malam telah mengeluarkan lava yang sangat hebat yang mengalir hingga sungai-sungai di Singaparna. Lumpur mendidih, bercampur dengan belerang yang terbakar, telah membanjiri sebagian besar dataran Singaparna, Sebagian penduduk berhasil menyelamatkan diri ke gunung-gunung sementara sebagian ada penduduk yang terkena aliran lava yang panas dan terbakar dan banyak yang meninggal, Diperkirakan letusan kedua ini menghancurkan 24 kampung lagi, dan tidak kurang dari 1.000 jiwa terbunuh.
Disebut lebih lanjut seorang ahli bedah Bruijninga, dari Tasikmalaja segera berangkat ke Singaparna, untuk memberikan bantuan bedah yang diperlukan kepada pasien yang berkumpul disana, Sebanyak 86 dari 195 yang terluka telah meninggalkan rumah sakit. Beberapa telah meninggal. Di Radjapolla juga, sebanyak 31 orang sembuh dari total 58 pasien. Di Tasik Malaija masih ada 43 orang yang terkena lava, sebagian besar terluka parah atau terbakar yang tengah pemulihan. Yang juga patut dipuji adalah semangat para imam (pemimpim Islam) di Singaparna untuk memberikan bantuan kepada penduduk yang sakit. Ketika saya mau pulang di jalan utama di Radjapolln, orang Chirebon juga datang kesana berniat untuk meringankan bencana penduduk..
Tunggu deskripsi lengkapnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar