Kamis, 06 April 2023

Sejarah Banyumas (26): Sidareja, Wilayah Rawan Banjir; Sungai Citandui di Sebelah Barat dan Teluk Segara di Sebelah Selatan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Dimana Sidareja adalah satu hal. Bagaimana sejarah Sidareja adalah hal lain lagi. Sidareja tempo doeloe berbatas di sebelah barat sungai Citandui dan di sebelah selatan teluk Segara Anakan. Apakah ada sejarah Sidareja? Tampaknya tidak ada yang peduli. Okelah, Untuk itu mari kita pelajari dan sejarahnya dinarasikan. Sidareja sejatinya terbilang kota lama, sejarah yang terhapus karena narasi sejarah yang lain.


Kecamatan Sidareja Ternyata Punya Cerita Sejarah Asal Usul Misterius, Warga Kabupaten Cilacap Wajib Tau Nih. CilacapUpdate.com 7 Februari 2023. Sidareja sebuah kecamatan di kabupaten Cilacap. Salah satu kota distrik (induk) di wilayah pembangunan bagian barat meliputi Gandrungmangu, Bantarsari, Karangpucung, Cipari, Kedungreja, dan Patimuan. Kecamatan Sidareja sendiri terdiri dari 10 desa antara lain Sidareja, Gunungreja, Tinggarjaya, Kunci, Penyarang, Karanggedang dan Sudagaran. Sidareja paling pinggir sebelah barat kabupaten Cilacap berbatasan Jawa Barat (sungai Citanduy). Berdirinya Sidareja diyakini desa Panda sudah tua, diperkirakan sudah ada masa Kerajaan Galuh abad ke-6, masuk wilayah Kerajaan Galuh berbudaya Sunda. Berdasarkan penelitian tahun 1989 disimpulkan bahasa Sunda pernah menjadi bahasa tutur masyarakat Panda. Nama-nama tempat dan sungai, seperti, Cireang, Cukangawi, Cipancur, Citunggul, Cipeundeuy, Cibrewek, dan lain sebagainya menunjukkan adanya pengaruh bahasa Sunda di Desa Panda. Beberapa kosa kata bahasa Sunda di Desa Panda tidak ditemukan di wilayah Bandung, tetapi memiliki banyak kesamaan dengan bahasa Sunda di wilayah Banten. Sebelum dihuni manusia, wilayah desa Panda hutan belantara. Mbah Damarwulan, Mbah Panusupan, dan Mbah Jayasengara dianggap sebagai para leluhur mendirikan desa Panda. Warga Desa Panda juga memiliki leluhur dikenal Mbah Darmokusumo. Sebelum masuk ke dalam wilayah kabupaten Banyumas, pada awalnya menjadi bagian dari wilayah kabupaten Cilacap. (https://cilacap.pikiran-rakyat.com/)

Lantas bagaimana sejarah Sidareja, wilayah rawan banjir? Seperti disebut di atas sejarah Sidareja kurang terinformasikan. Mengapa? Karena tidak ada yang perduli, sehingga narasi sejarahnya terlupakan begitu saja. Secara geofrafis, wilayah Sidareja tempo doeloe di sebelah barat sungai Citandui dan di sebelah selatan teluk Segara Anakan. Lalu bagaimana sejarah Sidareja, wilayah rawan banjir? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Sidareja, Wilayah Rawan Banjir; Sebelah Barat Sungai Citandui dan Sebelah Selatan Teluk Segara Anakan

Nama Sidareja adalah nama generic, ditemukan di berbagai tempat seperti di Kediri. Namun begitu, nama Sidareja bermula dari satu tempat. Bagaimana dengan nama Sidaredja di wilayah Cilacap? Nah, itulah pertanyaannya. Yang jelas nama Sidoredjo di wilayah Cilacap paling tidak sudah diberitakan tahun 1875 (lihat Regerings-almanak voor Nederlandsch-Indie, 1875).


Pada masa ini penulisan nama Sidaraja dan Sidorejo saling dipertukarkan. Di wilayah Jawa bagian barat cenderung melafalkannya dengan nama Sidareja. Pada Peta 1817 nama Sidaredja tidak/belum diidentifikasi. Nama yang diidentifikasi antara lain Madjenang dan Dajeuh Loehoer. Pada Peta 1750 satu nama penting yang diidentifikasi adalah nama teluk Sagara Anakan. Teluk digambarkan sangat besar, dimana di muara sungai Cibeureum diidentifikasi du pulau delta. Pada peta tersebut di wilayah hulu sungai Citandui di sebelah timur diidentifikasi habitat populasi gajah. Wilayah Sidareja masa kini diduga berada diantara dua sungai: sungai Citandui dan sungai Cibeureum. Dalam Peta 1817 wilayah teluk bagian dalam diidentifikasi sebagai rawa, sedangkan pulau delta pada peta sebelumnya sebagai daratan (di tengah rawa).

Nama Sidaredja pada tahun 1875 menjadi pusat penjualan garam, garam yang didistribusikan dari (kota) Bandjar. Pada tahun 1875 ini kampong Madoera masuk wilayah afdeeling Banjoemas dan kampong Sindeh dan kampong Sidaredja masuk afdeeling Tjilatjap (lihat Handleiding bij de beoefening der land- en volkenkunde van Nederlandsch Oost-Indie, voor de cadetten, bestemd voor den dienst in die gewesten, 1874).


Pada masa lampau Pemerintah Hindia Belanda awalnya telah menempatkan pakhuis di kampong Sindeh dan kampong Madoera (lihat Tijdschrift voor Neerland's Indie, 1849). Disebutkan produksi dari Dajeehloehoer serta Madoera dan Sindeh melalui jalan sungai Tjitandoei dan Tjilauning terus ke teluk Sagara Anakan yang selanjutnya ke Tjilatjap. Pada Peta 1860 di selatan (kota) Madjenang diidentifikasi nama (kampongbesar) Sindeh (nama yang diduga kemudian digantikan oleh Sidoredjo). Wilayah Sindeh di sebelah selatan digambarkan sebagai wilayah yang berawa, yang mana sungai-sungai di wilayah rawa bermuara ke sungai Tjibeureum. Dalam peta ini ada jalan darat dari Sindeh ke Bandjar melalui kampong Madoera (kini desa Madura masuk kecamatan Wanaredja, kabupaten Cilacap). Pada peta ini wilayah Sidaredja masih berupa rawa-rawa.

Nama Sidaredja tampaknya adalah nama baru. Nama Sidaredja paling tidak namanya baru terinformasikan pada tahun 1875. Sebagaimana disebut di diatas, di kampong Sidareja telah ditempatkan gudang garam untuk distribusi di kawasan. Informasi tentang nama kampong Sidaredja dijadikan sebagai ibu kota baru menggantikan Sindeh paling tidak muncul pada tahun 1873 (lihat Tijdschrift voor Neerland’s Indie, 1873). Nama Sidaredja baru mulai popular sejak tahun 1875.


Nama kampong besar tempo doeloe Sindeh mengalami degradasi didaerah aliran sungai Tjilauining, lalu pada tahun 1973 digantikan oleh kampong Sidaredja. Tamat kampong Sindeh, Kinin ama Sindeh hanya sekadar nama dusun. Dusun Sindeh kini berada di desa Wringinharjo, kecamatan Gandrungmangu. Kecamatan Gandrungmangu berada di bagian tengah kabupaten Cilacap. Sebagian besar wilayahnya merupakan dataran rendah, tetapi ada sebagian wilayah disebelah utara yang berupa perbukitan hingga ketinggian 200 M dpl (lihat Wikipedia).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Sebelah Barat Sungai Citandui dan Sebelah Selatan Teluk Segara Anakan: Teluk Zaman Kuno di Sidareja, Rawan Banjir Dekat Banjar

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar