Jumat, 24 September 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (130): Keluarga Sejarah dan Sejarah Keluarga; Otobiografi, Biografi dan Peran Para Penulis Sejarah

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Saya menemukan begitu banyak tokoh sejarah yang kurang terinformasikan. Faktanya banyak data yang kini dapat diakses dari sumber-sumber lama (koran dan majalah era Hindia Belanda) yang menunjukkan para tokoh itu penting dalam perjalanan sejarah menjadi Indonesia. Namun, semua itu tidak ada yang menulisnya, para ahli sejarah sengaja atau tidak sengaja mengabaikannya. Banyak para tokoh itu masuk dalam bagian sejarah nasional, tetapi karena ahli sejarah melupakan mereka, maka kenangan terhadap tokoh sejarah itu hanya ada (tersembunyi) di tingkat kelaurga.

Saya menulis tokoh-tokoh sejarah masa lampau yang sebenarnya kontribusinya terhadap terbentunya Indonesia. Tokoh-tokoh itu sudah ditulisan dalam arrtikel-artikel yang di upload dalam blog ini. Saya menulis para tokoh itu, karena memang benar-benar memiliki kontribusi dalam sejarah Indonesia. Mereka itu pantas ditulis dan diinformasikan. Banyak pembaca yang tertarik pada tokoh-tokoh tersebut, dan juga diantara para ahli waris para tokoh itu mengapresiasi tulisan itu, yang bahkan mereka sendiri terkejut ketokohan anggota keluarga itu diluar sepengetahuan mereka. Sejumlah individu keluarga telah meminta saya untuk menulis buku tokoh tersebut, tetapi dengan sangat hormat saya menolak karena saya lebih fokus pada yang lebih luas. Saya hanya meminta agar diantara anggota keluarga dapat menulisnya dan saya bisa membantu memberikan data yang saya miliki. Saya juga menyarankan jika tidak ada anggota keluarga yang memiliki kemampuan menulis dapat meminta para penulis di daerahnya untuk membantu menulis (tidak harus dalam bentuk cetakan juga bisa dalam berbgai platform seperti facebook, blog, youtube dsb). Fase inilah yang dapat kita katakan keluarga sejarah dan sejarah keluarga.

Lantas bagaimana sejarah keluarga dan keluarga sejarah? Seperti disebut di atas, banyak tokoh-tokoh yang terlupakan dalam sejarah Indonesia di berbagai daerah. Namun disayangkan para tokoh itu kurang terinformasikan. Sudah waktunya para ahli waris sang tokoh turut menginformasikan ke publik. Selama ini kita hanya terbiasa deangan buku-buku biografi dan otobiografi. Tentu saja upa pembuatan biografi adalah inisiatif yang baik dari keluarga apakah sang pelaku sejarah atau anggota keluarganya, tetapi itu bisanya datang dari keluarga mampu. Lalu bagaiamana dengan keluarga sejarah? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 23 September 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (129):Komunitas Sejarah Indonesia di Daerah; Desentralisasi Pengumpulan Data-Narasi Sejarah Indonesia

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Sejarawan Indonesia tentulah banyak, tetapi tidak cukup untuk seluruh wilayah Indonesia yang begitu luas. Seperti sarjana-sarjana dari bidang lainnya, banyak sarjana sejarah yang tidak bekerja pada bidang kesarjanaannya lagi. Untuk memenuhi kebutuhan ahli sejarah itu, sangat tergantung dari mahasiswa dari program studi sejarah di perguruan tinggi. Selama ini banyak peminat sejarah yang mengisi kekosongan itu. Sambil menunggu mahasiswa menjadi sarjana sejarah yang tetap pada bidangnya, dapat dibangkitkan dengan komunitas sejarah yang ada di berbagai tempat di seluruh Indonesia apakah sarjana sejarah maupun peminat sejarah. Bayangkan terdapat komunitas sejarah di 514 kabupaten/kota di Indonesa.  

Bidang perhatian (peminatan) sejarah di Indonesia dapat dibedakan berdasarkan sejarah nasional (sejarah Indonesia), sejarah daerah (sejarah provinsi), sejarah kabupaten/kota. Berdasarkan ruang lingkup itu bidang perhatian sejarah dapat dibedakan menurut aspek sejarah (spesialisasi). Bidang sejarah menurut aspek ini bisa jumlahnya tidak terbatas. Ada ahli/peminat sejarah pendidikan, sejarah kesehatan, sejarah infrastruktur, sejarah pertanian, sejarah ekonomi, sejarah bisnis dan sebagainya. Ahli/peminat sejarah nasional menurut bidang/peminatan tentu sangat sedikit relatif dibandingkan jumlah bidang/minat yang lebih khusus yang dibutuhkan. Sehubungan dengan semakin tumbuhnya komunitas sejarah di berbagai daerah (kabupaten/kota), dimungkinkan terjadi perubahan arsitektur sejarah Indonesia dari sejarah yang terpusat menjadi sejarah yang terdesentralisasi. Dengan demikian dimungkinkan terbentuknya sejarah Indonesia yang lebih mendalam (vertikal) dan lebih luas (horizontal).

Lantas bagaimana sejarah komunitas sejarah di Indonesia? Nah, itu dia. Seperti disebut di atas, jumlah sarjana sejarah (ahli sejarah) relatif lebih sedikit dari jumlah yang dibutuhkan. Para peminat sejarah mengisi kekosongan itu. Sambil menunggu terpenuhinya sarjana/ahli sejarah, fungsi dan peran komunitas sejarah di daerah inilah yang patut didorong agar bisa memetakan bidang sejarah di daerah, pengumpulan data, analisis dan menarasikannya apakah dalam bentuk artikel atau buku dalam berbagai platform seperti percetakan, webside/blog, medsos (twitter, facebook dan youtube) maupun bentuk-bentuk lainnya. Lalu bagaimana sejarah komunitas sejarah di Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (128): Mochtar Lubis dan Interpretasi Sejarah Indonesia; Manusia Indonesia hingga Bangsa Indonesia

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Siapa Mochtar Lubis sudah diketahui publik secara luas. Tentu saja tidak perlu ditulis lagi, karena sudah lengkap. Lantas mengapa perlu ditulis lagi. Nah, itu dia. Yang perlu dipertanyakan dalam hal ini adalah apakah Mochtar Lubis sebagai seorang sejarawan, paling tidak, apakah Mochtar Lubis tergolong peminat sejarah? Lalu apa pentingnya? Jawaban pertanyaan itu akan menjawab mengapa pertanyaan itu dianggap penting.

Mochtar Lubis lahir di Sungai Penuh, Kerinci, Jambi pada tanggal 7 Maret 1922. Ayah Mochtar Lubis bernama Marah Hoesin gelar Radja Pandapotan adalah pegawai pemerintah yang pindah dari satu tempat ke tempat lainnya, antara lain Padang Sidempoean, Selat Pandjang, Medan (1907) dan Kerintji. Radja Pandapotan dipindahkan ke Soengei Penoeh ibukota Kerintji tahun 1915 sebagai schrijver (penulis) dan terus berkarir di wilayah Kerintji hingga menjadi districthoofd (demang) pada tahun 1937. Mochtar Lubis sendiri adalah anak keenam dari sepuluh bersaudara. Ayahnya berasal dari huta Muara Soero, dekat Kotanopan, afdeeling Padang Sidempoean.

Lantas bagaimana sejarah Mochtar Lubis? Seperti disebut di atas, Mochtar Lubis adalah tokoh terkenal, tetapi masih menarik untuk mendeskripsikan sisi lain Mochtar Lubis dalam bidang sejarah. Lalu bagaimana Mochtar Lubis dalam sejarah Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 22 September 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (127): Sejarawan Indonesia Ong Hok Ham, Peminat Sejarah Tionghoa Peranakan; Why Sejarah Madiun?

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Saat saya mahasiswa, kolom Ong Hok Ham di majalah Tempo menulis namanya dalam satu kata: Onghokham. Mengapa begitu? Itu soal pilihan. Lantas, siapakah Ong Hok Ham? Apakah memiliki relasi dengan Ong Eng Die? Itu soal lain. Yang menjadi soal dalam hal ini adalah mengapa Ong Hok Ham menjadi sejarawan Indonesia terkenal. Apakah Ong Hok Ham memiliki latar belakang sejarah keluarga yang mirip dengan latar belakang sejarah keluarga Anhar Gonggong? Mari kita cari tahu.

Ong Hok Ham lahir di Soerabaja tangga 1 Mei 1933. Satu yang penting dalam pendidikanya adalah menulis disertasi dengan judul ‘The Residency of Madiun; Priyayi and Peasant in the Nineteenth Century’ di Yale University, Amerika Serikat tahun 1975. Ong Hok Ham berkarir sebagai dosen di Universitas Indonesia dan pensiun pada tahun 1989. Kolom-kolomnya pada majalah Tempo yang bertema sejarah selama 1976-2001 telah dibukukan pada tahun 2002 dengan judul ‘Wahyu yang Hilang, Negeri yang Guncang’. Secara khusus, Ong Hok Ham banyak membahasa tentang kaum peranakan Tionghoa Indonesia. Sejumlah artikelnya yang pernah dimuat pada Star Weekly juga telah dibukukan dengan judul ‘Riwayat Tionghoa Peranakan di Jawa’. Untuk melestarikan hasil-hasil karyanya telah dibentuk pusat pelajaran sejarah Ong Hok Ham Institute di Jakarta Timur. Ong Hok Ham meninggal dunia pada tanggal 30 Agustus 2007.

Lantas bagaimana sejarah sejarawan Ong Hok Ham? Seperti disebut di atas, Ong Hok Ham adalah salah satu sejarawan Indonesia terkenal. Latas mengapa dalam studi disertasinya memilih Madiun? Ong Hok Ham sebagai penulis juga mengusung tema-tema peranakan Tionghoa Indonesia. Lalu bagaimana sejarah sejarawan Ong Hok Ham? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (126): Soe Hok Gie Tokoh Militan, Sejarawan Meninggal Muda; Siapa Soe Hok Gie Sebenarnya?

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Siapa sebenarnya Soe Hok Gie? Kurang terinformasikan. Nama Soe Hok Gie baru dikenal luas setelah meninggal muda dan ditemukan dalam buku catatan hariannya. Lantas apakah Soe Hok Gie seorang sejarawan? Yang jelas WS Rendra pernah belajar sejarah dari Soe Hok Gie. O, iya? Itu dia. Lalu, mengapa Soe Hok Gie berminat sejarah Indonesia? Mari kita cari tahu.

 

Soe Hok Gie tentu saja tidak seterkenal abangnya Soe Hok Djin. Soe Hok Gie lahir di Jakarta, 17 Desember 1942 dan Soe Hok Djin lahir di Jakarta tanggal 3 Januari 1941. Dua putra Soe Lie Piet (mantan wartawan) ini sangat Indonesia, tidak dalam arti sebagai warga negara tetapi keduanya sangat kritis dalam pemikirannya. Soe Hok Gie dengan nama lain Arief Budiman pernah menjadi pimpinan organisasi mahasiswa yang termasiuk angkatan 66. Setelah menyelesaikan pendidikan sarjananya di Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia tahun 1968, melanjutkan pendidikan hingga memeperoleh gelar doktor (Ph.D) dalam bidang sosiologi di Universitas Harvard, Amerika Serikat pada tahun 1980. Pernah menjadi pengajar di UKSW (Universitas Kristen Satya Wacana) di Salatiga 1985-1995 dan kemudian menerima tawaran mengajar di Australia sebagai profesor di Universitas Melbourne. Arief Budiman meninggal dunia belum lama ini 23 April 2020. Soe Hok Gie sendiri meninggal pada tanggal 16 Desember 1969.

Bagaimana Soe Hok Gie memiliki minat pada bidang sejarah adalah satu hal, bagaimana Soe Hok Gie dianggap sebagai seorang mahasiswa militan adalah hal lain lagi. Mengapa dua hal itu ada di dalam diri Soe Hok Gie? Tentu saja sudah ada yang pernah menulisnya. Lantas mengapa harus ditulis lagi? Karena masih ada yang kurang terinformasikan. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.