Ketika Willem Iskander berangkat ke Belanda bersama AP Godon, namanya
hanya disebut di dalam manifest kapal sebagai juru tulis (bediende). Setelah
selesai studi, Willem Iskander telah mengganti namanya menjadi Willem Iskander.
Di dalam manifest kapal Petronella Catharina yang membawanya pulang dari
Amsterdam disebut W. Iskander (Nieuwe Rotterdamsche courant: staats-, handels-,
nieuws- en advertentieblad, 27-07-1861).
Nieuwe Rotterdamsche courant:, 27-07-1861 |
Kapal yang ditumpangi Willem Iskander langsung ke
Batavia. Besar kemungkinan Willem Iskander ingin bertemu dengan pejabat
pemerintah di Batavia sebelum pulang kampong di Mandailing en Angkola.
Willem Iskander di
Batavia terbilang cukup lama sejak tiba pada bulan Juli 1861. Willem Iskander
baru kembali ke Mandailing en Angkola dan tiba dengan kapal Batavia di Padang pada
akhir Desember 1861. Dalam manifest kapal namanya hanya disebut Iskander (Bataviaasch
handelsblad, 24-12-1861).
Bataviaasch handelsblad, 24-12-1861 |
Willem
Iskander satu kapal dengan beberapa pejabat seperti Barthelemij, Theuvenet dan
Canne. V. Barthelemij adalah sangat berpengalaman di Tapanoeli, controleur pertama di Angkola (1939), kemudian
Baros (1843) dan Natal (1954). Theuvenet adalah pejabat di Sibolga (1859) dan
di Padang Sidempuan (1861). Sementara Canne adalah pejabat di Sumatra’s
Westkust yang kelak tahun 1869 menjadi Resident di Tapanoeli. Sebagai Asisten
Residen Mandailing en Angkola pengganti AP Godon adalah Zelner, kemudian WA Hennij
dan KJ Jellinghaus (1861).
Willem Iskander telah kenal dengan sejumlah pejabat
dari Batavia, Padang, Sibolga dan Panjaboengan. Ini mengindikasikan Willem
Iskander telah mengkomunikasikan siapa dirinya dan kemungkinan apa yang akan
dilakukannnya di Mandailing en Angkola. Yang lebih penting dari interaksi
Willem Iskander tersebut boleh jadi Willem Iskander adalah orang Batak pertama
yang mampu berkomunikasi dengan baik kepada pihak luar (Eropa/Belanda)..
Selama
ini, penduduk Batak di Residentie Tapanoeli dituduh dan di luar terkenal dengan
cerita horrornya (de cannibals). Ida Pheiffer yang pernah bekunjung ke Bataklanden
1852 yang juga pernah menulis cerita ini di surat kabar telah menambah
ketakutan orang luar memasuki tanah Batak. Bagi orang luar cerita ini
menganggap orang Batak masih primitif. Namun, cerita kanibalisme ini kenyataannya
tidak pernah dibuktikan (dilihat oleh orang Eropa/Belanda). Buktinya pengaruh
Belanda semakin luas dan dalam di Tanah Batak. Bahkan para misionaris yang
lebih awal masuk ke Tanah Batak tidak pernah memunculkan cerita ini.
Kemungkinan cerita ini beredar ke luar hanya sekadar untuk menakut-nakuti orang
luar atau para tetangga yang ingin menarik kuntungan dari cerita ini.
Berita tentang Willem Iskander sudah lama tidak
terdengar hingga seorang berinisial A.E.C menulis di surat kabar tentang
afdeeling Mandailing dan Angkola dan sukses Willem Iskander sebelum dan selama
di Belanda serta saat mendirikan sekolah guru di Tanobato (Nieuwe Rotterdamsche
courant: staats-, handels-, nieuws- en advertentieblad, 20-03-1865).
Nieuwe
Rotterdamsche courant: staats-, handels-, nieuws- en advertentieblad, 20-03-1865:
‘Izinkan saya mewakili orang yang pernah ke daerah ini. Di bawah kepemimpinan
Godon daerah ini telah banyak berubah, perbaikan perumahan, pembuatan
jalan-jalan. Satu hal yang penting tentang Godon telah membawa Willem Iskander
studi ke Belanda dan telah kembali kampungnya. Ketika saya tiba, disambut disambut
oleh Willem Iskander, kepala sekolah dari Tanabatoe diikuti dengan enam belas murid-muridnya,
Willem Iskander duduk di atas kuda dengan pakaian Eropa murid-muridnya dengan kostum
daerah….Saya tahun lalu ke tempat dimana sekolah Willem Iskandern didirikan di
Tanobato…siswa datang dari seluruh Bataklanden…mereka telah diajarkan aritmatika,
ilmu alam, prinsip-prinsip fisika, sejarah, geografi, matematika…bahasa Melayu,
bahasa Batak dan bahasa Belanda….saya saya sangat puas dengan kinerja sekolah
ini’.
Inisial AEC ini sudah barang tentu telah mengutip
juga laporan JA van der Chijs (Inspekteur Inlandsch Onderwijs di Batavia). Chijs
menceritakan sangat detail tentang Willem Iskander, bagaimana prospek sekolah
tersebut yang dihadiri oleh murid-murid dari semua Bataklanden. Lokasi sekolah
yang dipilih di Tanobato. Chijs yang
datang tahun 1864 menunjukan bahwa sekolah ini baru didirikan dua tahun (sejak
1862).
Keberadaan
Tanahbato muncul sejak adanya jalan yang menghubungkan Panjaboengan dengan Natal.
Diantara kedua tempat ini adalah Tanahbato, sebuah kampong di ketinggian. Sejak
1852 di kampung ini ditempatkan seorang koffij pakhuismeester (juga di
Djaga-Djaga dekat Loemoet) dan sejak 1863 di Tanobato seorang pengawas
(opziener) menggantikan pakhuis.
Laporan Chijs ini ternyata dikutip/dilansir semua
surat kabar di Hindia Belanda dan di Negeri Belanda, seperti di Rotterdam,
Amsterdam dan Haarlem, Algemeen Handelsblad dan Java-bode: nieuws, handels- en
advertentieblad voor Nederlandsch-Indie di Batavia, De locomotief : Samarangsch
handels- en advertentie-blad di Semarang, Sumatra-courant : nieuws- en
advertentieblad di Padang.
Seketika
berubah semuanya, pandangan orang luar terhadap Tanah Batak, paling tidak di
afdeeling Mandailing dan Angkola berubah 360 derajat yang mana 180 derajat
kesan primitif menghilang dan 180 derajat tidak diduga telah memiliki sistem pendidikan
yang terbaik di Hindia Belanda. Inilah sumbangan fantastis Willem Iskander di
Tapanoeli khususnya di afdeeling Mandailing dan Angkola. Iskander Effect tengah
bekerja.
Iskander Effect tidak hanya telah mengalami difusi
jauh hingga ke pelosok-pelosok terpencil di Tapanoeli, juga mengguncang
wilayah-wilayah di Jawa. Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor
Nederlandsch-Indie, 14-11-1868 yang mengutip dari surat kabar Soerabayasch
Handelsblad edisi 5 November sangat menyentuh:
‘Mari kita mengajarkan orang Jawa, bahwa hidup adalah perjuangan. Mengentaskan kehidupan yang kotor dari selokan (candu opium).Mari kita memperluas pendidikan sehingga penduduk asli dari kebodohan’. Orang Jawa, harus belajar untuk berdiri di atas kaki sendiri. Awalnya Chijs mendapat kesan (sebelum ke Tanobato) pantai barat Sumatra mungkin diperlukan seribu tahun sebelum realisasi gagasan pendidikan (sebaliknya apa yang dilihatnya sudah terealisasi dengan baik). Kenyataan yang terjadi di Mandailing dan Angkola bukan dongeng, ini benar-benar terjadi, tandas Chijs.
Rupanya tulisan (laporan) Chijs itu telah menggelinding
kemana-mana bahkan di pusat kekuasaan kolonial di Jawa. Afdeeling Mandailing en
Angkola telah menjadi ‘kiblat’ perubahan, perubahan yang sangat fundamental di
Hindia Belanda.
Laporan Chijs
juga mengindikasikan sekolah guru di Fort de Kock gagal total. Menurut Chijs sekolah
guru Fort de Kock tidak pantas memakai nama sekolah guru. Sebaliknya sukses
besar di Tanobato. Laporan Chijs menggarisbawahi siswa-siswa Tanobato juga belajar
tiga bahasa sekaligus. Menurut Chijs di sini (maksudnya Tanobato) bahasa Melayu
diajarkan oleh orang non Maleijer, di negara non-Melayu dengan sangat baik.
Buku Braven Hendrik yang terkenal di Eropa telah diterjemahkan ke dalam bahasa Mandailing/Angkola.
Bersambung:
Willem Iskander (3): Iskander Effect, Mengubah
Pandangan Pemerintah tentang Pendidikan Pribumi di Jawa
*Dikompilasi
oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan
sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber
primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya
digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga
merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap
penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di
artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar