*Untuk melihat semua artikel Willem Iskander dalam blog ini Klik Disini
Willem Iskander adalah pionir pendidikan Indonesia. Willem Iskander tidak hanya orang Indonesia satu-satunya yang memiliki guru berlisensi Eropa tetapi juga mampu mendirikan sekolah guru (kweekschool) terbaik pada era Hindia Belanda di kampungnya di Tanobato, afdeeling Mandailing en Angkola. Willem Iskander meminta perhatian pemerintah untuk mengirim guru studi ke Belanda agar pendidikan di Jawa yang jauh tertinggal dapat lebih berkembang.
Pemerintah mengabulkannya. Namun pemerintah hanya mampu memberi beasiswa
kepada tiga guru: Adi Sasminta dari Majalengka, Raden Soerono dari Solo dan
Barnas dari Tapanoeli. Namun sebaliknya pemerintah meminta dan memberikan
beasiswa kepada Willem Iskander untuk menjadi mentor mereka sambil melanjutkan
studi untuk mendapatkan akte kepala sekolah (berlisensi Eropa/Belanda). Selama
Willem Iskander di Belanda, Kweekschool Tanobato ditutup dan sebagai gantinya
akan didirikan sekolah guru yang lebih besar di Padang Sidempuan yang mana
Willem Iskander akan menjadi direkturnya.
Siapa dan bagaimana Willem
Iskander sudah pernah ditulis Basyral Hamidy Harahap. Kita sudah cukup puas apa
yang kita baca selama ini. Dan kita juga percaya apa yang ditulis tentang
Willem Iskander sudah cukup lengkap dan akurat. Akan tetapi, saya baru
menyadari ketika seorang kawan mengharapkan saya untuk mendalami kembali dengan
lebih cermat dan komprehensif tentang Willem Iskander. Saya juga tergoda untuk
membuka kembali data dan informasi yang telah saya miliki tentang Willem
Iskander sejak awal hingga akhir.
Serial artikel ini adalah sejumlah artikel yang akan memperkuat tulisan
Basyral Hamidy Harahap berdasarkan hasil penelusuran yang telah saya lakukan
lima tahun yang lalu. Dalam artikel-artikel berikut, saya melengkapai data dan
informasi secara detail dan juga saya pandang perlu untuk menambahkan situasi
dan kondisi setiap tahapan perjalanan Willem Iskander. Dengan menyusun urutan
waktu pelaporannya dibuat secara kronologis maka secara kontekstual akan lebih
jelas. Semua data dan informasi disebut sumbernya agar pihak lain dapat
menelusuri kembali. Beberapa temuan di dalam tulisan Basyral Hamidy Harahap
akan terkoreksi dan sejumlah fakta (baru) yang terabaikan akan ditampilkan.
Mari kita mulai dengan
artikel pertama. Pembaca harap bersabar, sebab serial artikel Willem Iskander
ini saya tulis diantara dua serial artikel yang lain, yakni: Sejarah Kota Medan
(baru 54 artikel) dan Sejarah Jakarta (baru 12 artikel).
Pribumi Pertama (Studi) ke Belanda (1857)
AP. Godon sudah sejak 1847 menjadi Asisten Residen di afdeeling Mandailing
en Angkola. Sejak Godon banyak perkembangan yang berarti. Budidaya kopi yang
diintroduksi tahun 1840 (awal pendirian pemerintahan di Mandailing dan Angkola)
sudah menghasilkan dan produksinya juga sudah mengalir ke pelabuhan Padang
(untuk diekspor). Keutamaan Godon adalah berhasil membuka jalan (untuk gerobak
pedati) dari Panjaboengan ke Natal dan dari Padang Sidempuan ke Loemoet.
Di awal kedatangan AP Godon, pemerintah Hindia Belanda mulai menerapkan pendidikan di seluruh Hindia Belanda dengan melatih guru-guru pribumi di Solo dan disebarkan ke seluruh Hindia Belanda, termasuk penempatannya di Mandailing dan Angkola.
Dua siswa pertama hasil penerapan pendidikan itu berhasil mengirimkan dua
orang untuk melanjutkan studi ke Batavia untuk mempelajari bidang kedokteran.
Dua siswa ini bernama Si Asta dari Mandailing dan Si Angan dari Angkola. Kedua orang
ini merupakan dua siswa pertama dari luar Jawa yang diterima di sekolah
kedokteran yang kemudian bernama Docter Djawa School (cikal bakal STOVIA).
Selama AP Godon menjadi
asisten residen (1847-1857), produksi kopi yang terus meningkat, adanya perluasan
perkebunan kopi, volume kopi yang diangkut ke pelabuhan semakin besar. Harga
kopi Mandailing dan kopi Angkola juga terus meningkat di tempat pelelangan di
Padang. Bahkan harga kopi dua sentra produksi ini tertinggi di Pantai Barat
Sumatra. Di akhir masa AP Godon di Mandailing dan Angkola jumlah sekolah swadaya
makin banyak. Dan yang lebih penting dua dokter muda telah kembali dari Batavia
(Dr. Asta di Mandailing dan Dr. Angan di Angkola). Sementara dua calon dokter
tengah bersiap-siap ke Batavia untuk studi kedokteran, Si Dorie dan Si Napang.
Nama afdeeling Mandailing dan Angkola semakin dikenal di luar negeri
sebagai sentra produksi kopi terbaik di Hindia Belanda. Harga kopi Mandailing
dan kopi Angkola tertinggi di dunia. Afdeeling Mandailing dan Angkola semakin
popular di dalam negeri karena siswa pertama yang diterima dari luar Jawa di
sekolah kedokteran Batavia (Docter Djawa School, cikal bakal STOVIA).
Di Panjaboengan (ibukota afdeeling
Mandailing en Angkola) AP Godon bersiap-siap pula untuk cuti besar dan diberi
kesempatan ke Eropa/Belanda. Kabar mengenai AP Godon telah berangkat ke Belanda
dilaporkan oleh De Oostpost: letterkundig, wetenschappelijk en commercieel
nieuws- en advertentieblad, 26-03-1857. Pada saat kedatangan, AP Godon
dikabarkan berangkat dari Padang bersama juru tulis (bediende). Juru tulis AP
Godon ini kelak diketahui sebagai Willem Iskander.
Nieuwe Rotterdamsche courant:, 04-09-1857 |
Nieuwe Rotterdamsche courant: staats-, handels-, nieuws- en
advertentieblad, 04-09-1857:
‘Di Amsterdam. Dari Padang, melalui Telegraaf, Kapten Bulofs: Tuan A. P. Godon,
asistent resident dan juru tulis; C O. v. Daalen, istri dan tiga anak, C. A. D.
Werts van Coehorm, istri dan tiga anak,
disamping dua pengasuh perempuan’.
Kapal
yang ditumpangi AP Godon dan Willem Iskander yang berangkat dari Padang (Maret
1857) adalah kapal dagang yang isinya lebih banyak barang daripada orang. Kapal
ini memakan waktu sangat lama untuk tiba di Amsterdam melalui Afrika Selatan,
Spanyol, Inggris (Terusan Suez dibuka 1869). AP Godon dan Willem Iskander tiba
di Amsterdam bulan September 1857.
Sejak tiba di
Belanda. keberadaan Willem Iskander tidak terlaporkan. Yang terlaporkan adalah
kabar bahwa AP Godon menikah dengan Sophia Louisa Thiensma pada bulan April
1858 (lihat Utrechtsche provinciale en stads-courant: algemeen advertentieblad,
23-04-1858).
Setelah
keberangkatan AP Godon dan Willem Iskander ke Belanda, semua berjalan seperti
biasa. Kehidupan berjalan seperti biasa di Mandailing dan Angkola. Apa yang
dilakukan Willem Iskander di Belanda belum diketahui. Tidak ada lagi yang
melaporkan keberadaan AP Godon dan Willem Iskander.
Bersambung:
Willem
Iskander, Pionir Pendidikan Indonesia (2): Mendirikan Kweekschool Tanobato
(1862), Sekolah Guru Terbaik di Hindia Belanda
Willem Iskander
selesai studi 1861 dan kembali ke kampong halamannya di Mandailing dan Angkola.
Pada tahun 1862 Willem Iskander mendirikan sekolah guru. Sekolah ini kemudian
diakuisisi pemerintah menjadi sekolah guru negeri. Kweekschool Tanobato menjadi
sekolah guru terbaik di Hindia Belanda.
*Dikompilasi
oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan
sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber
primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya
digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga
merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap
penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di
artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar