*Untuk melihat semua artikel Sejarah Ternate dalam blog ini Klik Disini
Nama
(pulau) Morotai adalah satu hal dan orang Moro adalah hal lain lagi. Sejarah
(pulau) Morotai dihubungkan dengan nama Tobelo, Galela dan Tobaru di pulau
Gilolo (kini Pulau Halmahera). Dalam perkembangannya di barat pulau Gilolo
muncul kota-kota pelabuhan di pulau Ternate, pulau Tidore, pulau Motir, pulau Machian
dan pulau Bachian. Semua pulau-pulau tersebut oleh pelaut-pelaut Portugis
disatukan dengan nama tunggal sebagai Kepulauan Maluku.
Pulau Morotai terbilang pulau paling timur
laut Indonesia. Oleh karena itu, pada era perang Pasifik (1942-1945), orang
Jepang yang sudah eksis di Palau membangun lapangan terbang di pulau Morotai yang
kemudian diambilalih oleh militer Amerika Serikat. Nama (pulau) Morotai pada
masa kini menjadi nama kabupaten (Kabupaten Pulau Morotai) di Provinsi Maluku
Utara (pemekaran kabupaten Halmahera Utara tahun 2008). Kabupaten Pulau Moratai
(ibu kota di Daruba) terdiri dari lima kecamatan di pulau Morotai (Morotai
Selatan, Morotai Selatan Barat, Morotai Jaya, Morotai Utara dan Morotai Timur)
dan satu kecamatan di pulau Rao (Kecamatan Pulau Rao; ibu kota di Leo-Leo). Di kecamatan Pulau Rao terdapat
nama kampong kuno, Aroe.
Lantas
bagaimana sejarah (pulau) Morotai? Pada masa ini nama Morotai merujuk pada nama Moro.
Lalu apakah ada hubungan antara nama Morotai dengan nama Daruba (nama ibu kota
kabupaten Pulau Morotai). Tidak itu saja, tetangga pulau Morotai disebut pulau
Rao dan di pulau ini terdapat nama kampong kuno Aru. Nama-nama Rao, Aru dan
Daruba pada era Portugis sudah diidentifikasi di pulau Sumatra. Apakah itu
menjadi penting? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika
sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam
penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut
di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja*.
Nama Moro, Morotai, Rao, Aru
dan Daruba
Seperti
kata ahli sejarah
tempo doeloe, sejarah
adalah narasi fakta dan data. semuanya ada permulaan. Lantas bagaimana permulaan
(nama) pulau Morotai?
Yang jelas pada era Portugis pantai barat pulau Halmahera disebut tanjung dan
pesisir Moro (Cabo del Moro dan Costa del Moro). Nama Moro dalam hal ini begitu
penting di pulau Halmahera (pulau Gilolo). Nama Morotai diduga kuat merujuk
pada nama Moro. Sedangkan nama Moro sendiri merujuk pada nama orang Moor. Pada
masa kini di pulau Morotai ada nama-nama Rao, Aru dan Daruba. Lalu apakah semua
nama-nama itu saling terkait?
Pada peta-peta Portugis di pantai timur Sumatra
(seberang Semenanjung, Malaka) terdapat nama kerajaan Aru yang namanya juga
ditulis sebagai de Aroe, d’Aroe atau Daroe. Antara pantai timur dan pantai barat
semenanjung (di selat Malaka) diidentifikasi nama pulau Aru. Pada peta Portugis
tersebut, kerajaan Aru atau Daroe berada di daerah aliran sungai Baroemoen
(B-aroe-moen). Bagian selatan wilayah kerajaan Aru atau Daroe disebut wilayah
Rauw atau Rao. Berdasarkan Mendes Pinto (1539) dalam bukunya bahwa Kerajaan Aru
(Batak Kingdom) diperkuat oleh orang-orang Moor. Kerajaan ini menurut Mendes
Pinto memiliki kekuatan 15.000 pasukan yang mana sebanyak 8.000 Batak dan yang
lainnya didatangkan dari Djambi, Broenai dan Luzon. Orang Moor adalah orang
beragama Islam dari Afrika Utara (Mauritania, Maroko dan Tunisia) yang pernah
menaklukkan Eropa selatan di jaman khalifah. Orang-orang Moor di India, Sumatra
dan Semenanjung adalah pendahulu (predecessor) orang-orang Portugis. Seorang
Moor (asal Tunisia) pada tahun 1345 pernah mengunjungi Pasai, Malaka, Filipina
dan Tiongkok (sebelum era Cheng Ho). Dalam hal ini orang-orang Moor mendahului
orang-orang Portugis ke Hindia Timur sekitar dua abad. Lantas apakah
orang-orang Moor juga telah mencapai Maluku jauh sebelum kehadiran Portugis
hingga ke pulau Aru (kepulauan Aru) dan B-aroe?
Tunggu deskripsi lengkapnya
Pulau Morotai dari Masa ke
Masa
Tunggu
deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar