Senin, 11 Oktober 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (164): Nusantara; Semua Sejarah Daerah Kita Terhubung Satu Sama Lain Jadi Satu (Nusa, Bangsa, Bahasa)

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Sejarah Indonesia itu berwarna-warni, Sangat beragam, berbeda-beda. Berbeda pulau, berbeda bahasa, berbeda budaya, dan berbeda tingkat perkembangan. Perkembangan dalam arti pengaruh asing (internasional) terhadap elemen-elemen kebudayaan penduduk. Proses internalisasi kebudayaan itu sudah terjadi sejak zaman kuno yang dalam perkembangannya berbeda tingkat adopsi dan prakteknya. Namun semua itu berlangsung saling berinteraksi, terhubung satu sama lain antara satu wilayah penduduk dengan wilayah lain. Dari sinilah terbentuk integrasi nusantara satu yang mana sebagai lingua franca saat itu adalah bahasa Melayu (suksesi bahasa Sanskerta).

Indonesia masa kini, sejatinya sudah sejak zaman kuno dibangun dalam keragaman. Oleh karena itu dalam terbentuknya Indonesia tidak dibangun sendiri (baik secara individu maupun secara komunitas). Indonesia merdeka tidak dilakukan sendiri oleh Ir. Soekarno. Jauh sebelumnya semangat Indonesia tidak hanya dimotori oleh Boedi Oetomo. Demikian juga di zaman kuno, pembagunan di nusantara tidak hanya Jawa, tetapi juga di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan pulau-pulau lainnya. Oleh karena itu, catatan sejarah awal nusantara tidak hanya tentang Sriwijaya, Singhasari, Majapahit, tetapi juga tentang Tarumanegara, Aru, Pakwan Padjadjaran dan sebagainya. Kini, nusantara zaman kuno telah mereduksi menjadi Indonesia modern. Namun perlu diingat bahwa Indonesia modern itu bermula dari sejarah awal nusantara. Pada masa kini semboyan pembentukan atau terbentuknya nusantara tetap dilestarikan yang dijadikan sebagai spirit bangsa seperti misalnya penamaan Nnusantara Satu sebagai nama satelit Indonesia dan Gedung Nusantara I sebagai nama gedung di komplek DPR/MPR.

Lantas bagaimana sejarah nusantara berawal dan bagaimana sejarah nusantara dilestarikan? Nah, itu dia. Yang jelas nusantara ini tidak terbentuk dalam konteks sejarah Sriwijaya dan Majapahit, juga ada sejarah yang lain. Indonesia ini bangkit tidak hanya diinisiasi oleh Medan Perdamaian dan Boedi Oetomo, juga ada organisasi kebangsaan yang lain. Yang terakhir, Indonesia ini tidak dimerdekakan hanya oleh Ir. Soekarno dan Drs Mohamad Hatta, juga ada tokoh dan pemimpin sejaman yang lain. Lalu bagaimana nusantara terbentuk dan Indonesia merdeka? Yang jelas kita kini berada dalam satu nusantara Nusantara Satu, satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa---Indonesia. Bagaimana semua itu terintegrasi, semua sejarah wilayah terhubung satu sama lain. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Nusantara: Terintegrasi Sejak Zaman Kuno

Tunggu deskripsi lengkapnyaSejak kapan nusantara mulai terbentuk? Seharusya sejak adanya tanda-tanda kehidupan manusia di pulau-pulau yang berada di wilayah nusantara (antara dua benua dan antara dua samudra(. Tanda-tanda kehidupan itu meliputi adanya kehadiran manusia (homosapiens) dan adanya hasil karya tangan manusia yang dapat diidentifikasi. Sebagai contoh situs Gunung Padang yang diduga sebagai adanya unsur kerja tangan manusia. Temuan-temuan peralatan dan perlengkapan manusia seperti kapak batu dan sebagainya dapat dikatakan sebagai hasil karya manusia sebagai bagian dari kebudayaannya.

Tanda-tanda kehidupan di nusantara, sejauh yang dapat diidentifikasi tidak bersifat kontinu. Ada interval waktu yang sangat jauh dan ada interval waktu yang sangat berdekatan. Semakin berdekatan waktunya dan semakin intens terjadi maka akumulasi kebudayaan nusantara semakin meluas dan mulai dapat diidentifikasi relasi antara satu pulau dengan pulau lainnya atau relasi antara satu komunitas penduduk dengan komunitas lainnya di dalam satu pulau. Bukti-bukti kehidupan/kebudayaan di nusantara tanda-tandanya semakin beragam seperti prasasti, candi atau benda-benda peralatan dan perlengkapan apakah terbuat dari logam, kayu, tanah dan sebagainya. Demikian seterusnya hingga penemuan kertas, apakah yang teksnya ditemukan in-situ atau yang dicatat di tempat lain (luar nusantara) seperti di Tingkok, India, Arab atau Eropa.

Berbicara tentang nusantara, itu berarti bukan berbicara tentang satu titik, misalnya di Jawa atau Sumatra. Di Jawa juga tidak hanya Majapahit, ada juga Singhasari, Kediri, Mataram kuno dan lainnya. Demikian juga di Sumatra tidak hanya Aru, juga ada Sriwijaya, Mauli dan sebagainya. Lantas, darimana kita mulai (konsep) nusantara itu? Yang jelas bahwa di semua pulau sudah eksis peradaban. Masalahnya adalah, tidak semua peradaban di masing-masing pulau terinformasikan. Ada yang terinformasikan dalam wujud ptasasti dan candi serta bentuk bangunan lainnya termasuk irigasi. Ada juga yang terinformasikan dalam bentuk teks, apakah di dalam maupun di luar nusantara.

Dalam wujud fisik bisa kita identifikasi seperti situs Gunung Padang. Dalam bentuk teks atau peta, kita merujuk pada catatan geografi Ptolomeus abad ke-2 dan catatan Tiongkok dinasti Han tahun 132 M. Dalam catatan geografi Ptolomeus disebutkan bahwa Sumatra bagian utara adalah sentra produksi kamper. Ptolomeus juga telah memyalin/membuat peta Kalimantan (yang diberinama Taprobana). Catatan Tiongkok disebut utusan raja Yeh-tiao (Sumatra) diterima kaiser Tiongkok. Dalam konteks ini kita tidak bisa mengklaim bahwa hanya di Sumatra dan Kalimantan yang eksis peradaban. Tentu saja sudah ada di Jawa, Bali, Sulawesi dan sebagainya tetapi tidak terinformasikan karena tidak ada teks, prasasti atau candi yang dapat diidentifikasi. Prasasti tertua yang sudah ditemukan adalah prasasti Vo Cahn (di Viernam Selatan) pada abad ke-3 dimana terindikasi ada hubungan dengan raja (dari) Sumatra. Prasasti berikutnya yang ditemukan adalah prasasti Dong Yen Chau, di Đông Yen Châu, Vietnam pada abad ke-4 serta prasasti Muara Kaman (Koetai) dan prasasti Kebun Kopi (Bogor) pada tahun 400 M. Lalu ditemukan prasasti Tugu (Jakarta) pada abad ke-5. Pada abad ke-5 ini juga disebutkan dalam literatur Erop bahwa produk kamper diekspor dari pelabuhan yang disebut Baroes (pantai barat Sumatra). Ini mengindikasikan bahwa bagian utara Sumatra (Tanah Batak) sudah terhubung/terinformasikan dengan Eropa dan Tiongkok (dan sudah barang tentu India).

Lalu bagaimana pulau-pulau di nusantara terhubung satu sama lain? Keterangan pertama terindikasi dari utusan raja Sumatra ke Tiongkok pada abad ke-2. Dengan merujuk pada sumber Eropa, kerajaan terawal di Sumatra adalah kerajaan yang diduga kuat berada di Sumatra bagian utara yang mana produk ekspornya salah satu adalah kamper dan pelabuhan terkenalnya adalah Baroes. Lantas bagaimana dengan eksistensi kerajaan-kerajaan di Sumatra bagian selatan dan kerajaan-kerajaan di pantai utara Jawa? Yang jelas kerajaan di Sumatra (bagian utara) sudah terhubung dengan Indochina dan Tiongkok (dan tentu saja dengan Semenanjung Malaya).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Satu Nusa, Satu Bangsa dan Satu Bahasa: Semua Sejarah Wilayah Terhubung Satu Sama Lain

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar