*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini
Pada era Pemerintah Hindia Belanda terjadi dua
kali pendudukan: Pendudukan Inggris dan Pendudukan Jepang. Pada artikel
terdahulu telah dideskripsikan masa Pendudukan Inggris (1811-1816). Masa
Pendudukan Jepang (1942-1945) adalah pembeda era Pemerintah Kolonial Belanda
dengan era Pemerintah Republik Indonesia Merdeka. Pendudukan Jepang, termasuk
di Malang ada baiknya dan ada buruknya.
Pengaruh Pendudukan Jepang terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakatdi Karesidenan Malang tahun 1942-1945. Skripsi Najmah Fairus. 2013. Masa penjajahan Jepang salah satu periode yang paling menentukan sejarah Indonesia. Jepang menduduki Indonesia 3.5 tahun membawa perubahan besar membagi Indonesia menjadi tiga wilayah. Sumatra di bawah Angkatan Darat ke-25, Jawa dan Madura di bawah Angkatan Darat ke-16, dan Kalimantan serta Indonesia bagian Timur di bawah Angkatan Laut. Jepang mengubah di Jawa dan Madura membagi wilayah 17 Syuu (Karesidenan), diantaranya Karesidenan Malang dengan Minoru Tanaka sebagai Residen. Jepang mulai melaksanakan kebijakan meningkatkan produksi pangan. Cara dilakukan untuk mencapai tujuannnya mengenalkan varietasi padi dan tanaman baru, inovasi pertanian dari tradisional dengan sistem larikan, mengadakan perlombaan pertanian tanaman padi serta mendirikan sekolah pertanian, penggunaan pupuk kompos, melakukan pengurangan areal perkebenunan dan dialihkan tanaman pangan dan tanaman kapas. Dengan berbagai kebijakan berdampak pada kehidupan sosial maupun ekonomi masyarakat: kemerosotan kemakmuran rakyat mengalami kekurangan sandang dan pangan, rakyat mengkonsumsi makanan alternatif, rakyat memakai pelindung tubuh dari bahan goni. Daya tahan tubuh rakyat menurun sehingga terserang penyakit yang berujung kematian. (http://repository.unej.ac.id/)
Lantas bagaimana sejarah pendudukan Jepang di Malang? Seperti disebut di atas, selama pendudukan Jepang, bagi bangsa Indonesia ada baiknya dan juga ada buruknya. Pendudukan Jepang adalah masa kritis diantara rezim Pemerintah ‘kolonial’ Hindia Belanda dan Pemerintah ‘merdeka’ Republik Indonesia. La;u bagaimana sejarah pendudukan Jepang di Malang? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Pendudukan Jepang di Malang; Diantara Rezim Pemerintah Hindia Belanda dan Pemerintah Republik Indonesia
Angkatan udara Jepang telah memulai serangan di Soerabaja. Itu terjadi pada tanggal 3 Februari 1942 (lihat Haagsche courant, 04-02-1942). Disebutkan kemarin untuk pertama kali Angkatan Udara Jepang menyerang dengan menjatuhkan bom di dermaga dan lapangan terbang Angkat Laut Pemerintah Hindia Belanda di utara kota Soerabaja. Kerusakan besar terjadi di Soerabaja, khususnya pada instalasi angkatan laut. Serangan juga telah mencapai Malang.
Disebutkan lebih lanjut ada serangan di lapangan terbang Malang, di lapangan terbang Madioen dan di lapangan terbang Magetan. Terhitung sebanyak 26 pesawat pengebom
Jepang yang dikawal oleh banyak pesawat tempur, membombardir beberapa lapangan terbang yang menyebabkan kerusakan material
yang cukup besar. Serangan
di Soerabaja dilaporkan banyak pesawat amfibi yang rusak di Soerabaja
Setelah beberapa kali alarm dibunyikan di Malang, hari Sabtu tanggal 7 kembali alarm dibinyikan di Malang (lihat Soerabaijasch handelsblad, 08-02-1942). Disebutkan setelah hari yang tenang di Sabtu pagi sejak pukul 11.30, terdengar lagi alarm serangan udara. Setelah beberapa ledakan jauh terdengar di daerah utara kota, beberapa mil jauhnya, banyak tempat berlindung telah ditempati. Khususnya di kampung-kampung kota, penduduk hilir mudik ke ana-sini menuju shelter-shelter yang baru selesai dibangun. Itu adalah sirene serangan udara keenam sejak pecahnya perang dengan Jepang. Ledakan di pos komando LBD di Malang yang disebutkan di atas terdengar, tetapi laporan menunjukkan bahwa tidak ada bom yang ditemukan dimana pun. Bisa dipastikan formasi pesawat pengebom Jepang pertama kali terbang di selatan kabupaten; mereka mengitari Malang Selatan, lalu terbang ke Timur dari kota menjauh ke Utara dan menghilang di atas Pegunungan Tengger.
Pesawat termpur Jepang tengah mengicar wilayah (pulau) Jawa. Sebagaimana
diketahui tangga; 11 Januari telah dimulai serangan udara di Indonesia (baca:
Hindia Belanda) di Pontianak, Tarakan, Kakas, Amboina dan Sorong. Sementara itu
pada hari Minggu tentara Jepang sudah mendarat di Tarakan dan Minahasa (lihat
Amigoe di Curacao: weekblad voor de Curacaosche eilanden, 12-01-1942). Laporan
Domei dari Tokyo, sebagaimana dilansir surat kabar Dordrechtsche courant, edisi
hari Rabu 14-01-1942 menyatakan bahwa Kema telah diduduki oleh pasukan
pendaratan khusus Angkatan Laut Jepang tanggal 11 Januari. Pada hari yang sama di
daerah Tarakan, pesawat Jepang telah menembak jatuh bomber bermesin ganda milik
lawan dan mesin kedua. Markas besar Jepang juga melaporkan (tanggal 11 Januari)
bahwa angkatan laut Jepang juga telah menghancurkan kapal tanker Hindia Belanda
Prins van Oranje yang berusaha melarikan diri dari Tarakan. Lalu kemudian
serangan meluas ke Sumatra hingga Palembang dan Padang. Praktis pulau Jawa
dalam posisi terkepung. Serangan udara ke bagian timur Jawa di Soerabaja,
Malang, Madioen dan Magetan diduga kuat berasal dari Bandjarmasin (sesuai jarak
tempuh pesawat pp) atau dari kapal induk Jepang di seputar Laut Jawa.
Serangan angkatan udara Jepang tidak hanya di Jawa bagian timur saja, tetapi di wilayah yang sangat luas dari Sumatra hingga Papua. Di Jawa sendiri target juga cukup luas tidak hanya di daratan Jawa tetapi juga di Laut Jawa sendiri karena masih kuatnya armada Angkatan laut Belanda/Hindia Belanda. Tentu saja serangan Jepang ke darat seperti ke wilayah Malang juga ada perlawanan yang dilakukan. Hari Senin kembali terjadi serangan ke wilayah Malang (lihat Soerabaijasch handelsblad, 24-02-1942).
Disebutkan Pertempuran Udara di Atas Malang di Ketinggian Tinggi. Tepat
setelah jam tujuh pagi bunyi alarm serangan udara untuk pertama kalinya pada
hari Senin. Beberapa formasi terbang di atas kota dengan sangat tinggi, datang dari
timur; tetapi kota itu tidak menerima satu serangan pun, demikian juga pada dua
kunjungan berikutnya. Tepat setelah 2 jam alarm serangan udara ini dapat
dicabut. Namun dari pukul 11.00 hingga 11.45 alarm harus dibunyikan lagi ketika
pesawat pemburu musuh muncul di luar kabupaten, sedangkan pada pukul 12.22.
alarm ketiga mengikuti. Pada alarm terakhir ini, kabupaten lain di residentie lain
di balik pegunungan telah disiagakan selama 25 menit, dan oleh karena itu alarm
serangan udara juga harus dibunyikan dari arah kabupaten Malang. Loemadjang dan
Probollnggo secara geografis sebenarnya masuk wilayah residentie Besuki
daripada ke wilayah (residentie) Malang sehingga alarm serangan udara diberikan
untuk resor di wilayah Besuki tersebut. Sore harinya Besuki kembali disiagakan,
demikian pula Loemadjang dan Probollnggo. Namun, Malang jauh dari jangkauan.
Selama peringatan pertama, penerbangan terjadi di ketinggian tinggi,
diperkirakan sekitar 10.000 meter. Tampaknya pesawat tempur Amerika dilaporkan berhasil
menembak jatuh dua, bahkan mungkin tiga pesawat Jepang. Sekali lagi harus
ditegaskan bahwa kota Malang tidak mendapat satu pukulan pun, meskipun riuh
dari pertempuran udara yang tinggi di udara.
Soerabaja secara teknis telah lumpuh. Target utama militer Jepang adalah menuju Batavia (dimana ibu kota tempat kedudukan Gubernur Jenderal). Pergerakan pesawat Jepang beberapa hari terakhir ini ke wilayah daratan Jawa timur diduga hanya untuk pengawalan, patroli plus untuk menakut-nakuti ketika pasukan angkatan udara Jepang tengah bekerja keras ke Jawa bagian barat. Berita yang dilansir dari Berlin mengindikasikan Jawa akan jatuh paling lama dua minggu lagi (lihat Het nationale dagblad: voor het Nederlandsche volk, 05-03-1942). Disebutkan penghancuran di Batavia sudah dimulai. Berlin memprediksi Jawa paling lama dua minggu lagi mampu bertahan. Menurut pandangan Jerman, perlawanan militer Batavia, Bandoeng, Malang, Semarang dan Tjilatjap tidak bisa lagi mengubah kenyataan bahwa Jawa sedang dalam perjalanan menuju kejatuhan.
Sebagaimana diketahui wilayah Belanda sudah sejak Mei 1940 diduduki
Jerman. Keluarga kerajaan Belanda melarikan diri dan kini tengah berada di
Inggris. Praktis Hindia Belanda seakan tanpa orang tua, ibu mereka tengah berada
di pengasingan. Saat pendudukan Jerman, pesawat dan kapal-kapal Belanda ada
yang sempat melarikan diri ke Hindia/Australia. Kekuatan Hindia Belanda di
Tjilatjap dapat dikatakan gabungan kekuatan udara dan laut dari Australia, Belanda/Hindia
Belanda plus Amerika. Seperti disebut di atas, pesawat Amerika menghancurkan
pesawat Jepang di langit Jawa Timur diduga kuat meluncur dari Tjilatjap.
Pemerintah Hindia Belanda akhirnya menyerah kepada Jepang pada tanggal 8 Maret 1942 dengan tanpa syarat. Penyerahan tanpa syarat ini dilaksanakan di Kalidjati, Soebang. Pihak Belanda diwakili oleh Panglima Belanda, Jenderal Ter Poorten, sementara pihak Jepang diwakili oleh Jenderal Imamura. Ini dengan sendirinya, perlawanan di langit Jawa Timur juga dengan sendirinya berhenti. Tamat Pemerintah Hindia Belanda di Indonesia.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Diantara Rezim Pemerintah Hindia Belanda dan Pemerintah Republik Indonesia: Bagaimana Situasi dan Kondisi di Malang?
Pasca Pemerintah Hindia Belanda menyerah kepada (pendudukan) Militer Jepang di Indonesia, segalanya berubah. Tentu saja rezim yang memerintah. Akibat terjadinya perang, sejumlah infrastruktur esensial banyak yang rusak berat. Orang-orang Belanda di Indonesia wait en see dimana para militer Jepang menawan tawanan perang, terutama angkatan bersenjata Hindia Belanda apakah yang Eropa/Belanda maupun yang pribumi. Pemerintah Hindia Belanda mulai lumpuh. Polisi telah diotorisasi oleh Jepang dengan menambahkan jumlah polisi dan pembentukan polisi militer. Pemerintah pendudukan Jepang memaklumkan semua warga berjalan seperti sediakala sambil menunggu pemberitahuan baru. pejabat mulai ditentukan oleh pejabat militer Jepang. Para swasta Eropa/Belanda selain wait en see, banyak yang menutup usahanya. Perusahaan yang menerbitkan surat kabar seperti Soerabaijasch handelsblad yang terbit di Soerabaja sempat tutup dan kemudian beroperasi kembali.
Soerabaijasch handelsblad, 10-03-1942: ‘Sambungan kereta api. Beberapa
hari lagi akan diumumkan secara resmi pemulihan sambungan rel kereta api jalur
Wonokromo-Malang dan Wonokromo-Madioen berserta jalur cabangnya. Jembatan SS di
Soerabaja, Goebeng dan Wonokromo telah hancur, dana akan serius pemulihannya dan
akan memakan waktu lama’. Soerabaijasch handelsblad, 13-03-1942: ‘Sambungan kereta api. Meskipun koneksi kereta api
antara Surabaya dan Madioen telah dipulihkan, namun lalu lintas secara teratur belum
terjadi. Pemugaran jembatan Porrong di sambungan Surabaya-Malang diperkirakan akan
memakan waktu sangat lama. Catatan: Soerabaijasch handelsblad terakhir terbit pada tanggal 26 Februari, seiring
dengan eskalasi perang yang meninggi hingga berakhir pada tanggal 8 Maret
dengan pernyataan Pemerintah Hindia Belanda menyerah, lalu kemudian surat kabar
ini terbit kembali pada tanggal 10 Maret 1942 dalam bentuk gabungan dengan dua
surat kabar lainnya di Soerabaja. Suatu yang tidak lazim terjadi, pada edisi pertama
surat kabar gabungan tanggal 10 ini ada maklumat pada halaman head line dalam
aksara Kanji. Tulisan yang berasal dari Otoritas Pendudukan Tentara Jepang
tersebut ditempatlkan palkat pada sejumlah gedung, pertokoan, dll.
Terjemahannya berbunyi: Peringatan. Tanpa izin dari kantor administrasi,
dilarang keras masuk ke sini atau mengambil apa pun yang ada di sini’.
Untuk mengantisipasi keamanan agar tetap minimal dalam gangguan ketertiban lingkungan di Malang diberlakukan jam malam (lihat Soerabaijasch handelsblad, 20-03-1942). Disebutkan sehubungan dengan penetapan jam malam, kami ingin menunjukkan bahwa harus makan malam pada waktu sedemikian rupa sehingga para pelayan yang tidak bermalam setelah membersihkan peralatan makan, dll, pulang ke rumah sedemikian rupa sehingga mereka dapat mencapai rumah masing-masing sebelum dimulainya jam malam (jam 10 malam). Fungsi LBD yang sebelumnya sempat ditutup diaktifkan kembali, juga tentunya termasuk di Malang.
Soerabaijasch handelsblad, 20-03-1942: ‘Pengumuman dari Markas
Besar Tentara Kekaisaran Nippon. HET NIPPONSCHE ARMY TELAH MENJADWALKAN KOTA
UNTUK MEMBUAT LAYANAN PERLINDUNGAN UDARA (LBD) BERFUNGSI LAGI SEPERTI
SEBELUMNYA DENGAN BERLAKU MULAI MALAM HARI INI. PENTING SEHUBUNGAN DENGAN INI:
LAMPU PENCAHAYAAN JALAN DIKURANGI MINIMAL KEKUATANNYA, SEMENTARA PASTIKAN TIDAK
ADA CAHAYA YANG DIPANCARKAN DI RUMAH DAN KAMAR. PENCEGAHAN INI, YANG SAMA
SEPERTI YANG TELAH DITERAPKAN SEBELUMNYA, DIPERLUKAN KARENA KITA MASIH
BERPERANG DENGAN INGGRIS DAN AMERIKA. KETIKA NIPPONSCHE ARMY TIBA DI SURABAYA,
SEMUA LAYANAN LBD DITUTUP. AGAR MEREKA YANG TELAH MENINGGALKAN KOTA SEGERA
KEMBALI UNTUK MEMULAI BISNIS MEREKA. NAMUN, SEKARANG KAMI INGIN MENGGUNAKAN AIR
PROTECTION SERVICE LAGI DENGAN ALASAN DI ATAS, BAGI YANG SEBELUMNYA BEKERJA DI LBD
HARUS MELAPOR KE LAYANAN ITU, TENTU SAJA YANG MASIH MENGALAMI KESULITAN DENGAN
PEKERJAANNYA, TENTU SAJA KESABARAN AKAN DITINJAU. SEHUBUNGAN DENGAN PERATURAN
INI DICATAT BAHWA MEREKA YANG MELUNCURKAN RUMOR PALSU MENURUT MEREKA AKAN
DIHUKUM BERAT.
Warga Malang juga terdapat dalam daftar pertama yang menjadi tawanan perang. Daftar ini disajikan dalam Soerabaijasch handelsblad, 26-03-1942. Disebutkan berikut ini adalah nama-nama dari. sejumlah tawanan perang, yang melaporkan kepada kerabatnya bahwa semuanya baik-baik saja. Kami dengan tegas menarik perhatian pada fakta bahwa ini hanya menyangkut orang-orang yang diinternir di sekolah Hollandsch-Inlandsche School di Bangkalan dan mungkin tidak semuanya. Ada ribuan interniran di Madura, kebanyakan di Kamal, Pamekasan, dan Soemenep. Oleh karena itu, tidak menyebutkan nama sama sekali tidak berarti bahwa interniran lain tidak hidup. Setahu kami, tidak ada tentara yang terluka atau tewas di Madura.
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar