Jumat, 19 Mei 2023

Sejarah Banyuwangi (3): Fort Banyuwangi Benteng Utrecht Sejak VOC; Area Sekitar Benteng Jadi Cikal Bakal Kota Banyuwangi


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyuwangi dalam blog ini Klik Disini

Apa arti benteng Banjoewangie (kini lebih di benteng Untrecht) di Banyuwangi? Nah, itu dia. Fakta bahwa dari area/Kawasan benteng inilah di masa lampau cikal bakal kota Banyuwangi yang sekarang. Benteng ini sendiri mulai didirikan pada era VOC, di suatu titik tertentu di kampong Banjoewangi. Lalu mengapa benteng itu disebut Fort Utrceht?


Benteng Utrecht Banyuwangi Riwayatmu Dulu. Kumparan.com. 2 November 2017. Dalam buku The Old East India Company disebut sebuah stasiun disini (Banjoewangi) abad ke-17. Tahun 1860 seorang Inggris dari Pasuruan menemukan sebuah benteng bernama "Utrecht" dengan garnisun kecil. "Di benteng Banyuwangi orang Prancis dari Amiens asalnya, berusia 65 tahun, dan sudah tiga puluh tahun bekerja di perusahaan. Benteng sekarang tidak penting; berbentuk persegi dibangun palisades dan papan sudah tua dan dikelilingi oleh selokan air, memiliki dua pintu masuk dengan jembatan gantung bagus, pintu masuk utama menghadap ke pantai. benteng berdiri di atas dataran berawa tiga perempat mil dari pantai. Bendera Belanda ditanam di seberang benteng. Didalam ada rumah barak kecil, kamar-kamar nyaman. Apartemen sersan ada di pintu masuk dan diisolasi; Mereka terdiri dari tiga kompartemen dan dapur di sisi jaga. Selama periode Residen Inggris, kita belajar bahasa Inggris dan di Banyuwangi banyak populasi penduduk asli. Teluk Balambouang, jauh ke selatan, dikunjungi oleh David Middleton awal abad ke 17. Dulu ada disini perusahaan East India Company untuk kenyamanan kapal yang berlabuh, tapi harus ditinggalkan karena buruk, enam komandan Eropa meninggal satu demi satu dari arus sungai, karena airnya buruk. Residen Inggris tahun 1812 dan 1813 Letnan Davies, dan 1814-1816 Letnan A. McLeod. NB. Lokasi Benteng 'Fort Utrecht' Kepatihan, Lingkungan Dinas PU. Tahun 1927-1929 gerbang benteng Fort Utrecht dihancurkan diganti dengan bangunan lain dan saat ini bangunan ini tidak tersisa hanya beberapa tembok bata dengan ketebalan 20 Cm memanjang sekitar 30 M. (https://kumparan.com/)

Lantas bagaimana sejarah benteng di Banyuwangi Fort Utrecht sejak era VOC? Seperti disebut benteng tersebut menjadi penting dalam sejarah kota Banyuwangi yang sekarang. Satu yang penting area sekitar benteng menjadi cikal bakal Kota Banyuwangi. Lalu bagaimana sejarah benteng di Banyuwangi Fort Utrecht sejak era VOC?  Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Benteng di Banyuwangi Fort Utrecht Sejak Era VOC; Area Sekitar Benteng Menjadi Cikal Bakal Kota Banyuwangi

Benteng Banyuwangi berawal dari tahun 1772 yang mana VOC menaklukkan kerajaan Balambangan (yang beragama Hindoe). Militer VOC membangun benteng di teluk Balambangan (Pampang). Secara historis, wilayah pantai timur Jawa, sejak era Trunajaya sudah berada di bawah yurisdiksi VOC.


Berdasarkan Peta 1724 ibu kota (stad) Blambangan (ditulis Balamboang) di hulu sungai Balamboang (kini sungai Setail). Teluk di selat disebut teluk Balamboang. Gunung yang berada di utara dekat pantai disebut gunung Balamboang. Nama-nama itu mengindikasikan wilayah kekuasaan kerajaan Blambangan. Pada Peta 1753 nama Balamboang dipertukarkan dengan nama Palambuam (Pelabuhan?) baik untuk nama sungai maupun nama ibu kota. Gunung Balamboang diidentifikasi sebagai Peters Berg (sama seperti nama gunung di Borneo Utara (Sabah). Antara gunung Peters Berg dan muara sungai Palambuam diidentifikasi nama sungai sebagai Cattak (seperti kita lihat nannti dimana di muara sungai dibangun benteng VOC; sekarang kota Banyuwangi).

Lalu kemudian muncul perkara. Itu dimulai, ketika VOC meninggalkan Pampang di teluk Balambangan (sementara di Poeger di pantai selatan Jawa masih ada pedagang VOC), wilayah teluk ini dijadikan Inggris sebagai pelabuhan pengamanan (jika terjadi badai di selatan Jawa). Militer VOC kemudian mengusir Inggris dari teluk Balambangan.


James Cook pada tahun 1772 melakukan ekspedisi ke Australia dan Pasifik. Dalam laporan, James Cook mengusulkan kepada pemerintah Inggris untuk menjadikan Australia sebagai koloni baru (ini seiring dengan terusirnya Inggris dari Amerika, dimana Amerika memproklamasikan kemerdekaan 4 Juli 1774). Gayung bersambut. Pemerintah Inggris mengirim para tahanan ke pantai timur Australia (teluk Sidney) sebagai penghuni koloni pertama. Saat ini Inggris memiliki koloni di Bencoolen, dalam hubungan koloni di Australia, militer Inggris mencaplok pulau Kelapa/Natal (milik VOC di selatan Jawa). Dalam konteks inilah, pelaut-pelaut Inggris coba menduduki teluk Balambangan.

Setelah terusirnya Inggris dari Balambangan, Pemerintah VOC membangun benteng baru di Banjoewangi dimana ditempatkan Luitenant Pieter Mierop dengan pasukannya sejak 1775 dan kemudian pedagang Leonard Jacob Immink di Banjoeangi sejak 1780 (lihat Naam-boekje van de wel ed. heeren der hooge Indiasche regeeringe [...] op Batavia [...] zoo als dezelve in wezen zyn bevonden ultimo december 1780, 1783).


Benteng VOC ini dibangun di suatu tanjung, yang merupakan tanjung antara teluk kecil (di sebelah barat dimana muara sungai Cattak berada) dan pantai timur Jawa (selat Bali). Benteng dibangun tepat di ujung tanjung sisi utara teluk kecil. Benteng Banjoewangi ini menjadi perluasan benteng-benteng VOC, yang terdekat di Panaroekan. Catatan: sungai Cattak kemudian dikenal sebagai sungai Klampok.

Setelah adanya pedagang VOC di (benteng) Banjoewangi (sejak 1780), pelabuhan Banjoewangi cepat tumbuh dan berkembang. Ini sehubungan dengan pedagang-pedagang Cina dan Arab menjadikannya sebagai pelabuhan (yang melakukan transaksi dagang dengan pedagang VOC). Untuk memperkuat kerjasama dengan pemimpin local, Pemerintah VOC (di Batavia) merasa perlu untuk merelokasi pimimpin local di Pampang ke Banjoewangi.  


Pemimpin kerajaan Balambangan kemudian dari Pampang direlokasi oleh VOC tahun 1790 ke Banjoewangi. Rumah pemimpin local ini dibangun tidak jauh dari benteng ke arah dalam (kini area alun-alun kota Banyuwangi). Untuk mencapai rumah pemimpin local Balambangan ini dapat digunakan perahu melalui sungai Cattak. Posisi rumah berada di sisi timur sungai (kini area alun-alun kota). Lalu kemudian antara benteng di pantai dengan rumah pemimpin local di dalam dibangun jalan darat (kini jalan Veteran).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Area Sekitar Benteng Menjadi Cikal Bakal Kota Banyuwangi: Benteng-Benteng VOC

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar