*Untuk melihat semua artikel Sejarah Pendidikan dalam blog ini Klik Disini
Di
masa terdahulu sulit mendapatkan informasi Pendidikan, apakah pada era Hindoe Boedha
dan era Islam. Bagaimana dengan di masa berikut pada era kehadiran orang Eropa?
Yang jelas orang Eropa mengintroduksi aksara Latin dalam dunia pendidikan. Orang
Portugis melakukan proses pendidikan melalui para misionaris, sementara orang
Belanda melakukannya di benteng-benteng VOC.
Sejarah Pendidikan di Indonesia, Berawal saat Zaman Penjajahan Portugis di Abad ke-16. Senin, 11 Juli 2022. Jakarta, iNews.id. Pendidikan di Indonesia saat ini telah ada sejak zaman penjajahan, dimana sekolah modern diperkenalkan sejak abad ke-16, ketika Portugis. Sejarah tersebut tertulis dalam buku Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bertajuk ‘Sejarah Pendidikan di Indonesia Zaman Penjajahan’. Pada tahun 1546, ada tujuh kampung di Ambon, Maluku, telah memeluk agama Katolik. Di sekolah itu, mereka mendapat pelajaran agama dan dilengkapi dengan pelajaran baca, tulis, berhitung dan pemahaman bahasa Latin. Tidak diketahui bahasa apa digunakan para pengajar dan masyarakat Ambon dalam kegiatan belajar-mengajar. Sekolah modern pertama didirikan orang Portugis berada di Kesatuan Daerah, semua penduduknya memeluk agama Katolik. Pendidikan menerapkan sistem Barat dan dilakukan di Kepulauan Maluku Selatan. Ketika Belanda, pendidikan menjadi lebih terarah lantaran ada penggunaan bahasa yang jelas, bahasa Belanda dan bahasa Melayu. Salah satunya pelatihan dan pendidikan yang diberikan kepada warga Belanda terkait pengetahuan umum dan khusus tentang Indonesia. Diperkirakan, ada sekitar 31 sekolah di Ambon dan 26 sekolah di Kepulauan Lease. VOC memerlukan tenaga pembantu atau staf dari pribumi demi menggerakkan roda kekuasaannya. Pendidikan juga dimanfaatkan untuk membentuk kepribadian pribumi loyal dan dapat diandalkan. Contohnya komunitas imigran Kristen di Ambon. Belanda mengeluarkan buku ajar pertamanya di tahun 1611. Buku tersebut berisi tentang penggunaan bahasa Belanda dengan judul Ab Boeck. Buku berbahasa Melayu tersebut kemudian hilang. Pendidikan Barat terus mendominasi di Nusantara, hingga masa VOC berakhir 1799 dan kerajaan Belanda membentuk Pemerintah Hindia Belanda tahun 1800. (https://purwokerto.inews.id/)
Lantas bagaimana sejarah pendidikan era Portugis dan era VOC? Seperti disebut di atas pendidikan dimulai oleh para misionaris Portugis introduksi pendidikan. Lalu pada era VOC/Belanda Pendidikan diperankan oleh para komandan militer di benteng-benteng VOC/Belanda. Lalu bagaimana sejarah pendidikan era Portugis dan era VOC? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan
bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan
menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama
yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan
majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.
Era Portugis dan Era VOC; Misionaris Portugis Introduksi Pendidikan dan Komandan Militer di Benteng Belanda
Jauh sebelum kehadiran orang Portugis di Hindia Timur, sudah ratusan tahun orang-orang Moor mengambil peran dalam navigasi pelayaran perdagangan di Nusantara. Populasi orang Moor di Nusantara (dari Atjeh hingga Papua) sudah begitu banyak. Hal itulah mengapa utusan Moor datang ke Nusantara pada tahun 1345. Utusan itu bernama Ibnoe Batoetah dari Tunisia.
Saat kehadiran Ibnoe Batoetah di Nusantara, kerajaan kuat, dan mungkin
satu-satunya adalah Kerajaan Majapahit (Hindoe). Beberapa kota yang dikunjungi
Ibnoe Batoetah di selat antara antara Sumatra dan Semenanjung Malaya (kini
selat Malaka) adalah kota Samudara Pasai, ibu kota Kerajaan Aroe (di Padang
Lawas) dan kota Muar di pantai barat Semenanjung Malaya. Sebagian warga
kerajaan Aroe sudah ada yang beragama Islam. Hal ini dapat diperhatikan dalam
prasasti Batoegana (Padang Lawas). Kerajaan Aroe adalah kerajaan terkuat di
Sumatra. Kota-kota pelabuhan di wilayah kerajaan Aroe (sebagaimana disebutkan
dalam teks Negarakertagama, Madjapahit 1365 M) adalah Baroea (di pantai barat),
Mandailing, Panai, Roekan dan Aroe sendiri (ditulis Haru). Catatan: Orang Moor
adalah beragama Islam dari Eropa Selatan yang terusir dari Andalusia. Cordoba (Spanyol)
dalam Perang Salib abad ke-11. Pada era ini Kerajaan Chola di India menyerang
Kerajaan Aroe di pantai timur Sumatra (lihat prasasti Tanjore, 1030 M). Besar
dugaan orang Moor adalah pihak yang menjadi penyebab pengaruh Chola di Sumatra
lambat laun menghilang (yang menyebabkan Kerajaan Aroe bangkit kembali, menjadi
kerajaan terbesar di Nusantara pasca Chola). Hubungan antara orang-orang Moor
dan kerajaan Aroe ini yang menyebabkan navigasi pelayaran perdagangan orang Moor
dapat mencapai ke seluruh Nusantara (bahkan hingga selat Torres di Papua). Pada
tahun 1222 muncul kerajaan kuat di Jawa, kerajaan maritim Singhasari (sukses
kerajaan Kediri di pedalaman). Terjalin hubungan baik antara kerajaan
Singhasari di Jawa dengan kerajaan Aroe di Sumatra. Hubungan itu terwujud dalam
banyak aspek seperti bentuk candi yang mirip di Singhasari dengan di Aroe
(Padang Lawas); Radja Singhasari terakhir Kertanegara yang merupakan salah satu
pendukung agama Boedha Batak (Boedha sekte Bhirawa). Suksesi kerajaan
Singhasari adalah kerajaan Madjapahit (didirikan 1293. Saat era Madjapahit ini
pengaruh orang Moor di Sumatra sudah sangat kuat. Hal itulah mengapa Kerajaan
Aroe tetap eksis di pantai timur Sumatra hingga kemudian datang utusan Moor ke
Sumatra dan Semenanjung Malaya.
Orang Moor dalam hal ini adalah pendahulu orang Portugis. Sesama orang Eropa, orang Moor adalah pemandu navigasi pelayaran perdagangan orang Portugis hingga mampu mencapai kota Malaka pada tahun 1509. Pelaut-pelaut Portugis yang semakin menguat, lalu menaklukkan Kerajaan Malaka pada tahun 1511 (Kerajaan Malaka adalah kerajaan yang pernah ditaklukkan oleh Kerajaan Aroe). Besar dugaan orang Moor dalam kemenangan Portugis di Malakan dibantu oleh orang Moor (sebab selama Malaka selalu menjadi ancaman bagi orang-orang Moor di Muar).
Kolaborasi orang Moor dan orang Portugis dan kerajaan Aroe yang kemudian
menjadi sebab utusan Portugis di Malaka mengunjungi kerajaan Aroe di Sumatra
pada tahun 1537 (lihat buku Mendes Pinto). Saat ini kerajaan Aroe memiliki
kekuatan 15.000 pasukan, dimana delapan ribu orang Batak dan sisanya didatangkan
dari Djambi, Minangkabau, Indrragiri, Broenai dan Luzon (Filipina). Para
penasehat militer kerajaan Aroe adalah orang Moor. Kekuatan kerajaan Aroe
inilah sebelumnya yang membuat kuat posisi navigasi pelayaran perdagangan orang-orang
Moor di Nusantara (sementara di Jawa kemudian muncul kekuatan baru dimana
kerajaan Madjapahit yang Hindoe telah digantikan oleh Demak yang Islam). Dalam
konteks inilah di utara khatulistiwa, pedagang-pedagang Aroe dan
pedagang-pedagang Moor menjadi feeder dalam navigasi pelayaran perdagangan
pedagang Portugis. Namun dalam perkembangannya pedagang Moor tetap eksis, sementara
pedagang kerajaan Aroe redup setelah kekalahan kerajaan Aroe dalam perang
dengan kerajaan Atjeh. Eskalasi politik di Selat Malaka memanas dimana Portugis
dan Atjeh bersteru.
Dalam hubungannya dengan pendidikan di Nusantara, sebelum orang Portugis mengintroduksi Pendidikan dengan menggunakan aksara Latin, populasi orang Moor yang terdapat di seluruh Nusantara menjadi sebab introduksi pendidikan terjadi dengan menggunakan bahasa Melayu dengan aksara Arab (aksara Jawi, Arab gundul). Salah satu wujudnya yang dapat dilihat dan dibaca pada masa ini adalah prasasti Trengganu (diperkiran berasal dari periode Prasasti Terengganu, yang diperkirakan berasal dari antara periode tahun 1303-1387). Dalam perkembanganya bahasa Sanskerta (dengan aksara Pallawa) bersaing dengan bahasa Melayu (dengan aksara Jawi).
Bahasa Sanskerta (lingua franca lama) tidak hanya terserap ke dalam
bahasa Melayu (lingua franca baru), juga bahasa Sanskerta dan bahasa Melayu terserap
ke dalam bahasa daerah seperti bahasa Batak dan bahasa Jawa. Sementara di dalam
aksara Jaei umum digunakan dalam bahasa Melayu, aksara Pallawa mengalami
modifikasi di Jawa dan di Batak. Dua aksara inilah yang membedakan perkembangan
aksara di Jawa (Hindoe) dan aksara di Sumatra (Boedha sekte Bhirawa) plus
aksara Jawi diantara orang Melayu (Islam).
Dengan kehadiran orang Portugis di Hindia Timur (baca: Nusantara), muncul introduksi aksara Latin di dalam berbagai bahasa-bahasa. Penyebarluasan aksaran Latin, terutama dalam bahasa Melayu banyak diperankan dengan menyusul kedatangan para misionrais (Katolik) orang-orang Portugis. Tentu saja itu bermula di Malaka, kemudian disusul di Amboina.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Misionaris Portugis Introduksi Pendidikan dan Komandan Militer di Benteng Belanda: Portugis vs Belanda
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar