*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Suku
Ryukyu atau Lewchewan adalah penduduk pribumi yang hidup di Kepulauan Ryukyu,
yang terletak antara pulau Kyushu dan pulau Taiwan. Suku Ryukyu secara umum
terbagi menjadi beberapa subsuku, yaitu Amami, Okinawa, Miyako, Yaeyama, dan
Yonaguni. Secara administratif, mereka mendiami Prefektur Okinawa dan Prefektur
Kagoshima.
Rumpun bahasa Ryukyu adalah bahasa-bahasa yang dipertuturkan di Kepulauan Ryukyu, dan membentuk cabang dari rumpun bahasa Japonik. Percabangan antara rumpun bahasa Ryukyu dan bahasa Jepang terjadi tidak terlalu lama sebelum munculnya bukti-bukti tertulis awal bahasa Jepang, sehingga diperkirakan pada suatu masa sebelum abad ke-7. Di Okinawa, Bahasa Jepang Standar hampir selalu digunakan dalam berbagai situasi formal. Sedangkan dalam situasi informal, secara de facto bahasa sehari-hari yang dipergunakan oleh orang-orang Okinawa yang berusia di bawah 60 tahun adalah bahasa Jepang daratan beraksen Okinawa, yang disebut Bahasa Jepang Okinawa. Bahasa tersebut sering disalahpahami sebagai Bahasa Okinawa yang sebenarnya. Demikian pula, bahasa sehari-hari di pulau Amami bukan Bahasa Amami yang sebenarnya, melainkan bahasa Jepang daratan beraksen Amami yang disebut "Bahasa Kentang Standar". Sekarang terdapat program berita radio yang mengadakan siaran dalam bahasa Okinawa. (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah rumpun bahasa di kepulauan Ryukyu, Jepang? Seperti disebut di atas rumpun bahasa di kepulauan Ryukyu dibedakan dengan rumpun bahasa Japonik Jepang. Rumpun bahasa Ryukyu Amami, Okinawa, Miyako, Yaeyama, dan Yonaguni. Lalu bagaimana sejarah rumpun bahasa di kepulauan Ryukyu, Jepang? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Rumpun Bahasa di Kepulauan Ryukyu, Jepang; Amami, Okinawa, Miyako, Yaeyama, dan Yonaguni
Rumpun bahasa di kepulauan Ryukyu dibedakan dengan rumpun bahasa Japonik di pulau-pulau besar di utara. Sebelum terbentuk rumpun bahasa ini, bahasa penduduk asli di Jepang adalah bahasa Ainu. Lantas bagaimana dengan rumpun bahasa Ryukyu?
Wikipedia: Rumpun bahasa Ainu adalah rumpun bahasa yang dituturkan oleh
suku Ainu. Dalam bahasa Ainu, ainu atau aynu berarti orang atau manusia. Penutur
bahasa ini adalah suku Ainu yang tinggal di Hokkaido, Jepang, serta Sakhalin
dan Kepulauan Kuril di Rusia. Bahasa Ainu tidak memiliki hubungan dengan bahasa
Jepang selain dari sejumlah kosakata yang diserap dari bahasa Jepang. Hingga
kini tidak ada undang-undang yang menetapkan bahasa resmi di Jepang. Dalam
Konferensi Penduduk Asli di Ainu Mosir 2008, Pemerintah Jepang mengeluarkan
pernyataan "Bahasa Ainu sebagai bahasa resmi, dan dalam rangka program
wajib belajar, bahasa ini wajib diajarkan di sekolah." Populasi suku Ainu
yang sangat sedikit menyebabkan bahasa Ainu dimasukkan ke dalam salah satu
bahasa terancam punah.
Wilayah kepulauan Ryukyu belum lama diakusisi Jepang. Kepulauan Ryukyu ditaklukkan dan rajanya digulingkan, Ini bersamaan dengan invasi Jepang ke barat (Manshurua) dan ke selatan hingga ke pulau Formosa. Di dua wilayah Manshuria dan Formosa populasi orang Cina sangat besar. Wilayah kepulauan Ryukyu hanyalah pulau-pulau kecil yang dihuni oleh kelompok populasi asli. Catatan: Protes Jepang terhadap aneksasi Hawaii oleh Amerika (Amerika sendiri sejak 1898 menduduki Filipina).
Deli courant, 07-10-1908: ‘Kita melihat Jepang mengambil alih jembatan
dengan serius segera setelah mengambil alih, pertama-tama untuk menegaskan
dominasi politiknya, tetapi juga untuk segera mengasimilasikan rekan-rekan
barunya ke dalam ras yang berkuasa. Hal ini berjalan sangat mudah bagi penduduk
kepulauan Ryukyu yang damai. Di Formosa, jumlah imigran Jepang yang berimigrasi
terlalu sedikit dibandingkan dengan tiga juta penduduk Cina dan laporan tentang
pulau ini terlalu langka untuk memberikan gambaran sebenarnya tentang kemajuan
penjajahan. Suku-suku asli di Timur pulau, yang kekuasaannya tidak pernah bisa
dipatahkan oleh suku China pada masa pemerintahan mereka, kini dengan tekun
dikalahkan dan, jika laporan resmi dapat dipercaya, penaklukan mereka (oleh Jepang)
hanya tinggal menunggu waktu saja. Kepulauan Ryukyu, Formosa, Hokkaido dan
Sacha akan diserap oleh Jepang dan diubah menjadi bagian keseluruhan yang lebih
besar’.
Nasib pulau Formosa dan kepulauan Ryukyu kurang lebih sama. Pulau Formosa didominasi imigran Cina yang kemudian dianeksasi Jepang. Kepulauan Ryukyu yang hanya terdiri kelompok populasi asli diakuisisi Jepang. Dalam konteks inilah pulau Formosa menjadi perebutan antara Cina dan Jepang.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Amami, Okinawa, Miyako, Yaeyama, dan Yonaguni: Antara Rumpun Bahasa Austronesia dan Rumpun Bahasa Japanik
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar