Selasa, 09 Januari 2024

Sejarah Bahasa (226): Bahasa Manipa Pulau Manipa di Maluku; Kapiten Jonker dan Pemimpin Pulau Manipa Sangadji Kawasa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Manipa adalah bahasa Austronesia dari Indonesia bagian timur. Ini terutama digunakan di pulau Manipa, yang terletak di antara pulau Buru dan pulau Seram. Pulau Manipa adalah sebuah pulau di kabupaten Seram Bagian Barat, terletak 8 km lepas pantai barat pulau Kelang di ujung barat Pulau Seram dan 25 km lepas pantai barat Buru. Penduduknya berbicara dalam bahasa Manipa, serta bahasa Indonesia dan Melayu Ambon.


Suku Manipa adalah kelompok etnis yang berasal dari Pulau Manipa di Maluku. Secara administratif, wilayah yang dihuni suku Manipa termasuk kedalam kecamatan kepulauan Manipa. Suku ini berkerabat dengan suku Wemale di dataran utama pulau Seram, khususnya di pesisir utara Seram Bagian Barat. Kapitan Jonker, seorang bangsawan lokal dan serdadu VOC yang terkenal berasal dari suku Manipa. Jonker lahir di Manipa tahun 1620, dengan nama Achmad Sangadji Kawasa. Sangaji jabatan penguasa lokal di kepulauan Maluku. Masyarakat Manipa terikat budaya Haikalima dan Henaluaka. Budaya ini mengikat masyarakat yang memiliki bahasa dan karakter yang berbeda dalam satu jalinan persaudaraan. Diantara masyarakat suku Manipa dan pendatang Buton juga lazim terjadi pernikahan, khususnya antara laki-laki Buton dan perempuan Manipa. Setelah menikah, laki-laki suku Buton tersebut kemudian akan menyandang marga suku Manipa. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Manipa di pulau Manipa di Maluku? Seperti disebut di atas bahasa Manipa dituturkan di pulau Manipa. Kapiten Jonker dan pemimpin pulau Manipa Sangadji Kawasa. Lalu bagaimana sejarah bahasa Manipa di pulau Manipa di Maluku? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Bahasa Manipa di Pulau Manipa di Maluku; Kapiten Jonker dan Pemimpin Pulau Manipa Sangadji Kawasa  

Sejarah (pulau) Manipa pada masa ini terkesan hanya dihubungkan dengan nama Kapiten Jonker saja. Tidak ada yang coba memperhatikan bahasa yang digunakan di pulau Manika. Tentu saja banyak aspek yang perlu diketahui tentang pulau Manipa. Sekali lagi, pada masa kini narasi sejarah selalu mereduksi hanya pada satu hal tertentu. Seharusnya lebih dari itu. Satu yang jelas nama Manipa adalah nama pulau yang sudah lama dikenal.


Nama pulau Manipa sudah terinformasikan pada era Portugis, sudah diidentifikasi dalam peta-peta navigasi pelaut Portugis. Dalam teks Negarakertagama (1365) yang sudah terinformasikan adalah nama-nama Muar (kini Saparua), Ceran (kini Seam), Ambwan (kini Ambon), Wandan (kini Banda), Huta Kadali (kini Kayeli/Buru) dan Maloko (kini Ternate). Boleh jadi nama-nama itu disebut karena kota yang sangat dikenal sebagai pusat perdagangan penting. Tidak disebut nama Manipa. Nama Manipa baru terindentifikasi pada era Portugis (sejak 1511). Setelah satu abad, Portugis terusir dari Maluku Ketika pelaut Belanda menaklukkan benteng Portugis di Amboina pada tahun 1605.

Pada era Belanda/VOC pulau Manipa tetap menjadi penting. Gubernur Amboina menjadi salah pula/wilayah yang dikunjungi pada tahun 1652. Wilayah Manipa, dan pulau-pulau di sekitar seperti Boano dan Kelang berada di bawah yurisdiksi Kerajaan Ternate. Oleh karena adanya perselisihan antara Kerajaan Gowa (di selatan Sulawesi) dan kerajaan Ternate, pada akhirnya VOC/Belanda mulai bekerjasama dengan kerajaan Ternate. Demikian juga VOC bekerjasama dengan kerajaan Boeton. Perselisihan Gowa dan Ternate terutama di Teluk Kendari (timur Sulawesi) dan di Teluk Donggala (barat Sulawesi)


Dengan kekuatan VOC/Belanda dan kerajaan Ternate, pengaruh Spanyol yang bercokol di pulau-pulau utara termasuk pulau Ternate diusir setelah terjadi beberapa perang di beberapa tempat. Pada tahun 1657 sisa Spanyol di wilayah Manado diusir yang lalu kemudian wilayah Manado dan pulau-pulau Sangir Talaud di bawah kerajaan Ternate. Spanyol kemudian sepenuhnya menyingkir dan terkonsentrasi di Filipina.

Setelah VOC/Belanda semakin kuat di Maluku/Boeton dan Nusa Tenggara (Bima), praktis wilayah perdagangan kerajaan Gowa terjepit. Perselisihan lama antara VOC/Belanda dengan salah satu pangeran Gowa diapungkan yang kemudian menjadi pemicu terjadinya Perang Gowa. Pasang surut yang dicapai antara kedua belah pihak hingga perang besar yang terjadi tahun 1669 melumpuhkan kerajaan Gowa. Tamat sudah kerajaan Gowa. Kerajaan Ternate naik menjadi adikuasa di wilayah timur Hindia Timur. Dalam konteks inilah nama Kapiten Jonker dari pulau Manipa cukup menonjol (idem dito dengan Aroe Palaka dari Bone).


Setelah kunjungan Gubernur Amboina ke Manipa pada tahun 1652, nama Manipa semakin penting. Nama Manipa dicatat di Kasteel Batavia tahun 1661 dan nama Jonker di Mindanao (lihat Daghregister 23-05-1661). Ini mengindikasikan penduduk pulau Manipa menjadi mitra srrategis VOC/Belanda. Dalam perkembangannya (kapiten) Jonker diberikan gaji 20 dolar Spanyol sebulan (lihat Daghregister 12-03-1665). Setelah Perang Gowa Jonker menjadi komisi VOC dengan naman Sengadjie Cawasse Jonkers yang mana ayahnya Sengadjie Cawasse (lihat Daghregister 26-02-1674). Setelah terjadi kerusuhan di Bantam, Jonker diketahui diberikan lahan di Tjilintjing/Tandjoengpoera (lihat Daghregister 28-10-1678). Catatan:Sangaji adalah nama gelar (sebutan) pemimpin yang ditemukan di wilayah Maluku seperti di Manipa dan Saparoea. Nama terawal Sangadji (Sang Hadji) ditemukan dalam prasasti-prasasti di Padang Lawas (Tapanoeli) pada abad ke-14.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Kapiten Jonker dan Pemimpin Pulau Manipa Sangadji Kawasa: Pulau Manipa Masa ke Masa

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar