*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Suku Boano merupakan suku bangsa yang mendiami
kecamatan Domimi dan kecamatan Ampibabo, kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi
Tengah. Suku Boano hidup secara nomaden dengan populasinya sekitar 1.700-5.600
jiwa. Bahasa Boano juga disebut bahasa Bolano.
Bahasa Boano dituturkan di satu desa Bolano. Penutur bahasa Boano dikelilingi oleh penutur
bahasa Tialo yang tinggal di sepanjang pantai antara Tingkulang (Tomini) dan
Moutong. Bahasa Boano juga di Maluku.
Pulau Buano (Boano) pulau terletak sebelah timur laut dari pulau Kelang dan sebelah barat laut pulau Seram. Pulau Buano termasuk ke dalam daerah dua desa di kecamatan Huamual Belakang, kabupaten Seram Bagian Barat. Nama pulau Buano dicatat François Valentijn, 1724 sebagai Bonoa, Boan, Boano, dan Bonnoa. Di bagian selatan pulau ini terdapat tiga desa yang bernama "Tuhusu", "Boway", dan "Tean". Ketiga desa tersebut berada di bawah kepemimpinan seorang "Sengadji Tahakeke" dan "Latu Hakeke". Desa-desa lainnya bernama "Hatulilli" dan "Hulu" di utara, "Sea" di barat, dan "Senanoy" atau "Senay" serta "Hata-Puteh" di timur. Sebelumnya di wilayah pegunungan di Buano juga ada empat desa yang bernama "Ussan", "Olan", "Hatuwahoen", dan "Selubatten". Orang di pegunungan disebutkan telah turun ke wilayah kaki pada tahun 1667. Valentijn menyebutkan perundingan perdamaian antara Herman van Speult dari VOC dengan Sengadji dari Buano yang dimediasi oleh kapten dari Hitu pada tahun 1619. (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah bahasa Boano di Pulau Boano di kepulauan Maluku? Seperei disebutkan bahasa Boano di pulau Boano.Bahasa Boano orang Boano di pantai barat Sulawesi. Lalu bagaimana sejarah bahasa Boano di Pulau Boano di kepulauan Maluku? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Bahasa Boano di Pulau Boano di Kepulauan Maluku; Bahasa Boano Orang Boano di Pantai Barat Sulawesi
Nama Boano sebagai suatu nama pulau sudah lama dikenal. Oleh karenanya nama pulau Boano bukan nama baru. Dalam peta-peta Portugis sudah diidentifikasi nama pulau Boano, letaknya berdekatan dengan pulau Kelang dan pulau Manipa. Pelaut Belanda pertama mengunjungi pulau ini adalah Heyndrick Dircxz Jolinck, 5 Maret 1599. Boano adalah sebuah pulau di depan pantai Hoamoal (Seram Bagian Barat), dan berada di bawah kendali Kimelaha, penguasa Hoamoal yang secara berkala berkonflik dengan VOC.
Biasanya pelaut/pedagang Portugis membetikan informasi tentang nama geografi yang kemudian digunakan oleh para ahli kartografi, karena keutamaannya dalam navigasi pelayaran perdagangan. Keutamaan pertama adalah karena wilayah yang diidentifikasi ada populasinya. Orang-orang memnginformasikan nama itu karena sudah mengenal nama itu, Pulau-pulau yang tidak berpenghuni umumnya tidak diberi nama, jika pun diberi nama hanya semata-mata untuk penanda navigasi misalnya pulau Karang, pulau Pasir dan sebagainya.
Pada era VOC/Belanda pulau Boano tetap dianggap penting. Hali ini Francois Valentijn seorang ahli geografi yang tinggal di Ambon, di dalam bukunya berjudul Ooud en Nieuw Oost-Indien yang diterbitkan di Amsterdam tahun 1726, pulau Boano dideskrisikan tersendiri.
Dalam catatan Francois Valentijn jumlah populasi tahun 1667 di pulau ini sekitar 1200 jiwa yang terdiri dari 500 orang Kristen dan 700 orang Moor. Sebagaiman diketahui pelaut Belanda menaklukkan benteng Portugis di Amboina tahun 1605. Sejak 1618 pos perdagangan Belanda relokasi ke Batavia. Tahun 1667 kerajaan Gowa di selatan Sulawesi masih eksis. Dalam hal ini orang Moor adalah orang yang berasal dari laut Mediterani yang beragam Islam. Orang Moor adalah pendahulu pelaut-pelaut Eropa ke Hindia Timur (sebelum kehadiran Portugis). Bagaimana dengan populasi asli dipulau ini tidak terinformasikan.
Pulau Boano seperti halnya pulau Ambon adalah pulau yang dijadikan hub perdagangan yang menghubungkan perdagangan di pulau Boeroe di barat, pulau Ceram di timur dan di kepulauan Ternate dan Tidore. Besar dugaan kelompok populasi asli terkonsentrasi di pulau Seram dan pulau Buru. Pulau-pulau kecil seperri pulau Boano diduga adalah pulau minim populasi asli yang kemudian para pendatang (pedagang) bermukim di pulau-pulau yang lebih kecil. Kelompok populasi asli telah bercampur dengan orang Moor dan kelompok populasi asli di pulau sudah ada yang beragama Kristen (Katolik Portugis/Ptotestan Belanda).
Pada tahun 1627 terjadi perselisihan natara Belanda (di Ambon) dengan Kerajaan Ternate dan orang Moor serta Kapten Hitor di pulau Boano (lihat Nederlandsche reizen, tot bevordering van den koophandel, na de meest afgelegene gewesten des aardkloots, 1784). Disebutkan pedagang VOC/Belanda ingin menguasai pulau Boano ini dengan cara mengusir orang Moor; “seluruh bangsa Moor harus dimusnahkan, atau mereka akan terpaksa meninggalkan pulau; dan banyak orang Kristen baru yang harus diperhitungkan menggantikan mereka”. Tampaknya pulau Boano populasi di pulau Boano belum ada yang Kristen. Lantas sejak kapan mulai Kristen di Maluku? Diduga itu berawal pada tahun 1644 ketika ditempatkan seorang pendeta JJ Brund, di Kaibobo di Seram (lihat Protestantsche Kerk in Nederlandsch Oost-Indië, van 1615 tot 1857 door SH Buddings.1856). Disebutkan Brund berpartisipasi dalam salah satu tur Hongi yang terkenal dengan Gubernur Ambon A. de Vlaming van Outhoorn pada tahun 1651, dan kemudian mengunjungi pulau Saparoea, Haroekoe, Noussalaut, Seram, Boeroe, Manipa dan Boano, dimana sudah ada beberapa orang Kristen disana). PetaL Perang Boano (1652)
Belanda/VOC melai merencanakan untuk menguasi pulau
Boano. Pada tahun 1652 terjadi perang antara VOC/Belanda dengan Kerajaan Ternate
di pulau Boano. Seperti disebut di atas di pulau Boano banyak dihuni oleh orang
Moor, orang asing beragama Islam yang berafiliasi dengan kerajaan Ternate.
Setelah penguasaan pulau Boano pendeta Belanda diduga mulai mendirikan stasion
misi dipulau Boana. Seperti disebut di atas. satu abad kemudian di era Francis
Valentijn (1726) sudah ada sebanyak 500 jiwa yang beragama Kristen di pulau
dimana orang Moor masih ada sebanyak 700 jiwa. Wilayah pulau Boano tidak lagi berada
di bawah yirisdiksi Kerajaan Ternate tetapi telah beralis kepada VOC/Belanda di
Amboina.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Bahasa Boano Orang Boano di Pantai Barat Sulawesi: Navigasi Pelayaran Perdagangan
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar