*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Bahasa Haruku dituturkan di pulau Haruku di desa Hulaliu, Pelauw, Kailolo, dan Rohomoni. Bermula kedatangan penduduk dari Nusa Ina (Pulau Seram) abad ke-14 akibat perang saudara Patasiwa dan Patalima. Sementara sudah ada penduduk yang menghuni pulau Haruku (bahasa Nusa Ina disebut Ma’a Tupa Umea). Di bagian utara penduduk asli sudah mempunyai pemerintahan yaitu Kerajaan Alaka (Hatuhaha Amarima). Di bagian selatan, dipersatukan satu kepemimpinan pada 7 Aman (Negeri): Heratu, Hendatu, Huin, Wei, Sipauw, Hatu dan Toumoi.
Struktur Frase Verba Bahasa Kailolo di Kecamatan Pulau Haruku Provinsi Maluku Tengah. Tualeka, Sumarlam Sumarlam. Abstract. Abstract: The focus of this research is on how the structure of the Kailolo language verb phrase in Haruku Island District, Central Maluku Province. This study aims to describe the structure of the Kailolo language verb phrase. Data collection techniques were carried out using the listening method and the speaking method. The location of this research is in Kailolo Village, Haruku Island, Central Maluku Province. From the results of the study found three forms of verb phrase structures in the kailolo language. That is, intransitive verb phrases with modified type of structure are divided into three types, namely, 1) intransitive verb phrases with modified H-T types, 2) Intransitive verb phrases with modified T-H types, 3) intransitive verb phrases with modified T-H-T types. Monotransitive verb phrases in Kailolo language are divided into three types, namely, 1) monotransitive verb phrases H-T, 2) monotransitive verb phrases T-H, 3) monotransitive verb phrases T-H-T. (https://jurnal.uns.ac.id/prosidingsemantiks/article/view/)
Lantas bagaimana sejarah bahasa Haruku di pulau Haruku? Seperti disebut di atas bahasa Haruku dituturkan di pulau Haruku. Nusa Ina, Ma’a Tupa Umea dan Kerajaan Alaka (Hatuhaha Amarima). Lalu bagaimana sejarah bahasa Haruku di pulau Haruku? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Bahasa Haruku di Pulau Haruku; Nusa Ina, Ma’a Tupa Umea dan Kerajaan Alaka (Hatuhaha Amarima)
Tunggu deskripsi lengkapnya
Nusa Ina, Ma’a Tupa Umea dan Kerajaan Alaka (Hatuhaha Amarima): Navigasi Pelayaran Perdagangan
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar