*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Bahasa
Saparua dituturkan di pulau Saparua. Saparua adalah salah satu pulau yang ada
di Kepulauan Maluku bersama dengan Haruku, Nusalaut dan lainnya, Saparua
merupakan bagian dari pulau-pulau Lease. Saparua awalnya terdiri dari satu
kecamatan saja wilayahnya juga mencakup Nusalaut yang kemudian dimemekarkan 2011
dan pada tahun 2012 dimekarkan lagi membentuk kecamatan Saparua Timur yang
terdiri negeri-negeri Iha, Ihamahu, Itawaka, Mahu, Nolloth, Ouw, Sirisori
Amalatu, Sirisori Islam, Tuhaha dan Ullath.
Distribusi fonem bahasa di pulau Saparua: data negri Sisisori Islam. Erniati Erniati; (Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2016) Abstrak. Bahasa Sissori Islam bahasa yang masih digunakan masyarakat. Bahasa ini merupakan bahasa daerah yang terdapat di pulau Saparua, provinsi maluku, yang memiliki kedudukan dan fungsi yang sama dengan bahasa daerah lain. Oleh sebab itu, patut mendapatkan prioritas dan perhatian yang sama dengan bahasa-bahasa daerah lain. Bahasa ini digunakan oleh kelompok masyarakat yang tinggal di Sisisori Islan dan sekitarnya. Adapun umlah penuturanya kurang dari 1.600 orang. Untuk melestarikan dan menghindari kepunahan bahasa sisisori silan diperlukan penelitian tentang fonem bahasanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fonem bahasa Sisisori dan pendistribusiannya dalam kata. Metode yang digunkan adalah metode kualitataif deskriptif. Hasil analisis menunjukan bahwa fonem yang terdapat pada bahaa Sisisori Islan terdiri atas enam fonem vokal dan tujuh belas fonem konsonan. (https://lontar.ui.ac.id/)
Lantas bagaimana sejarah bahasa Saparua di pulau Saparua kepulauan Maluku? Seperti disebut di atas bahasa Saparua dituturkan di pulau Saparua. Kerajaan Aru dan prasasti Batu Wadu Tunti di Bima. Lalu bagaimana sejarah bahasa Saparua di pulau Saparua kepulauan Maluku? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Bahasa Saparua di Pulau Saparua Kepulauan Maluku; Kerajaan Aru dan Prasasti Batu Wadu Tunti di Bima
Sejarah bahasa di Saparua sudah berlangsung lama. Akan tetapi sejarah Saparua tidak hanya soal benteng Duurstede di dekat Siri Sori. Benteng ini dibangun oleh VOC pada tahun 1671 pasca Perang Gowa. Benteng ini menggantikan benteng Hollandia di Banda. Lalu benteng Duurstede diperbaiki tahun 1690 semasa gubernur Ambonia, Nicholas Schagen. Pada tahun 1692 secara resmi pertahanan di Fort Hollandia ke Fort Duurstede.
Nama Saparoea sendiri diduga merujuk nama Sap-aru-a dan nama Siri dan Sori adalah sama yang diucapkan pada era berbeda. Dalam teks Negarakertgama (1365) disebut nama Seran dan Muar. Nama Muar saling menggantikan dengan Saparua untuk nama pulau. Nama Saparua diduga kuat adalah nama Sapalu dalam prasasti Watu Tunti di Bima. Dalam teks prasasti juga disebut nama Hanipuh (Manipa?) dan nama Nira (Banda/Neira). Pulau tetangganya disebut pulau Haroekoe (H-aroe-koe). Di Saparoea terdapat pos perdagangan orang Moor (yang menjadi asal mula nama Muar (Moor-Moar-Muar). Nama Muara berada di dekat Siri Sori. Di Saparoea dan di Haroekoe pos pedagangan orang dari Kerajaan Aroe. Di kerajaan Aru juga terdapat orang Moor (lihat Mendes Pinto, 1537). Wilayah perdagangan orang Aroe diduga kuat hingga jauh ke pulau (kepulauan) Aroe. Peta 1724
Fort Duurstede menjadi pertahanan terkuat di wilayah belakang Fort Victoria di Amboina. Oleh karena itu posisi Fort Duurstede menjadi pertahanan strategis di perairan yang luas di jalur navigasi pelayaran (sejak zaman kuno) yakni Solor-Kei/Aroe-Bandar/Saparoea-Amboina. Fort Duurstede dan Fort Victoria adalah dua pos perdagangan utama di Maluku. Fort Duurstede untuk wilayah selatan dan Fort Victoria untuk wilayah utara. Dua pelabuhan ini selalu menjadi tujuan kapal-kapal besar VOC. Tanggal 4 November 1760 kapal Kasteel van Tilburg dari Amboina ke Saparoea (lihat Leydse courant, 14-08-1761).
Fort Duurstede di atas tebing di utara Sirisori. Di benteng baru Fort Duurstede hanya ditempati 10 tentara dan satu kopral. Dalam perkembangannya sejumlah benteng ditinggalkan seperti di Kajeli (Boeroe) dan Banda, benteng Duurstede meningkat sebagai pusat pemerintahan VOC akibatnya lebih banyak pasukan ditempatkan di benteng. Benteng Duurstede dibangun di atas bukit di sepanjang pantai desa Saparoea yang dapat lihat dari jauh semua sisi teluk. Bentek struktur berbentuk berlian memanjang sesuai bentuk tebing. Di sudut utara dan selatan dibangun bastion berbentuk setengah lingkaran. Sketsa benteng Fort Duurstede, Saparoea (1700)
Sebagai pusat pemerintahan VOC di selatan Maluku, seorang resident ditempatkan di Saparoea. Residen Johan Costanyn Cruipenning sejak 1775 (lihat Naam-boekje van de wel ed. heeren der hooge Indiasche regeeringe [...] op Batavia [...] zoo als dezelve in wezen zyn bevonden ultimo december 1779, 1781). Blondell ditunjuk pada tahun 1787 (lihat Oprechte Nederlandsche courant, 16-01-1787). Ini mengindikasikan bahwa Saparoe begitu penting selama satu abad.
Pada tahun 1795 Jawa diduduki oleh Prancis. Lalu pada tahun 1799 setelah VOC melemah dibubarkan Pada tahun 1800 dibentuk Pemerintah Hindia Belanda di bawah Napoleon Prancis. Pada fase ini Inggris yang sudah mulai menguat di Australia mencoba menguasasi wilayah di luar Jawa termasuk di Maluku. Untuk memperkuat kekuataan Inggris di Maluku pasukan pribumi direkrut. Akan tetapi kekuatan VOC di Maluku masih tersisa yang berbasis di Ternate (tidak terkalahkan). Pada era Guburnur Jenderal Daendels (sejak 1809) tidak lama kemudian Inggris menduduki Jawa (1811). Pendudukan Inggris tidak lama, pada tahun 1816 Pemerintah Hindia Belanda dipulihkan. Meski demikian, kekuatan Inggris masih ada di luar Jawa termasuk di Maluku.
Saat Pemerintah Hindia Belanda mulai dipulihkan di Maluku, terjadi penentangan dari penduduk Saparoea. Pemberontakan tahun 1817 ini dipimpinn oleh Kapiten Matulesi (lihat 's Gravenhaagsche courant, 10-12-1817). Thomas Matulesi pernah sebagai anggai infantri Inggris dengan pangkat sersan. Untuk mengatasi Saparoea dan Noesa Laoet, Gubernur van Middelkoop di Amboina mengirim ekspedisi ke Saparoea yang dibantu pasukan pribumi dari Ambon dan Tidore (lihat Bataviasche courant, 06-12-1817).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Kerajaan Aru dan Prasasti Batu Wadu Tunti di Bima: Navigasi Pelayaran Perdagangan Zaman Kuno
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar