*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Bahasa
Gorom dituturkan di kepulauan Gorom, provinsi Maluku penutur 38.000 orang. Bahasa
Gorom juga memiliki beberapa sastra lisan, diantaranya pantun yang dikenal
dengan nama Nagan dan Kapata (syair dengan menggunakan bahasa daerah) yang
dikenal dengan nama Takuno. Kepulauan Gorong terletak diantara kepulauan
Watubela dan pulau Seram di kepulauan Maluku.
Kanus Gorom-Indonesia; Indonesia-Gorom. 1. Dr. Iwan Rumalean, S. Pd., M.Pd. Sudir Rumanama, S.Pd. Ambon 2022. Kata Pengantar. Penyusunan dan penerbitan kamus ini paling tidak memiliki empat tujuan. 1. Sebagai upaya pemertahanan dan pengembangan bahasa daerah yang dilakukan melalui pendokumentasian dan penyusunan kamus bahasa daerah di Kabupaten Seram Bagian Timur. 2. Sebagai data pendukung dalam rangka program penyusunan kurikulum muatan lokal bahasa daerah di Kabupaten Seram Bagian Timur. 3. Sebagai upaya membantu para pelajar dan mahasiswa serta pemerhati dan peneliti yang sedang berusaha memperdalam dan meningkatkan pengetahuan melalui istilah atau kosakata lokal. 4. Bagi para pengajar (guru dan dosen) dapat dijadikan sebagai data atau referensi di dalam pembelajaran. Tim Penyusun menyertai cara membaca dalam bahasa Gorom, kemudian disertai juga contoh kalimat sederhana. Bula, Februari 2022 (https://www.researchgate.net/publication/)
Lantas bagaimana sejarah bahasa Gorom bahasa Gorong di pulau Goram kepulauan Gorong? Seperti disebut di atas bahasa Gorom dituturkan di pulau Goram. Nama Gorom dan Negarakertagama, 1365. Lalu bagaimana sejarah bahasa Gorom bahasa Gorong di pulau Goram kepulauan Gorong? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Bahasa Gorom Bahasa Gorong di Pulau Goram Kepulauan Gorong; Nama Gorom dan Negarakertagama, 1365
Untuk memperbandingkan bahasa-bahasa pada masa ini umum digunakan daftar kosa kata Swadesh sebagai bahasa data. Akan tetapi untuk kebutuhan praktis, yang jumlahnya lebih sedikit dapat digunakan daftar kosa kata elementer. Suatu kosa kata yang diwariskan yang penggunaannya umumnya terbatas pada komunitas kecil atau lingkungan keluarga seperti ayah, ibu, kakek, lidah, gigi, perut, kepala, hidung, leher, siapa, garam dan bilangan serta lainnya.
Dalam bahasa Goram ibu disebut ina, ayah disebut baba (merujuk bapak?), siapa (sei), garam (sira), kepala (ilu), dan leher (tatolang). Semua kosa kata elementer ini tidak mirip bahasa Melayu/Indonesia. Sebutan bilangan: satu (sa), dua (roti), tiga (tolu), empat (hat), lima (lim), enam (onan), tujuh (hitu), delapan (alu), sembilan (sia), sepuluh (utca/ucasi). Semua bilangan ini tidak semua mirip bahasa Melayu/Indonesia. Secara khusus sebutan bilangan belasan (ucaresi) dalam bahasa Goram: 11 ucaresi asai; 12 (ucasi roti); 13=ucasi tolo. Sistem bilangan serupa ini (sisten biner) tidak banyak hanya ditemukan di beberapa bahasa yang terdapat di wilayah Batak, Flores, Filipina. Di empat bahasa itu kebetulan kosa kata (selain: sa/da, tolu, alu dan sia) kosa kata berikut kurang lebih mirip: ina, sei, sira dan ilu.
Sudah barang tentu pendekatan linguistic tidak cukup menjelaskan sejarah bahasa-bahasa. Oleh karena bahasa-bahasa sudah lestari sejak lampau, sejarah navigasi pelayaran perdagangan juga perlu ditinjau. Demikian juga sejarah pemerintahan tradisi, adat istiadat dan sebagainya.
Seberapa tua nama Gorom? Prof Kern (1919) mengidentifikasi nama-nama geografis
dalam teks Negarakertagama (1365) dimana sejumlah nama diduga di wilayah Maluku,
yakni: Maloko (Ternate), Ambwan (Ambon), Muara (Saparoean), Wanda (Banda), Seran
(Seram) dan Gurun (Gorom). Secara geografis nama-nama tersebut berdekatan.
Dalam sejarah navigasi pelayaran perdagangan ke wilayah Maluku terdapat jalur
utara dan jalur selatan. Jalur navigasi selain mengikuti jalur komoditi, juga mengikuti
jalur tradisi navigasi yang merujuk pada arus laut (yang dipengetahi kedalaman
laut), arah angin (pertentangan daratan dan lautan), dan kebutuhan pemanduan (pengetahuan
local). Jalur navigasi utara dari pantai utara Borneo, pantai utara Sulawesi, Halmahera/Ternate,
Ambon Seram, Goram, Kei dan Aru. Jalur selatan dari pantai utara Jawa, Bali,
Sumbawa, Solor/Mangarai, Tanimbar ke Kei, terus ke Maluku bagian utara.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Nama Gorom dan Negarakertagama, 1365: Navigasi Pelayaran Perdagangan Kerajaan Aru
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar