*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Singapura dalam blog ini Klik Disini
Nama
Melayu jelas sangat penting. Sejak era Portugis di Malaka (1511) sudah disebut
bahasa Melayu sebagai lingua franca. Dalam prasasti kuno di Palembang sudah
menggunakan bahasa Melayu kuno (Sanskerta). Nama Malaka adalah sebutan bagi
orang-orang Moor pendahulu orang-orang Portugis (orang Portugis menulisnya
sebagai Malaca). Sementara itu orang-orang Inggris mengkuti nama aslinya Malaya
(Malayu atau Melayu) menjadi Malay (dan kemudian muncul nama Malaysia).
Di Semenanjung Malaya terdapat tiga nama
gunung (yang terlihat dari pantai). Tiga gunung itu disebut gunung Malaya,
gunung Ophir dan gunung Raja (baca: Raya). Nama Malaya diduga kuat reduksi dari
Himalaya. Di kaki gunung Malaya inilah terbentuk kota (pelabuhan). Nama (kota)
Malaya kemudian dijadikan nama wilayah (semenanjung). Sementara itu di pantai
barat Sumatra juga terdapat tiga nama gunung tersebut: gunung Raja di Angkola,
gunung Malea (reduksi dari Himalaya) di Mandailing dan gunung Ophir di Pasaman
(gunung Ophir juga saling dipertukarkan dengan nama gunung Pasaman). Tiga
wilayah gunung di pantai Sumatra ini adalah sama-sama penghasil emas. Tidak
jauh dari gunung Malea terdapat candi kuni (di Siabu) dan candi yang lebih baru
di Portibi (Padang Lawas) dan di Muara Takus (antara hulu sungai Rokan dan hulu
sungai Kampar). Muara sungai Rokan yang sekarang adalah suatu teluk yang jauh
ke pedalaman (tidak jauh dari percandian). Oleh karena nama gunung dan
candi-candi tersebut terkait dengan India maka arah terbentuknya candi-candi
tersebut berasal dari pantai barat Sumatra. Apakah migrasi orang Angkola Mandailing sudah terjadi sejak zaman kuno, jauh sebelum kehadiran penduduk dari Jawa, Minangkabau, Bugis dan
Borneo?
Lantas
bagaimana sejarah nama Malaya hingga menjadi Malaysia? Tampaknya Semenanjung Malaya telah menjadi simpul
pertemuan antara (kebudayaan) Barat (India) dan (kebudayaan) Timur (Tiongkok). Antara
orang India dan Sumatra dari arah barat dan orang Tiongkok dan Indochina. Bagaimana hal itu bisa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah internasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.